Mengulas Isu Gender dalam Film Yuni 2021

Diah Nawang Wulan
Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Ahmad Dahlan
Konten dari Pengguna
10 Januari 2022 16:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Diah Nawang Wulan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Film YUNI. Foto: Fourcolour Films
zoom-in-whitePerbesar
Film YUNI. Foto: Fourcolour Films
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Berbicara mengenai film, Indonesia merupakan negara yang cukup pesat akan perkembangan film. Film biasanya dibuat dengan mengangkat isu-isu yang sedang marak diperbincangkan di kalangan masyarakat. Salah satu isu yang sedang marak yaitu isu gender.
ADVERTISEMENT
Isu gender dapat diartikan sebagai perbedaan yang menyangkut masalah ketidakadilan bagi perempuan dan laki-laki. Permasalahan isu gender adalah diskriminasi terhadap perempuan, terutama dalam status, peran dan hak. Salah satu contohnya bahwa perempuan selalu dianggap lemah, tertindas, serta tidak memiliki kekuatan sering ditemukan dalam media massa, baik televisi ataupun film.
Menurut artikel dari Triyono Lukmantoro yang berjudul Teori-Teori Film: Sekadar Pengantar Awal yang dimuat dalam buku “Menikmati Budaya Layar, Membaca Film (2016)”, menyebutkan bahwa selama ini terdapat mitos bahwa perempuan harus menjadi pengurus rumah tangga dan keluarga yang baik.
Saat ini, isu perempuan menjadi salah satu tema yang menarik untuk diangkat dalam sebuah film. Salah satunya dalam film Yuni 2021 yang menyajikan isu gender yang masih menganut budaya patriarki, maskulinitas, pendidikan dan budaya masyarakat yang tidak memberikan kebebasan kepada wanita. Film ini terinspirasi dari kisah nyata mengenai diskriminasi terhadap perempuan terutama dalam pendidikan.
Film YUNI. Foto: Fourcolour Films
Film yang di sutradarai oleh Kamila Andini telah meraih 14 nominasi Piala Citra di Festival Film Indonesia 2021. Film ini juga mewakili Indonesia di ajang penghargaan Oscar 2021. Film Yuni terinspirasi dari puisi karangan Sapardi Djoko Damono berjudul "Hujan Bulan Juni".
ADVERTISEMENT
Dibintangi oleh sederet bintang kenamaan tanah air, Arawinda Kirana, Kevin Ardilova, Dimas Aditya, Marissa Anita, Asmara Abigail, Muhammad Khan, Nazla Thoyib, Neneng Risma, Vania Aurell, Boah Sartika, Anne Yasmine, Toto ST. Radik, Mian Tiara, Ayu Laksmi, dan Sekar Sari.
Film Yuni 2021 mengisahkan tentang Yuni (Arawinda Kirana) seorang remaja cerdas di sekolah yang memiliki impian untuk melanjutkan Pendidikan ke jenjang kuliah. Namun, menjelang kelulusan Yuni mendapatkan lamaran dari dua laki-laki yang tidak ia kenal. Ia pun menolak lamaran tersebut karena ingin melanjutkan pendidikannya dan ingin merasakan kebebasan.
Penolakan terhadap lamaran tersebut memicu gosip tentang mitos bahwa ketika seorang perempuan yang menolak tiga lamaran tidak akan pernah menikah. Ia juga hidup di tengah kalangan masyarakat yang masih memegang teguh adat ketimuran, di mana perempuan diminta untuk segera menikah dan membina rumah tangga setelah lulus sekolah.
ADVERTISEMENT
Tekanan semakin dialami Yuni ketika pria ketiga melamarnya dan tentunya ia harus memilih antara mempercayai mitos atau mengejar imipiannya.
Film YUNI. Foto: Fourcolour Films
Di satu sisi, Yuni mendapatkan informasi dari guru di sekolahnya, bahwa terdapat jalur penerimaan calon mahasiswa baru tanpa adanya tes. Dengan syarat minimal harus juara tiga di sekolah dan belum menikah. Hal tersebut yang menjadi dilema Yuni antara mempercayai mitos atau tetap mengejar impiannya.
Isu menarik ini berhasil diangkat dengan apik melalui film Yuni 2021 yang mewakili seluruh suara perempuan, bahwasannya perempuan juga berhak berpendidikan tinggi. Alur cerita dalam film ini digambarkan tentang representasi perempuan sebagai sosok yang tidak mudah untuk menyerah meraih impiannya dan membuktikan bahwa selain menjadi seorang ibu rumah tangga, perempuan juga bisa memiliki profesi yang sama dengan laki-laki.
ADVERTISEMENT
Jika berbicara mengenai perempuan, sebagaimana dikemukakan Maulia Putri Sutorini, Muhammad Alif, dan Sarwani dalam artikel berjudul Semiotika Gender dalam Film Brave yang dimuat dalam ProTVF: Jurnal Kajian Televisi dan Film Vol. 3, No.1 Tahun 2019 menyebutkan bahwa gender merupakan sebuah akses dalam menentukan pilihan terhadap pendidikan, kesehatan, harapan hidup, dan kebebasan bergerak. Lebih jelasnya, gender yang menentukan hubungan, seksualitas, dan kemampuan untuk membuat suatu keputusan dan tindakan secara otonom.