Perbedaan Pendapat Sebabkan Ujaran Kebencian di Twitter

Dina Veronica
Mahasiswi Sastra Indonesia Universitas Negeri Semarang
Konten dari Pengguna
28 November 2021 16:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dina Veronica tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Pixabay.com
ADVERTISEMENT
Sebagai media sosial yang branding utamanya adalah tulisan, Twitter memang wadah yang tepat untuk menyampaikan pendapat. Namun bagaimana jika kamu mendapatkan ujaran kebencian dari orang yang bersembunyi dibalik akun anonim karena perbedaan pendapat?
ADVERTISEMENT
Ketika kamu mendapatkan kata-kata kurang menyenangkan dari orang lain, pasti hal tersebut akan membuat kamu overthinking dan merasa sakit hati. Meskipun terkadang diucapkan dengan nada bercanda namun tetap tidak menutup kemungkinan kamu akan memikirkannya terus-terusan bahkan menganggap ada yang salah dengan dirimu. Padahal bisa saja kata-kata itu hanya diceploskan tanpa pikir panjang. Beruntung, apabila kamu mendengarnya secara langsung dan mempunyai sedikit keberanian mungkin kamu dapat membalas dan balik melontarkan kekurangannya sebagai senjata perlawananmu.
Namun, apabila ujaran kebencian didapat dari media sosial, terutama di Twitter yang kebanyakan penggunanya menggunakan akun tanpa mengungkapkan identitas asli agar dapat berbicara dengan bebas, kamu mungkin akan mengalami kebingungan dalam menghadapinya. Karena biasanya ujaran kebencian didapat bukan hanya dari satu akun namun berbagai akun, oleh karena itu mampu mengakibatkan si penerima kebencian mengalami stress dan ketakutan.
ADVERTISEMENT
Lagipula, siapa sih yang tidak gentar ketika diserbu kebencian dari banyak orang? Bahkan meskipun hanya berbentuk tulisan, hal tersebut tetap mengerikan. Ujaran kebencian sebenarnya bukan hanya ditemukan di Twitter saja, tetapi di berbagai platform lain namun sebagian pengguna di Twitter itu dianggap ketika memberikan opini rata-rata opininya berlandasan, logis, dan cerdas. Maka ketika mendapat ujaran kebencian, penerima mengalami mental breakdown.
Berbeda dengan aplikasi lain, Twitter mempunyai autobase yang dapat diakses siapa pun dengan syarat harus difollback admin base terlebih dahulu. Nah di autobase inilah, pengguna dapat bertanya secara anonim dan mendapatkan balasan dari pengguna lain. Balasan tersebut tentu merupakan opini dari si pemilik akun, seharusnya bukan masalah karena semua orang memiliki pendapatnya masing-masing selama pendapat itu harmless dan tidak merugikan siapa pun. Apalagi dengan semboyan open-minded yang kerap digaungkan warga Twitter, seharusnya apabila benar open-minded tentu dapat menerima pendapat dari berbagai perspektif.
ADVERTISEMENT
Realitanya, banyak pengguna mengaku mereka pernah diserang dan mendapatkan ujaran kebencian hanya karena perbedaan pendapat serta hal-hal sepele. Seperti dibilang bego, tolol, tidak open-minded, dan sebagainya. Penulis melakukan observasi kecil dengan meminta beberapa pengguna untuk menceritakan pengalaman mereka saat mendapat ujaran kebencian melalui autobase. Kebanyakan penyebab ujaran kebencian yang mereka terima adalah karena adanya perbedaan pendapat.
Sumber : Twitter.com/bertanyarl
Sebagai implementasi dalam meminimalisasi ujaran kebencian, hendaknya tiap pengguna memahami etika dasar dalam bersosial-media. Yakni tidak menggunakan kata-kata kasar, tidak provokatif, menegur dengan baik dan menghargai komentar pengguna yang lain. Jangan mudah terpicu dengan hal-hal yang kebenarannya kurang, apalagi menyebarkan hatespeech sebelum mengetahui fakta. Memang ada fitur block dan mute disediakan untuk hal-hal yang tidak disukai atau mengganggu, namun kebencian yang telah telanjur terbaca tidak dapat dilupakan begitu saja.
ADVERTISEMENT
Kabar baiknya, Twitter mengumumkan akan merilis fitur baru baru Safety Mode atau Mode Keamanan. Fitur ini akan melihat mention pengguna kemudian difilter dalam jangka waktu tujuh hari sehingga pesan yang ditandai sebagai kemungkinan berisi ujaran kebencian atau penghinaan tidak akan terlihat. Namun fitur ini masih dalam tahap pengujian dan belum tahu pasti mengenai efektifitasnya. Tetapi apa pun fitur yang disediakan, kembali lagi ke diri kita sendiri dalam menggunakan media sosial tersebut. Hati-hati dalam berkomentar sangat penting dalam bersosial media untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Perbedaan pendapat merupakan hal yang wajar, jangan jadikan sebagai alat untuk menghancurkan mental orang lain. Ada banyak cara dalam menegur atau menyampaikan ketidaksetujuan namun dengan cara yang baik dan dapat diterima. Selain itu juga, ketika mengeluarkan pendapat sebaiknya pendapat tersebut merupakan pendapat yang logis sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Karena setiap orang dibebaskan berpendapat namun tidak semua orang mendapat kebebasan dari ujaran kebencian.
ADVERTISEMENT