Global Warming Berdampak Buruk Terhadap Laut

Dinda Febriani
Mahasiswa Departemen Teknik Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Konten dari Pengguna
13 Desember 2020 4:59 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dinda Febriani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Global Warming atau pemanasan global merupakan masalah yang besar di bumi ini. Kondisi ini ditandai dengan terjadinya peningkatan suhu bumi yang semakin panas. Ketika para ahli ilmu pengetahuan membahsa mengenai permasalahan perubahan iklim dan air laut, yang menjadi pusat perhatian adalalah pemanasan global yang disebabkan oleh ulah manusia. Mungkin sulit dipahami tentang cara manusia dapat menyebabkan perubahan pada iklim dan air laut. Namun, para ahli sepakat bahwa ulah manusia yang memacu besarnya jumlah gas rumah kaca dilepaskan ke atmosifir dan menyebabkan bumi menjadi panas. Pemanasan global dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, seperti aktivitas pembakaran bahan bakar fosil industri maupun transportasi, tindakan penggundulan hutan, serta aktivitas pertanian dan peternakan. Beberapa aktivitas manusia ini menghasilkan berbagai macam polutan seperti, karbon dioksida, metan, gas CFC, dan lain lain. Karbon dioksida merupakan gas yang memiliki peran utama dalam pemanasan global karena gas inilah yang menyebabkan efek rumah kaca. Efek rumah kaca menyebabkan banyaknya panas dari bumi yang semakin tinggi.
ADVERTISEMENT
Gambar 1. Ilustrasi pemanasan global bumi (Sumber:nationalgeographic.grid.id)
Para ilmuwan sepakat bahwa peningkatan suhu rata-rata ini disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat ulah manusia. Gas tersebut memerangkap panas dari matahari sehingga menyebabkan suhu bumi semakin panas dan akhirnya lebih panas lagi daripada suhu normal.
Gas Rumah Kaca (GRK) adalah gas di udara di atas lapisan permukaan bumi (atmosfer) yang memungkinkan sebagian panas dari matahari ditahan di atas permukaan bumi. Secara alami gas ini diserap di bumi tetapi hanya sebagiannya saja. GRK membuat suhu di bumi pada titik layak huni bagi makhluk hidup. Sebenarnya GRK secara alami menjaga agar iklim menjadi stabil. Namun, peningkatan GRK di atmosfer menyebabkan semakin banyak pula radiasi gelombang panjang dari bumi yang terperangkap di atmosfer. Hal inilah yang kemudian menjadi pemicu pemanasan global. GRK terdiri dari beberapa unsur yang merupakan pemicu pemanasan global adalah Karbon dioksida (CO2), Metana (CH4), Nitrogen oksida (NOx) yang terdiri dari gas Nitrogen Monoksida (NO) dan Nitrogen dioksida (NO2), Chloroflourocarbon (CFC) yang terbagi meliputi Haloflourocarbon (HFC) dan Perfluorocarbon (PFC). Disebut gas rumah kaca karena beberapa gas yang terbentuk di atmosfer bumi ini berfungsi seperti kaca pada rumah kaca, yang berperan meneruskan cahaya matahari namun menangkap energi panas dari dalamnya. Proses terjadinya pemanasan global berawal dari matahari sebagai sumber energi di muka bumi. Sebagian besar energi tersebut dalam bentuk radiasi gelombang elektromagnetik yang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini mengenai permukaan bumi, akan berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan bumi dan permukaan bumi akan menyerap sebagian panas serta memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini sebagai radiasi infra merah gelombang panjang dan ultraviolet ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di permukaan bumi karena dipantulkan oleh sejumlah gas rumah kaca yang terbentuk di atmosfer, menyebabkan panas tersebut tersimpan di permukaan bumi. Mekanisme ini terjadi secara terus menerus, mengakibatkan temperatur ratarata tahunan bumi mengalami peningkatan.
ADVERTISEMENT
Gambar 2. Gas Rumah Kaca dan proses pemanasan yang di alami bumi. (www.climate4life.info)
Pada tahun 2000, buangan total di atsmofer mencapai 42 miliar ton (giga ton) setara karbondioksida (CO2). Satu liter bensin mengeluarkan buangan 2,4 kg setara CO2. Jadi, pada tahun 2000 dapat dikatakan dunia membakar 17,5 miliar liter bensin yang setara dengan 437,5 mobil berkapasitas 40 liter. Jika dibandingkan dengan jarak tempuh, jumlah bensin yang sudah dibakar dapat digunakan untuk menempuh perjalanan mobil sepanjang 157,5 miliar kilometer per tahun atau 431,5 juta kilometer setiap harinya.
Ahli klimatologi memprediksikan laju kenaikan emisi GRK akan terus mengalami peningkatan di atmosfer pada masa mendatang yang memacu peningkatan temperatur bumi. Dalam data Badan Meteorologi Inggris diketahui bahwa kenaikan temperature sudah terjadi sejak tahun 1850 dengan peningkatan suhu 1.1C hingga 6.4C antara tahun 1990 dan 2100 (IPCC) lebih panas ketimbang masa pra industri. Hal ini menimbulkan dampak yang merugikan bagi kehidupan kita.
Gambar 3. Data kenaikan temperature (Sumber:Badan Meteorologi Inggris)
Apabila kondisi temperature di bumi terus menerus mengalami peningkatan maka akan terjadi peningakatn suhu di lautan. Dampak pemanasan global karena peningkatan temperatur bumi adalah berubahnya iklim global berupa perubahan curah hujan dan naiknya intensitas frekwensi badai, naiknya paras laut akibat memuainya air laut pada temperatur yang lebih tinggi dan akibat mencairnya es abadi di kawasan kutub bumi, salinitas menurun dan sedimentasi meningkat di kawasan pesisir dan lautan, sehingga semakin mengancam keberlanjutan sumberdaya alam pesisir dan laut. Berbagai macam dampak yang dapat terjadi terhadap ekosistem pesisir dan lautan, seperti :
ADVERTISEMENT

