Polarisasi politik semula adalah bahasa orang sekolahan. Istilah itu merembes ke bahasa sehari-hari lewat berbagai talkshow televisi, video Youtube, berita online, dan percakapan di tongkrongan virtual seperti Whatsapp dan Instagram.
Lebih dari sekadar fenomena bahasa, kita merasakannya sebagai pengalaman keseharian. Dalam keluarga atau lingkaran pertemanan, obrolan bisa tiba-tiba mendidih gara-gara ada anggota yang menyatakan apresiasi atau kritik terhadap kebijakan Presiden Joko Widodo. Demikian pula kalau ada yang menautkan link berita yang mendukung atau menolak Rizieq Shihab dan FPI.
Kadang, perbantahan yang kelewat panas berujung pada pemutusan hubungan. Pro dan kontra tentang orang-orang yang jauh merobek persaudaraan dengan orang-orang terdekat.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814