news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Vaksin, Vaksinasi, dan Imunitas

Dr CSP Wekadigunawan
Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat IAKMI, Ketua Komite Etik Penelitian Kesehatan dan Ketua Senat Universitas Esa Unggul.
Konten dari Pengguna
21 Desember 2020 21:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dr CSP Wekadigunawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Penulis mengingatkan agar konsumsi makanan bergizi untuk menambah imun.
zoom-in-whitePerbesar
Penulis mengingatkan agar konsumsi makanan bergizi untuk menambah imun.
ADVERTISEMENT
Situasi sekarang kita masih bersama menghadapi pandemi COVID-19. Kemarin, hari Kamis, 17 Desember 2020, saya mengambil rapor anak saya yang kelas enam sekolah dasar. Pertemuan dengan orang tua adalah satu persatu dan ada jadwalnya, bisa online dan bisa juga offline.
ADVERTISEMENT
Guru berada di dalam kelas, para orang tua yang ingin berjumpa tatap muka dengan guru diminta memakai masker dan menggunakan baju hazmat dan face shield yang disediakan steril oleh sekolah.
Anak saya memperoleh ranking pertama di kelas, dan saya berterimakasih pada guru-guru yang telah mengajar dan membimbingnya. Saya dan anak bungsu saya menghadap wali kelasnya yang menyampaikan macam-macam, sampai beliau bertanya tentang vaksin untuk menangani Covid-19.
Yang mengejutkan adalah beliau tak pernah tahu bahwa vaksin itu adalah virus itu sendiri! Matanya terbelalak, kaget, dan berseru, "kalau gitu benar yang dibilang orang ya bu vaksin itu hanya akal-akalan. Oh rupanya virus toh yang disuntikkan ke (tubuh-pen) kita."
Ia juga sempat bergumam," pantesan ada yang mati karena diberi vaksin" Nah, saya pun menerangkan agak panjang lebar sebab saya memang giliran terakhir hari itu, maka saya kira saya tak mengganggu antrean orang tua lainnya. Saya menuliskannya di sini, sebab seharusnya pengetahuan ini diketahui oleh banyak orang.
Vaksin
ADVERTISEMENT
Apa itu vaksin? Vaksin adalah virus (atau bagian dari virus) yang dilemahkan. Dilemahkan artinya dibuat sedemikian rupa tentunya dengan riset dan teknologi yang canggih untuk membuat virus tersebut tidak menimbulkan bahaya, keganasan (patogenitas penyakit) dan kematian. Vaksin Synovac bahannya adalah virus Covid-19 utuh yang dilemahkan (inactivated virus), sedang Vaksin Pfizer dan Moderna berasal dari sintesa protein yang ada di dalam virus Covid-19 jadi bukan berasal dari virus Covid-19 utuh seperti Synovac. Itu sebabnya, harga dari masing-masing vaksin itu bervariasi.
Bagaimana Vaksin dapat melindungi tubuh kita?
Vaksin (COVID-19) yang sudah dimasukkan ke tubuh kita merangsang dibentuknya sistem kekebalan tubuh yang spesifik untuk mencegah COVID-19. Sistem kekebalan tubuh ini ibarat para pengawal yang mencegah manusia yang mendapatkan vaksin tersebut untuk sakit parah jika kebetulan virus COVID-19 menyerang.
Ilustrasi vaksin corona. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
Imunitas
ADVERTISEMENT
Imunitas kita adalah kekebalan tubuh kita. Zat-zat kekebalan tubuh kita berupa sel-sel darah putih (leucocyte) dan macrophage. Jumlah sel-sel kekebalan tubuh kita biasanya meningkat saat kita diserang penyakit. Itu sebabnya jika saat check-up (misalnya cek darah rutin) diketahui sel-sel darah putih melebihi normal maka dokter menyarakan untuk uji yang lain yang sesuai indikasi (diagnosa dokter).
Apakah kalau divaksin COVID-19 akan menimbulkan gejala?
Ya, kemungkinan gejala seperti demam (suhu tubuh naik) akan timbul sebagai reaksi normal ketika tubuh dimasuki virus atau bakteri. Namun, sebab virus ini lemah maka demam akan turun begitu diberi minum obat penurun panas. Gejala ini secara fisiologis normal, dan akan hilang dengan segera. Tak perlu khawatir berlebihan. Jika gejala berlanjut segera hubungi dokter atau segera ke Puskesmas.
ADVERTISEMENT
Apakah Vaksin aman?
Jika vaksin sudah disetujui oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO : World Health Organization) dan FDA (Food and Drugs Administration) bisa dipastikan vaksin aman. Kita sepatutnya mempercayai para ahli yang sudah bersusah-payah melakukan riset siang-malam demi mengakhiri pandemi COVID-19 ini. Kita juga mestilah bersyukur, sebab teknologi di bidang PCR dan alat-alat di Laboratorium semakin hari semakin canggih.
Itu sebabnya, dalam waktu relatif singkat vaksin ditemukan. Jangan lupa Synovac, Pfizer, dan Moderna adalah perusahaan-perusahaan vaksin yang bekerja-sama dengan para ilmuwan dunia. China pada Desember 2019 itu segera mengunggah hasil Sequencing DNA ke big data, yang segera para ilmuwan di dunia mengaksesnya! Itu tidak main-main!
Kalau sudah mendapatkan Vaksin COVID-19 apakah kita bisa bebas seperti sediakala?
ADVERTISEMENT
Pertanyaan ini sering diungkapkan. Apakah kalau kita sudah divaksin serta-merta kita bisa melepas masker, menonton konser berkerumun atau menonton bioskop berdekatan seperti sebelum pandemi? Jawabannya adalah tidak! Kita harus terus menggunakan masker, kerap mencuci tangan, tidak berkerumun dan menjaga kesehatan dengan berhenti merokok, cukup beristirahat, makan makanan yang bergizi dan berjemur di pagi hari juga harus tetap rajin olah-raga.
Kapan pandemi berakhir?
Kita semua belum bisa memastikannya. Hanya perkiraan. Model epidemiologi yang dibuat para peneliti memperkirakan selama tahun 2021 yang akan datang kita akan tetap dengan situasi seperti 2020 ini. Tahun 2022 kemungkinan kita sudah bisa membuka sekolah dan kampus, namun itupun tetap dengan protokol kesehatan yang ketat.
-------------
Penulis: Cri Sajjana Prajna Wekadigunawan, Ph.D
ADVERTISEMENT
Alumnus Fakultas Kedokteran Universiti Kebangsaan Malaysia
Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul
Anggota Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret-Solo
Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI)