Banjir di Tengah Pandemi COVID-19

Dodi Rosadi
Pranata Humas BRIN
Konten dari Pengguna
27 Februari 2021 13:01 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dodi Rosadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Banjir di wilayah, antilope jaticempaka, pondok gede, Foto Pribadi: Om Jack
zoom-in-whitePerbesar
Banjir di wilayah, antilope jaticempaka, pondok gede, Foto Pribadi: Om Jack
ADVERTISEMENT
Belum selesai perang melawan Covid-19 yang terjadi Indonesia, dan angka penularan Covid-19 yang semakin tinggi. Daerah ibu kota DKI Jakarta kembali terkena banjir, banjir yang terjadi pada Sabtu, (21/2) sejumlah wilayah di Jakarta, salah satu penyebabnya curah hujan yang tinggi. Dikutip dari rilis https://www.bmkg.go.id/Deputi Bidang Meteorologi Guswanto menjabarkan, kondisi cuaca ekstrem di wilayah Jabodetabek tersebut disebabkan sejumlah faktor yaitu pada 18-19 Februari terpantau adanya seruakan udara dari Asia yang cukup signifikan mengakibatkan peningkatan awan hujan di Indonesia bagian barat.
ADVERTISEMENT
Persoalan banjir di Jakarta masih menjadi topik yang menarik dan hangat untuk dibicarakan, sejumlah cara sudah dilakukan oleh Pemerintahan Provinsi (Pemrov) DKI Jakarta untuk mengatasi banjir, tetapi mengapa banjir masih terjadi? Terutama ketika musim hujan.
Seperti yang kita lihat di berbagai di media online, begitu banyak pendapat ahli, pakar, peneliti yang menceritakan berbagai permasalahan dan solusi terkait banjir yang terjadi di Jakarta.

Banjir, Faktor Yang Mempengaruhi & Permasalahannya

Menurut Suripin (2003) banjir adalah suatu kondisi di mana tidak tertampungnya air dalam saluran pembuang (palung sungai) atau terhambatnya aliran air di dalam saluran pembuang, sehingga meluap menggenangi daerah (dataran banjir) sekitarnya.
Salah satu penyebab terjadinya banjir di beberapa wilayah khususnya di DKI Jakarta disebabkan curah hujan yang tinggi, tetapi tidak hanya curah hujan dan kondisi cuaca ekstrem yang menyebabkan terjadinya banjir.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana dilansir situs resmi https://lipi.go.id, peneliti Pusat Penelitian Limnologi LIPI, M. Fakhrudin menyebutkan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi banjir. Yaitu curah hujan, tutupan lahan, dan sistem drainase. Sebanyak 30 sampai 40 persen wilayah di Jakarta di bawah permukaan air laut, dan persentasenya terus bertambah.
Menurut Iganisius Dwi Atmana Sutapa, Direktur Eksekutif Asia Pacific Centre for Ecohydrology – UNESCO Category II Centre (APCE – UNESCO C2C), menyatakan bahwa berbagai kendala juga dihadapi untuk menangani permasalahan bencana banjir di antaranya: kebijakan desentralisasi, pengelolaan sumber daya yang tidak optimal serta tumpang tindih kewenangan antar sektor dan tingkatan.

Penanganan Banjir

Diperlukan solusi yang permanen/tetap di dalam mengatasi penanganan banjir yang terjadi beberapa wilayah di Jakarta, terutama dalam pencegahannya, hal yang bisa kita lakukan seperti pertama, melakukan kajian/penelitian bersama mulai dari hulu sampai hilir, kedua, melakukan diskusi/Focus Gruop Discussion (FGD) dengan para ahli/peneliti yang sesuai dengan bidang kepakaran/keahliannya, ketiga, diperlukan kolaborasi dari berbagai pihak-pihak yang terkait.
ADVERTISEMENT
Dari hasil diskusi/FGD, kajian, penelitian terhadap permasalahan dan solusi dari banjir sudah ditemukan, langkah selanjutnya diperlukan tindaklanjut dari hasil tersebut untuk disampaikan ke Pemprov DKI Jakarta sebagai pedoman dan alternatif solusi mengatasi banjir yang setiap tahunnya selalu terjadi di Jakarta.
Dikutip dari pu.go.id, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimulyono mengatakan bahwa penanganan banjir harus dilakukan secara menyeluruh lewat kegiatan multisektoral yang melibatkan seluruh pemilik kepentingan dengan visi bersama untuk menyelesaikan masalah secara berkelanjutan.
Basuki menambahkan penanganan banjir secara teknikal memang penting dan perlu, namun memiliki keterbatasan dan tidak dapat menyelesaikan masalah secara jangka panjang. Ketika parameter rancangannya berubah dan/atau terlampaui, maka penanganan tersebut menjadi sangat rentan untuk gagal.
ADVERTISEMENT

Banjir di Tengah Pandemi Covid-19 dan Pencegahan

Banjir tahun ini tentu berbeda dari tahun-tahun sebelumnya dikarenakan terjadi bersamaan di tengah pandemi Covid-19 yang belum bisa kita pastikan semua kapan akan berakhirnya. Banjir bisa membawa dampak kerugian ekonomi bagi kehidupan masyarakat, seperti rusaknya rumah, peralatan elektronik, gedung perkantoran, kendaraan bermotor dan lain-lain. Bahkan dampak negatif dari banjir, yaitu munculnya korban jiwa.
Banjir di tengah pandemi Covid-19 ini mengharuskan masyarakat selalu waspada. Yang perlu menjadi perhatian kita semua penanganan dari korban banjir yang terjadi di Jakarta akan sangat sulit menerapkan protokol kesehatan, di masa pandemi Covid-19. Banyaknya orang yang berkumpul di tempat pengungsian hal ini bisa menimbulkan terjadinya cluster baru penyebaran Covid-19.
ADVERTISEMENT
Untuk itu diperlukan upaya pencegahan terhadapa penularan Covid-19 ini, khususnya tempat dan para pengungsi perlu menerapkan protokol kesehatan yang ketat, dengan memakai masker, tetap menjaga jarak, dan mencuci tangan/handsanitizer.
Pencegahan Covid-19 di tempat pengungsian ini yang harus kita antisipasi dengan baik, sehingga penyebaran Covid-19 dapat dicegah dengan cara, seperti pertama, menyiapkan rapid tes antigen, tes genose di posko-posko tempat pengungsian, kedua menyiapkan sarana dan prasarana kesehatan, ketiga hindari menggunakan barang-barang secara bersama-sama.
Kita berharap di tahun depan tidak ada lagi terjadinya banjir. (dr).
Salam Sehat
Dodi Rosadi
Pranata Humas LIPI