Ambisi Abu Dhabi Menikung Dubai

Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Konten dari Pengguna
1 April 2024 8:32 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Donny Syofyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Foto: https://www.shutterstock.com/image-photo/skyscrapers-abu-dhabi-united-arab-emirates-163833845
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Foto: https://www.shutterstock.com/image-photo/skyscrapers-abu-dhabi-united-arab-emirates-163833845
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Emirat terkaya di Teluk Persia bercita-cita ingin menjadi lebih kaya. Kita berbicara tentang Abu Dhabi, ibu kota Uni Emirat Arab. Kota ini sedang menggelar karpet merah untuk para pemuka hedge fund.
ADVERTISEMENT
Pihak otoritas Abu Dhabi telah meresmikan program khusus untuk para manajer hedge fund, anggap saja ini sebagai paket keuntungan yang dirancang untuk menarik para pemodal besar.
Insentif yang ditawarkan sangat beragam, mulai dari dukungan gaya hidup dan visa hingga penerimaan di sekolah-sekolah elit dan bahkan keanggotaan di country clubs.
Semua upaya dilakukan asalkan para profesional keuangan mau pindah ke Abu Dhabi. Kemungkinan besar itulah yang akan terjadi. Pelbagai keuntungan yang ditawarkan tersebut akan memastikan kelancaran mereka untuk bergabung.
Namun lebih dari itu, Abu Dhabi sendiri adalah daya tarik yang besar, lewat SWF (sovereign wealth fund) yang dipunyai kota tersebut. Nilainya mencapai US$1,5 triliun sehingga ini menjadikannya salah satu SWF negara terbesar di dunia. Tentu ini lebih dari cukup untuk menarik perhatian manajer hedge fund mana pun.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Abu Dhabi mengalami pertumbuhan ekonomi yang cepat pasca-covid. Kota ini menawarkan kemudahan dalam berbisnis, sikap politik yang netral, tingkat kejahatan yang relatif rendah, dan zona waktu yang memungkinkan para professional atau pekerja untuk berbisnis sesuai dengan jam Eropa, Amerika, dan Asia.
Selain itu, Abu Dhabi adalah bagian dari sedikit kota bahkan negara yang menyukai orang-orang super kaya, para miliarder dan triliuner. Saat ini, hanya sedikit negara yang menyambut baik para super crazy rich.
Di banyak negara, para miliarder dan triliuner sering kali diawasi ketat, tetapi UEA tidak menjelek-jelekkan kapitalisme. Dikombinasikan dengan faktor-faktor lain, Abu Dhabi menjadi ibu kota dengan daya tarik besar bagi para orang kaya. Kota ini berharap hal tersebut berjalan lancar dan Abu Dhabi memang mempertaruhkan reputasinya untuk hal itu.
ADVERTISEMENT
Lalu mengapa Abu Dhabi menawarkan keuntungan yang tidak biasa kepada kalangan profesional keuangan? Sederhananya sebab kota ini ingin menjadi lebih kaya lagi. Abu Dhabi telah menetapkan target ambisius.
Kota ini berharap menjadi salah satu pusat keuangan terbesar di dunia dan menarik para profesional dari kota-kota seperti New York, London, Hong Kong, dan Singapura.
Pertanyaannya, apakah rencana ini akan berhasil? Jika kita percaya pada tanda-tandanya, bisa saja. Mari kita lihat Abu Dhabi Global Market atau ADGM. Ia adalah Pusat Keuangan Abu Dhabi.
Sampai tahun lalu, terdapat 1.825 entitas operasional di sana. Pertumbuhannya mencapai 32% sejak tahun 2022. ADGM juga memiliki 102 manajer aset yang mengelola 141 dana.
Saat ini ADGM adalah pusat keuangan dengan pertumbuhan tercepat di kawasan Timur Tengah. Perusahaan keuangan global top tengah membuka kantor di Abu Dhabi, seperti Goldman Sachs, Rothschild & Co, dan Morgan Stanley. Jadi segalanya berjalan baik untuk kota ini.
ADVERTISEMENT
Namun ada satu rintangan, yaitu persaingan. Abu Dhabi bersaing dengan dua pusat keuangan regional; yakni Dubai yang dapat ditempuh dengan perjalanan mobil singkat dan Riyadh yang bisa diakses dengan mudah melalui penerbangan singkat.
Kedua pesaing ini sudah lebih lama berkecimpung di bidang ini. Ketiga nama besar di atas memang tengah mendirikan basisnya di Abu Dhabi, tetapi mereka sudah berada di Dubai bertahun-tahun.
Karenanya, sebelum Abu Dhabi mencoba untuk menyalip raksasa keuangan seperti New York dan London, tantangan besar pertamanya terletak di lingkungannya sendiri. Hanya waktu yang akan membuktikan apakah kota kepulauan ini bisa menjadi pulau keuangan tersendiri.