Miss Universe Indonesia dan Pelecehan Seksual

Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Konten dari Pengguna
10 Agustus 2023 9:57 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Donny Syofyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pelecehan seksual di transportasi umum. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pelecehan seksual di transportasi umum. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Cancel culture telah memakan banyak korban. Sayangnya ini belum menyentuh kontes kecantikan ini. Betapa beracun dan absurdnya kegiatan ini. Lalu, apa sih kontes kecantikan tersebut?
ADVERTISEMENT
Tak lain dari upaya untuk melakukan pemeringkatan (rating) dan pengurutan (ranking) wanita. Sayangnya, tak ada yang mau membicarakannya. Standar kecantikan yang mustahil, model pakaian renang yang kontroversial, dan pelecehan di balik layar ini sudah terjadi selama bertahun-tahun.
Insiden terbaru terjadi di tanah air saat kontes Miss Universe Indonesia diadakan beberapa hari lalu. Enam orang peserta telah melaporkan adanya pelecehan seksual kepada pihak berwenang. Menurut pengakuan mereka, setidaknya 5 orang diminta untuk melepaskan pakaian dalam mereka. Alasannya adalah untuk pemeriksaan tubuh (body check).
Para kontestan ini kemudian difoto tanpa busana. Sekitar 20 orang termasuk pria berada di ruangan itu. Beberapa dari mereka diminta untuk berpose dengan tidak patut. Mereka diminta untuk membuka kaki mereka lebar-lebar ke arah kamera.
ADVERTISEMENT
Pihak kepolisian menegaskan penyelidikan tengah berlangsung. Lembaga yang mengelola Miss Universe juga telah merilis pernyataan bahwa mereka secara serius menangani tuduhan pelecehan seksual tersebut. Perlu dicatat ini bukan kejadian pertama. Fakta tenang pelecehan seksual adalah hal biasa dalam kontes kecantikan.
Lalu, apa yang telah dilakukan Miss Universe untuk menghentikannya? Sedikit sekali. Sebagian besar kontes ini masih diselenggarakan oleh kaum pria, bukan hanya bos-bos besar tetapi bahkan oleh para staf keseharian. Artinya, kontes kecantikan adalah tempat berburu bagi para predator.
Pada 2017 CEO Miss America dipecat. Dia terbukti mengirim pesan jorok dan kasar tentang para kontestan sebelumnya. Pada 2018 salah satu sponsor di Miss Earth digugat oleh tiga kontestan. Mereka menuduhnya melakukan pelecehan seksual.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2022 penyelenggara Miss Rwanda ditangkap karena pelecehan seksual. Semua ini adalah kasus-kasus terbaru. Semuanya terjadi dalam enam tahun terakhir. Tapi itu tidak berarti fenomena pelecehan seksual adalah persoalan baru.
Ini sudah menjadi ciri khas dari kontes kecantikan. Satu-satunya perbedaan adalah para wanita ini akhirnya berbicara. Pada tahun 2016, kontestan Miss USA melemparkan tuduhan kepada Donald Trump sebab dia menerobos masuk ke dalam ruangan ketika para kontestan telanjang pada 2001. Saat itu Donald Trump adalah pemilik organisasi yang menyelenggarakan Miss Universe.
Mengapa kejadian ini terus berulang? Dan yang lebih penting lagi, bagaimana kita bisa menghentikannya? Jawaban sederhana saja; hentikan penyelenggaraan kontes kecantikan ini.
Acara ini jelas sangat beracun, kasar dan ketinggalan zaman. Ia tidak memiliki tempat di masyarakat kita. Kontes ini dirancang untuk para laki-laki. Beberapa kegiatan ini tak ubahnya dengan kondisi Zaman Batu, seperti Miss France. Pada tahun 2021 para aktivis mengkritik dan mengutuk kompetisi ini.
ADVERTISEMENT
Mereka mengatakan acara Miss France ini sangat diskriminatif. Kontestan harus memiliki tinggi badan 5,5 kaki. Mereka harus lajang dan tidak memiliki anak. Dunia macam apa yang bisa memenuhi syarat-syarat kecantikan demikian?
Banyak yang berdalih kontes ini memberikan kepercayaan diri dan peluang kepada wanita, semacam landasan peluncuran buat karier mereka ke depan. Tapi melihat rekam jejak yang ada, terus terang kita tidak setuju. Kontes kecantikan tidak memberikan kepercayaan diri apa pun kepada kaum wanita.
Acara ini bahkan bisa menyebabkan gangguan dismorfik tubuh dan gangguan makan. Sebuah studi pada tahun 2003 menyurvei 130 ratu kecantikan. Sebagian besar pernah mengikuti kontes atau telah menjadi finalis. 26 persen dari peserta memiliki gangguan makan, 48 persen ingin menjadi lebih kurus dan 57 persen berusaha menurunkan berat badan.
ADVERTISEMENT
Ingat, mereka adalah finalis kontes kecantikan meskipun setengah dari mereka tidak puas dengan penampilan mereka. Mereka ingin menjadi lebih langsing. Dampaknya pada penonton sama buruknya. Bayangkan, gadis-gadis yang menonton dan belajar dari kontes kecantikan juga bisa terkena gangguan dismorfik tubuh.
Mari kita rekap apa yang salah dengan kontes kecantikan ini. Para kontestan berulang kali dilecehkan. Sebagian besar dari mereka memiliki harga diri yang rendah dan penonton terbuai dengan standar kecantikan yang beracun ini.
Lalu, mengapa banyak orang masih saja ingin memiliki dan mengadakannya? Lagi-lagi karena faktor uang yang bisa dihasilkan. Industri kontes kecantikan ini bernilai US$ 5 miliar. Sebagian besar kontes disponsori oleh perusahaan kosmetik, dan ini US$ 300 miliar dolar lainnya.
ADVERTISEMENT
Kelompok-kelompok ini mendapat manfaat dari kontes kecantikan. Mereka tidak melihat dan peduli dengan wanita yang mengalami gangguan dismorfik tubuh. Mereka hanya memandang pelanggan potensial. Lihat saja pemenang Miss Universe sejak tahun 2000.
Hanya enam dari mereka yang berasal dari negara-negara Dunia pertama, sisanya berasal dari negara berkembang. Dan jangan salah mengira ini sebagai dorongan keanekaragaman. Itu semua tentang memperluas dan mencari pasar baru, tentang menjual mimpi kontes kecantikan ke lebih banyak warga dunia.
Bagaimana kita bisa menghapusnya? Salah satu pilihan adalah membuat perubahan generasi dengan mengajarkan wanita-wanita muda untuk melihat tubuh mereka secara positif, bagaimana kontes kecantikan telah mendistorsi konsep kecantikan dan penampilan. Bila kita tidak memulai dan melakukannya, maka akan sulit untuk mengakhirinya.
ADVERTISEMENT