Doa dan Perdamaian

Dimas Sigit Cahyokusumo
Alumni Program Magister Perdamaian dan Resolusi Konflik (MPRK) UGM
Konten dari Pengguna
4 Agustus 2022 20:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dimas Sigit Cahyokusumo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Foto Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
Doa akan menciptakan kedamaian dalam arti yang luas. Perdamaian dalam diri seseorang bersumber dari hati. Jika hati manusia bersih, maka perdamaian dalam diri bukanlah hal mustahil untuk terwujud. Kita dapat memastikan, bahwa ketika muncul tindakan-tindakan yang bernuansa kebencian, kecurigaan, bahkan konflik yang melahirkan kekerasan, hampir dipastikan penyebabnya adalah hati yang kotor. Sebagaimana Rasulullah saw pernah mengatakan: “sesungguhnya di dalam raga ini terdapat segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah (amalan) seluruh raga, dan jika ia rusak, maka rusaklah (amalan) seluruh raga. Sesungguhnya, ia adalah hati” (HR Bukhari dan Muslim).
ADVERTISEMENT
Ada banyak cara untuk membersihkan hati salah satunya melalui berdoa. Doa akan membuat seorang Muslim semakin menjiwai hakikat Islam yang damai dan aman. Kata Islam sendiri berasal dari kata aslama-yuslimu-islaman berarti mendamaikan. Ayat al-Qur’an berbunyi udkhuluu fi al-silm kaaffah bisa diartikan dengan, masuklah kalian dalam kedamaian secara total. Karena kata al-silm berarti kedamaian. Inilah makna dasar dari Islam (Nurcholish, 2015).
Perdamaian adalah salah satu nilai kemuliaan yang harus dimiliki setiap Muslim. Menurut sejarawan dan sains Islam klasik asal Tunisia Ibnu Khaldun, setiap manusia harus menjalin hubungan yang harmonis dengan yang lain. Hakikatnya manusia makhluk yang senantiasa melakukan interaksi sosial. Jika dilakukan sesungguhnya manusia tersebut telah membangun sikap yang baik. Jika tidak, maka akan terjadi kerusakan, kekerasan, kekacauan, dan konflik. Karena itu, perdamaian sesungguhnya merupakan inti dari agama dan relasi sosial. Menolak perdamaian merupakan sikap yang bisa dikategorikan sebagai menolak esensi kemanusiaan (Nurcholish, 2015).
ADVERTISEMENT
Jalan damai inilah yang dianjurkan Allah untuk dijadikan pilihan, sebagaimana firman-Nya yang berbunyi “dan jika mereka cenderung kepada perdamaian, maka hendaknya kamu memilih jalan tersebut dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang maha mendengar lagi maha mengetahui” (QS. Anfal (8):61). Bahkan Rasulullah saw pernah ditanya oleh para sahabatnya, “Islam seperti apa yang paling baik, wahai Rasulullah? Rasulullah saw menjawab, menebarkan salam perdamaian dan menyantuni makanan, baik kepada orang yang kamu kenal maupun tidak kamu kenal”.
Jawaban Rasulullah saw tersebut menunjukkan betapa pentingnya perdamaian dalam Islam. Sebab itu, dalam setiap sholat kita dianjurkan untuk membaca wirid yang secara eksplisit mendendangkan kedamaian. Wirid tersebut berbunyi: “wahai Tuhan, Engkau adalah maha damai. Dari-Mu memancar kedamaian. Dan kepada-Mu kedamaian akan kembali. Maka hidupkanlah kami dengan kedamaian dan masukkanlah kami ke dalam surga, rumah kedamaian” (Nurcholish, 2015).
ADVERTISEMENT
Doa tersebut merupakan ungkapan kerinduan setiap muslim yang mendalam agar kedamaian tumbuh subur dalam hidupnya. Sekaligus berfungsi membersihkan tumpukan dosa yang menempel di jiwa kita. Doa yang berdasarkan keikhlasan, ketulusan, dan kemurnian niat bisa menjadi faktor utama yang menentukan arah gerak jasad dalam melakukan upaya kreatif yang mendorong terciptanya perdamaian (Abdilah, 2016).
Daftar Pustaka
Abdilah, S. (2016). Shalawat Perdamaian: Membumikan Islam, Mencipta Harmoni, Merawat Kemanusiaan. Bandung: Masterpeace Writing Labs.
Nurcholish, A. (2015). Agama Cinta (Menyelami Samudera Cinta Agama-Agama). Jakarta: PT Elex Media Komputindo.