1. Dampak Terhadap Terumbu Karang

Terumbu karang merupakan komunitas biologis di perairan laut dangkal yang umumnya berkembang secara optimal pada temperature 25-29oC dan sangat rentan terhadap perubahan temperature perairan. Ketika temperature mengalami kenaikan sekitar 1oC saja polip karang mengalami sress berat dan jika berlangsung cukup lama (3-6 bulan), akan menyebabkan lepasnya alga zooxanthellae dalam tubuh hewan karang karena tidak mampu berfotosintesis atau biasa disebut coral bleaching. Meningkatnya temperatur perairan laut diluar batas normal, tingginya intensitas sinar ultraviolet, meningkatnya kekeruhan dan sedimentasi, serta kondisi salinitas yang tidak normal merupakan beberapa faktor penyebab terjadinya coral bleaching

2. Dampak Bagi Fitoplankton dan Biota Laut Lainnya

Fitoplankton berfungsi sebagai biological carbon pump yang mampu menyerap CO2 dari atmosfer dan pada kolom perairan, dikarenakan laut dalam akan melakukan resirkulasi CO2 ke permukaan laut yang kemudian dapat melepaskannya ke atmosfer, sehingga jika fitoplankon mengalami kematian masal maka akan menurunkan penyerapan CO2, menyebabkan kandungan CO2 di atmosfer dan di kolom perairan akan meningkat drastic. menipisnya lapisan Ozon telah berdampak buruk terhadap komunitas fitoplankton di lautan akibat peningkatan emisi GRK berupa CFC. Diperkirakan 16 % pengurangan lapisan Ozon akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan fitoplankton sebagai dasar rantai makanan sehingga menurunkan laju fotosintesis di laut yang diperkirakan sudah mencapai 6-12 %. Dengan menurunya populasi fitoplankton di laut, akan menyebabkan terganggunya system rantai makanan laut. Radiasi UV-B secara berlebihan. dapat menyebabkan rekombinasi gen, memperlambat pembelahan sel sehingga menghambat laju pertumbuhan biota laut dan merusak sistem kekebalan hewan laut, terhambatnya reproduksi generatif beberapa hewan laut melalui inaktivasi selsel organ reproduksi berupa kerusakan kromosom kelamin dari sel telur dan spermatozoa, sehingga berpotensi merubah rasio perbandingan individu jantan dan betina. Dapat pula menurunkan daya tetas telur biota laut, kerusakan jaringan tubuh, penurunan laju pertumbuhan dan laju pembentukan cangkang hewan avertebrata laut, serta menghambat penyerapan unsur hara seperti nitrogen bagi alga laut yang menyebabkan menurunnya kuantitas dan kualitas kandungan agar dan karagenan. . Dengan demikian, dikhawatirkan akan terjadi penurunan tingkat keanekaragaman biota laut
ADVERTISEMENT

