Negara-Negara Selatan Menentang Israel

Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Konten dari Pengguna
6 November 2023 11:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Donny Syofyan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bagaimana negara-negara Selatan melihat Perang Israel dan Hamas? Di mana mereka berdiri? Negara-negara Selatan melihat perang ini melalui banyak faktor, seperti sejarah mereka sendiri, penindasan kolonial yang mereka lawan, standar ganda Barat dan tentu saja kebijakan politik masing-masing negara. Negara-negara Amerika Latin sudah jelas berpihak, tapi bukan kepada Israel.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh adalah Bolivia. Pemerintah Bolivia telah memutuskan semua hubungan diplomatik dengan negara zionis Israel. Keputusan ini berdasarkan pendirian utama dan rasa hormat terhadap kehidupan. Bolivia memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel sebagai penolakan dan kecamannya terhadap serangan militer Israel yang agresif dan tidak proporsional di Jalur Gaza. Ini jelas mengancam perdamaian dan keamanan internasional.
Ada faktor sejarah di sini. Bolivia melakukan hal yang sama pada 2009—memutuskan hubungan diplomatik dengan Isarel—saat Israel menginvasi Jalur Gaza. Kini Bolivia memutuskan hubungan kembali. Mencermati tindakan pengulangan itu, ternyata tidak hanya Bolivia. Chile dan Kolombia juga menarik duta besar masing-masing dari Israel serta menuduh Israel melakukan pelanggaran hukum internasional. Bahkan Kolombia mengambil satu langkah lebih maju. Presiden Kolombia bahkan menyebut Israel seperti Neo-Nazi.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, ada sentimen di kalangan negara-negara Amerika Latin yang menginginkan Israel untuk menghentikan serangan dan mendeklarasikan gencatan senjata. Presiden Brazil Luiz Inácio Lula da Silva menyebut Netanyahu ‘gila.’ Dia menyatakan, “Apa yang kita saksikan hari ini adalah kegilaan Perdana Menteri Israel. Dia ingin menghabisi Jalur Gaza. Dia lupa bukan hanya tentara Hamas di sana. Ada wanita dan anak-anak yang menjadi korban perang.”
Lalu, mengapa Amerika Latin menentang Israel? Sebelum kita menjawabnya, mari kita melihat bagaimana pemungutan suara Majelis Umum PBB tentang gencatan senjata di Gaza. 120 negara sepakat diadakannya gencatan senjata. Artinya resolusi untuk gencatan senjata diadopsi. Kelompok yang menghendaki genjatan senjata tersebut sebagian besar berasal dari Amerika Selatan, Afrika, Asia Selatan, Asia Tenggara. Semua ini kita kenal sebagai Global South. Sebaliknya, negara-negara yang menentang genjatan senjata adalah negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Ada juga negara-negara Selatan yang memilih abstain, semisal India dan Filipina.
ADVERTISEMENT
Secara umum, negara-negara Selatan menentang Israel. Pertanyaannya adalah mengapa? Setidaknya ada tiga alasan. Pertama terkait dengan faktor sejarah. Negara-negara Selatan adalah korban kolonialisme. Mereka merasakan pengalaman pahitnya pendudukan dan diskriminasi penjajahan secara langsung. Ini yang mereka saksikan terjadi di Palestina. Lihatlah bagaimana keadaan di Cape Town di Afrika Selatan. Ada unjuk rasa pro-Palestina yang masif. Coba tebak siapa yang tampil memimpinnya? Cucu Nelson Mandela. Dia menegaskan kesamaan antara negaranya dan Palestina. Dalam pidatonya, dia mengatakan, “Palestinians are counting on each and every one of us to stand and be countered like they stood side by side with us in the trenches when we fought to liberate our country” (Warga Palestina mengandalkan masing-masing negara dan kita untuk berdiri seperti halnya mereka berdiri berdampingan membela kita saat kita berjuang membebaskan negara kita).
ADVERTISEMENT
Alasan kedua terkait dengan skala prioritas. Negara-negara Selatan tidak mampu memainkan politik kekuasaan besar sebab masing-masing menghadapi masalah yang lebih mendesak, seperti memerangi inflasi dan kemiskinan. Jadi tanggapan mereka terhadap peperangan relatif sama; hentikan peperangan. Saat PBB meloloskan resolusi untuk Rusia melakukan penarikan diri dari Ukraina, bagaimana sikap negara-negara Selatan? Sama saja. 141 negara memberikan suara menentang Rusia, walau mereka tidak memutuskan hubungan diplomatik dengan Moskow. Artinya bila diberikan pilihan, negara-negara ini ingin mengakhiri perang.
Kenapa tidak? Ketika Rusia menyerbu Ukraina, harga pangan melonjak dan negara-negara Selatan menderita. Sekarang Israel terus-menerus menggempur Gaza dan Iran mewanti-wanti akan adanya perang regional. Lagi-lagi ini akan berdampak terhadap kesulitan negara-negara Selatan. Sebagian besar mereka bergantung kepada minyak dari Asia Barat atau Timur Tengah. Jika perang meluas, maka tagihan impor mereka akan melonjak. Jadi ini bukan sekedar tuntutan moral atau prinsip kemanusiaan tapi juga kepentingan ekonomi dan politik masing-masing.
ADVERTISEMENT
Alasan ketiga adalah penolakan terhadap Tatanan Dunia (World Order) yang ada sekarang. Coba lihat, 140 dari 193 negara-negara ingin Rusia berhenti menyerang Ukraina namun perang terus berlanjut. Demikian pula 120 negara menginginkan Israel melakukan hal yang sama (melakukan genjatan senjata) tapi pembunuhan massal tetap terjadi di Gaza. Ini semua menunjukkan Tatanan Dunia yang ada tidak masuk akal. Negara-negara Selatan berupaya menentangnya. Mereka melihat Israel sebagai perpanjangan dari kemunafikan Barat. Oleh karena itu Mereka marah sebab kebijakan Barat saat ini mengabaikan negara-negara Selatan.