Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Tidak Seburuk yang Dibayangkan

Muhammad Diponegoro Stropawiro
Industrial Engineering Student and Physics Laboratory Assistant at Telkom University, Freelance Facility Design and Planning, and Interested in Urban Development
Konten dari Pengguna
28 Juni 2022 13:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Diponegoro Stropawiro tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Stigma Buruk tentang Energi Nuklir

Mendengar kata "nuklir" terkadang tidak terlepas dari pandangan tentang dampak bahaya ataupun resikonya terhadap lingkungan. Mengingat tragedi Chernobyl pada tahun 1986 di Kota Pripyat, Ukraina tidak hanya meninggalkan kerusakan lingkungan yang sangat parah namun juga menyisakan pandangan publik tentang konsekuensi pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).
Reaktor Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. [Fotografer : Albrecht Fietz]
Sebagaimana yang dilansir oleh Asosiasi Nuklir Dunia (World Nuclear Association), sejak Juni 2022 sudah terdapat lebih dari 50 negara yang memanfaatkan nuklir pada 220 reaktor penelitian, serta PLTN telah menjadi penyumbang energi rendah karbon kedua terbesar di dunia. Selain itu, kapabilitas energi nuklir sebagai sumber arus listrik sudah tidak diragukan, Badan Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat (EIA) mencatat bahwa PLTN di seluruh dunia mampu memproduksi total arus listrik sebesar 2.657 miliar KWh.
ADVERTISEMENT

Energi Nuklir Dinilai Memiliki Performa yang Efisien

Tingkat efisiensi PLTN pun juga dapat dinilai lebih hemat lahan jika dibandingkan dengan pembangkit listrik dari sumber tenaga alam lainnya seperti angin maupun air. Nuclear Energy Institute (NEI) menyebutkan pembangkit listrik tenaga angin membutuhkan luas lahan 360 kali lebih banyak untuk menghasilkan jumlah listrik yang sama, sementara pembangkit listrik tenaga surya membutuhkan luas lahan 75 kali lebih banyak. Di samping segala resiko yang dimiliki, PLTN masih menunjukan sisi ramah lingkungan yang memungkinkan menjadi solusi sumber energi di masa depan sebagai pengganti bahan bakar fosil.
Dibalik segala penelitian tentang efektivitas pembangkit listrik tenaga nuklir, hingga saat ini penggunaan energi fosil masih dinilai lebih ekonomis, lebih mudah diproses, dan mudah disimpan serta lebih diterima masyarakat jika dibandingkan dengan sumber energi nuklir. Meski demikian, tingkat efisiensi energi dari pembakaran fosil masih jauh dibawah penggunaan energi nuklir jika ditinjau dari segala aspek meliputi dampak lingkungan yang ditimbulkan dalam jangka panjang.
ADVERTISEMENT