3. Dampak Bagi Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Saat temperature bumi mengalami peningkatan, lapisan permukaan lautan akan ikut hangat, sehingga memacu kenaikan paras air laut. Pemanasan global juga telah mencairkan es di Kawasan kutub bumi. Tinggi paras laut di seluruh dunia telah meningkat 10 - 25 cm selama abad ke-20. IPCC memprediksi peningkatan paras laut lebih lanjut sekitar 1 m pada akhir abad ke-21. Penyusutan lapisan es di Greenland diproyeksikan berdampak besar terhadap naiknya paras laut pada abad ke-22 dan lapisan Es tersebut akan habis jika pemanasan global rata-rata sebesar 1,9 - 4,6 oC terus berlangsung selama 10 abad, menyebabkan peningkatan paras laut sebesar 7 m, yang berpotensi merendam kawasan pesisir dan menenggelamkan pulau-pulau kecil dimana secara fungsional hilang. Selain itu kawasan pesisir yang berperan penting sebagai pusat berbagai aktifitas sosial ekonomi manusia, seperti; perindustrian, pertambangan, pertanian, perikanan, pemukiman penduduk, perhotelan, pariwisata, kawasan konservasi dan jasa kepelabuhanan akan terganggu akibat ancaman terendam oleh kenaikan paras laut. Dampak yang diperkirakan dapat terjadi dengan naiknya paras laut, diantaranya; meningkatnya abrasi pantai, banjir di wilayah pesisir yang lebih buruk, tergenangnya lahan basah pada wilayah pesisir, meningkatnya salinitas estuaria, berubahnya kisaran pasang-surut di sungai dan teluk, dan tenggelamnya terumbu karang.
ADVERTISEMENT
Selain dampak terhadap lingkungan, pemanasan global yang mengakibat-kan perubahan iklim, juga memberikan dampak serius pada kehidupan social dan budaya, dan yang langsung kena dampaknya adalah masyarakat miskin. Hal tersebut terjadi karena golongan masayrakat miskin tidak mempunyai kemampuan finansial untuk melakukan tindakan adaptasi, terutama kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung alam, seperti nelayan, petani, dan lain-lain. Seperti contoh apabila terus mengalami kenaikan permukaan air laut maka tempat tinggal masyarakat nelayan terancam banjir, sumber penghasilan dari menangkap ikan menganggu. Akan terjadi krisis air bersih di wilayah perkotaan akibat intrusi air laut. Menurunnya produktivitas nelayan karena banyak biota laut mati terkena suhu yang tinggi.
Maka dari itu, Tindakan yang harus dilakukan adalah dengan mengubah perilaku dengan mengurangi segala aktivitas yang memberikan dampak buruk bagi lingkungan. Seperti menghemat penggunaan air, menghemat listirk, melakukan penanaman pohon, penggunaan kendaraan bermotor dikurangi. Langkah yang kolektif bisa dengan mencari energi alternatif, melestarikan hutan, menghapus penggunaan CFC pada peralatan pendingin, dan penanaman pohon.
ADVERTISEMENT
Referensi :
Utina, Ramli. 2009. Pemanasan Global:Dampak dan Upaya Meminimalisasinya. FMIPA Universitas Negeri Gorontalo
Samidjo, J & Suharso, Y.2017. Memahami Pemanasan Global dan Perubahan Iklim. IKIP Veteran Semarang
Latuconsina, H,2010. Dampak Pemanasan Global Terhadap Ekosistem Pesisir dan Lautan. FPIK, UNIDAR Ambon.
https://ilmugeografi.com/bencana-alam/dampak-pemanasan-global
https://nationalgeographic.grid.id/
http://uksa387.undip.ac.id/
https://www.merdeka.com/
https://www.metoffice.gov.uk/
https://www.climate4life.info/