Hidup Berdampingan dengan Rasa Cemas

Dimalia Cantika
Mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
19 Maret 2022 14:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dimalia Cantika tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kita hidup di era, di mana segalanya seolah saling berlomba untuk mencapai impiannya masing-masing. Tak heran kita pun terkadang ikut terbawa oleh kondisi tersebut, yang menjadikan tekanan serta rasa cemas yang datang menghampiri. Perasaan cemas yang sering datang menjadikan kita mau tidak mau hidup berdampingan dengannya. Apa sih yang membuat kita merasa cemas?
ADVERTISEMENT
Mungkin pikiran itu sering menganggu kita, membuat kita menjadi kurang nyaman. Nah, maka dari itu yuk kita simak artikel ini! Pastikan kalian membacanya sambil mengambil posisi membaca yang nyaman, dan dengan perasaan yang rileks.
Photo by Pixabay
Itulah kutipan dari buku Kecemasan, Bagaimana Mengatasi Penyebabnya yang saya baca dari karya Savitri Ramaiah. Jadi, rasa cemas merupakan hal yang normal dirasakan oleh tubuh saat dalam situasi yang kurang menyenangkan.
Kalau ditanya apakah saya setuju bahwa rasa cemas menganggu? Yup, saya sangat setuju bahwa terkadang rasa cemas (anxiety) sangat menganggu dalam aktivitas keseharian, karena saya pun sering merasakannya. Sekarang mari kita simak lebih lanjut mengapa sih anxiety hadir di hidup kita?

Mengapa rasa cemas hadir di hidup kita?

"Duh! mengapa aku selalu merasa cemas saat maju di depan kelas ya?"
ADVERTISEMENT
Wah, itu sih saya banget! Kita pasti pernah berpikir mengapa dalam hidup hadir anxiety atau kecemasan? Padahal bukankah semua orang butuh hidup dengan tenang?
Kecemasan rasanya sudah menjadi bagian dari hidup kita, sering kali hal-hal yang kita lakukan bisa menimbulkan perasaan cemas yang akan mempengaruhi aktivitas kita. Kecemasan bisa hadir sendiri ataupun bersamaan dengan gejala-gejala lainnya seperti faktor lingkungan, yang memengaruhi cara berpikir kita terhadap diri sendiri juga orang lain. Kecemasan datang karena perasaan tidak aman kita terhadap lingkungan tersebut.
White & Watt, 1981 (dalam Alif Muarifah, 2005:103) menjelaskan bahwa kecemasan merupakan suatu kondisi yang pernah dialami oleh hampir semua individu, hanya saja kadar, dan tarafnya yang berbeda. Ada individu yang dapat menyelesaikan masalah-masalahnya hingga kecemasan yang dialami tidak berkepanjangan, tetapi tidak jarang kecemasan tersebut mendatangkan gangguan bagi yang mengalaminya.
ADVERTISEMENT

