Rendahnya Literasi Akibat Kurangnya Minat Baca

Dindin Maeludin
Tinggal di Kabupaten Ciamis dan masih aktif sebagai ASN di BPS Kabupaten Ciamis
Konten dari Pengguna
24 Mei 2021 12:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dindin Maeludin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Reading the book (pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Reading the book (pixabay)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menurut wikipedia, istilah literasi dalam bahasa latin disebut sebagai literatus, yang berarti orang yang belajar. Secara garis besar, literasi merupakan istilah umum yang merujuk pada kemampuan dan keterampilan seseorang dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung serta memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan seseorang dalam berbahasa.
ADVERTISEMENT
Sementara menurut National Institute for Literacy, mendefinisikan literasi sebagai “kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat.” Definisi ini memaknai literasi dari perspektif yang lebih kontekstual. Dari definisi ini terkandung makna bahwa definisi literasi tergantung pada keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan tertentu.
Di Indonesia sendiri budaya literasi masih dibawah negara lainnya. Berdasarkan data dari The World’s Most Literate Nations Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 dalam kemampuan literasi. Tentunya hal ini sangat memprihatikan apabila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura yang menempati posisi 35 dan Malaysia berada di posisi 53 serta Thailand di posisi 59.
Bahkan UNESCO (Badan dunia PBB yang membawahi bidang pendidikan dan kebudayaan) menempatkan Indonesia sebagai negara terendah kedua untuk minat baca. Ini menjadi kesimpulan bahwa minat baca masyarakat Indonesia masih rendah hanya terdapat 0,001 persen saja, artinya 1 dari 1.000 orang Indonesia yang rajin membaca.
ADVERTISEMENT
Diungkapkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI dari Indeks Aktifitas Literasi Membaca (Alibaca) bahwa akar penyebab dari rendahnya minat baca masyarakat Indonesia adalah kurangnya akses untuk mendapatkan bahan literasi terutama di daerah yang terpencil.
Padahal sejak tahun 2002 Indonesia mempunyai hari bersejarah terkait membaca, yaitu Hari Buku Nasional (HABUKNAS) yang selalu diperingati setiap tanggal 17 Mei. Adalah Abdul Malik Fadjar, seorang Menteri Pendidikan Nasional di era Kabinet Gotong Royong yang merupakan tokoh penggagas dibalik peringatan Hari Buku Nasional.
Peringatan ini patut kita hargai sebagai perjuangan seorang tokoh yang ingin memajukan generasi bangsa terhadap minat membaca. Memang tidak mudah untuk mewujudkan masyarakat yang cinta dan terbiasa terhadap membaca buku, terlebih di masa sekarang dimana banyak generasi muda yang seakan sudah terpapar dengan media teknologi informasi dan komunikasi. Seolah lupa akan keberadaan buku, miris memang.
Books Library (pixabay)
Membaca merupakan salah satu kegiatan yang sering dilakukan oleh semua orang. Tidak hanya diwaktu senggang bahkan ketika melaksanakan aktifitas bekerja. Dan kegiatan membaca banyak dilakukan mulai dari usia anak-anak sampai dengan usia dewasa. Setiap bacaan mempunyai daya tarik dan ciri khasnya sendiri, hingga membuat pembaca berminat untuk membaca bacaan tersebut. Dan dengan membaca adalah salah satu metode untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.
ADVERTISEMENT
Apalagi dijaman serba teknologi canggih minat baca semakin berkurang dengan adanya smartphone. Di Indonesia sendiri terdapat lebih dari 60 juta penduduk yang memiliki smartphone yang menempatkan Indonesia berada diperingkat lima dunia terbanyak yang memiliki smartphone.
Dan yang menjadi ironisnya, minat akan membaca semakin berkurang. Mereka lebih fokus pada gadget masing-masing. Tidak dipungkiri dengan kemajuan teknologi semua informasi dimana bisa langsung didapatkan secara cepat. Kita tinggal memasukan beberapa kata di aplikasi maka muncul berita yang kita cari dan diinginkan.
Selain dari faktor teknologi ada dua faktor yang mempengaruhi minat baca diantaranya adalah faktor lingkungan dan faktor motivasi. Faktor Lingkungan merupakan salah satu hal yang akan mempengaruhi seseorang dalam kehidupannya, dengan lingkungan yang baik akan memberikan dorongan yang positif bagi kehidupannya. Sementara faktor motivasi merupakan dorongan yang sangat dibutuhkan untuk stimulan bagi seseorang untuk gemar membaca, semakin faham dari manfaat membaca, maka akan semakin disadari betapa sangat pentingnya membaca dan akan semakin tertarik pula untuk membaca.
ADVERTISEMENT
Minat baca adalah perasaan senang yang sangat kuat dalam kegiatan membaca yang membutuhkan stimulus untuk mewujudkannya menjadi suatu kebiasaan (Ginting, 2005).
Dari faktor-faktor di atas akan menjadi pengaruh besar bagi seseorang untuk membaca. Sementara untuk meningkatkan minat baca, bisa dibangun dari lingkungan yang positif dan dengan dorongan atau motivasi baca yang tinggi serta memanfaatkan teknologi dengan positif.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dirilis dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2020 yang penduduk yang berumur 15 tahun ke atas mengenai kemampuan membaca dan menulis di wilayah perkotaan tercatat sekitar 97,61 persen, sementara diperdesaan sebesar 93,23 persen. Hal ini menunjukan bahwa hampir semua penduduk Indonesia mampu untuk membaca dan menulis.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari kurangnya minat terhadap literasi. Kita semua berharap semoga generasi yang akan datang akan semakin bijak dalam penggunaan smartphone, dan lebih berminat lagi dalam hal membaca.
Ada pepatah mengatakan membaca adalah jendela dunia. Dengan membaca, apapun jenis bacaannya entah buku, novel, berita atau apa pun akan menambah manfaat dalam diri seseorang. Membaca juga membuat kita bisa mengerti apa yang selama ini tak bisa dipahami.
Semakin pintar masyarakat dengan membaca, kelak akan menjadi tangguh pula kedaulatan negara Indonesia dimasa depan.