Kecemasan yang mengontrol hidupku

"Duh! bagaimana nanti saat ditanya oleh dosen?"
"Bagaimana jika aku salah menjawab?"
Nah, loh! kalian pasti sering atau pernah merasakan hal semacam itu bukan?
Rasa cemas sering kali menganggu aktivitas kita, seolah apa yang kita lakukan akan dikontrol oleh perasaan cemas tersebut. Sebagai contoh, kita hendak mempersiapkan presentasi, sudah berlatih semalaman, mengingat setiap materi yang akan disampaikan, dan lain sebagainya upaya yang kita lakukan agar menampilkan yang terbaik saat presentasi dimulai.
Namun, lagi-lagi kita kalah dengan rasa cemas yang lebih dahulu mengontrol kita. Gejala-gejalanya sudah mulai terasa, dada lebih berdebar, keringat dingin, tangan gemetar, dan seolah materi yang sudah siap diucapkan hilang begitu saja. Sebenarnya karena kita hanya ingin terlihat maksimal dalam presentasi membuat semua terasa sia-sia saat cemas mengontrol aktivitas kita, walaupun itu adalah hal yang normal dirasakan oleh siapa pun.
ADVERTISEMENT
Lalu, apa saja sih ciri-ciri kecemasan lainnya? Berikut ini ciri-ciri kecemasan fisik yang dijelaskan oleh Nevid, dkk 2005 (dalam Umniyah Saleh, 2017:4):
a. Kegelisahan, kegugupan
b. Tangan atau anggota tubuh bergetar
c. Banyak berkeringat
d. Telapak tangan berkeringat
e. Pening
f. Mulut atau kerongkongan terasa kering
g. Sulit berbicara
h. Sulit bernapas
i. Bernapas pendek
j. Jantung berdebar keras atau berdetak kencang
k. Suara yang bergetar
l. Jari-jari atau anggota tubuh menjadi dingin
m. Leher atau punggung terasa kaku
n. Sensasi seperti tercekik atau tertahan
o. Sakit perut atau mual
p. Sering buang air kecil
q. Wajah terasa memerah
r. Diare
Mungkin saya, kamu, dan kita pernah merasakan gejala-gejala di atas. Bisa jadi itulah respons dari tubuh saat cemas datang.
ADVERTISEMENT

Berdamai dengan rasa cemas (anxiety)

Hidup berdampingan dengan kecemasan memang bukanlah hal yang mudah bukan? Tetapi bukan berarti rasa cemas (anxiety) itu bisa sepenuhnya mengontrol kehidupan kita. Jadi, harus bagaimana?
Kita bisa untuk mengontrol kembali perasaan cemas agar tidak memengaruhi segala aktivitas yang kita lakukan. Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk mengatasi rasa cemas, mulai dari mengatur pernafasan, meditasi, berpikir positif.
Saya sendiri biasanya mengalihkan perasaan cemas dengan melakukan aktivitas lain yang dapat mengurangi rasa cemas tersebut, seperti mendengarkan musik.
Design by Canva
Peale, 2001 (dalam Bayu Prakosa dan Partini, 2015: 44) menjelaskan bahwa cara berpikir positif adalah memusatkan perhatian pada sisi positif dari keadaan atau situasi yang tengah dihadapinya dengan mencoba mencari aspek-aspek positif dari keadaan yang dihadapinya, berkonsentrasi pada hal-hal yang baik melihat pada situasi yang menyenangkan, serta bersikap baik pada orang lain.
ADVERTISEMENT
Nah, itulah beberapa point yang berkaitan dengan hidup berdampingan dengan anxiety. Kita mungkin tidak sepenuhnya bisa selalu mengatasi rasa cemas yang ada. Namun, kita bisa untuk merespons rasa cemas secara positif agar tidak sepenuhnya mengontrol hidup kita.
Ketahuilah bahwa perasaan cemas juga anugerah dari Tuhan, dan kita pasti bisa pelan-pelan terbiasa hidup berdampingan dengannya. Ayo, kita pasti bisa terbiasa dengan rasa cemas, mengubah ketakutan menjadi energi positif! Sulit memang, tetapi mari kita coba mulai terbiasa :D
Referensi :
Ramaiah, S. (2003). Kecemasan, bagaimana mengatasi penyebabnya. Yayasan Obor Indonesia.
Muarifah, A. (2005). Hubungan kecemasan dan agresivitas. Humanitas: Jurnal Psikologi Indonesia, 2(2), 102-112.
Saleh, U. (2017). ANXIETY DISORDER (Memahami gangguan kecemasan : jenis - jenis, gejala, perspektif teoritis dan Penanganan). Universitas Hasanuddin : Fak. Kedokteran.
ADVERTISEMENT
Prakosa, B., dan Partini. (2015). Berpikir Positif Untuk Mengatasi Kecemasan Berbicara di Depan Kelas. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Psikologi, P. (2020). Yang Belum Usai. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.