Konten dari Pengguna

IKN di Kalimantan yang Penuh dengan Misteri: Pesan buat ASN yang Mau Pindah

Dr Sudjoko Kuswadji SpOk
Dokter Kesehatan Kerja, Fakultas Kedokteran UI (1972), TNI AU Wamil (1974-1980), Chief Medical Officer Indomedika, Trainer dan Konsultan
14 Juli 2024 9:40 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dr Sudjoko Kuswadji SpOk tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Denah ilustrasi gedung Sekretariat Presiden yang akan dibangun Waskita Karya di IKN  Foto: Dok. Waskita Karya
zoom-in-whitePerbesar
Denah ilustrasi gedung Sekretariat Presiden yang akan dibangun Waskita Karya di IKN Foto: Dok. Waskita Karya
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saya bekerja di Kalimantan 16 tahun, 3 tahun di Tarakan, 13 tahun di Balikpapan. Sebelum saya berangkat, saya diberi pesan oleh banyak orang. Berhati-hati bekerja di Kalimantan.
ADVERTISEMENT
Seorang kawan dokter TNI AU menikah dengan seorang wanita asal Kalimantan. Dia bilang di kantongnya dia harus selalu siap sejumlah uang untuk beli tiket pesawat. Pasalnya sewaktu-waktu entah siang entah malam si istri minta pulang ke Kalimantan.
Seorang kawan dokter asal Solo ditempatkan di Kalimantan sejak zaman Dwikora, dia ditugaskan di pedalaman Kalimantan. Dia menikah dengan anak raja. lawan-kawan bilang dia tak pernah pulang ke orang tuanya di Solo. Alasannya macam-macam, sibuk, dan lain-lain.
Kami anggota IDI satu kota mengumpulkan sejumlah uang untuk dibelikan tiket ke Solo. Menjelang harinya kami serahkan tiket pulang pergi itu . Dia janji akan pakai dengan disertai ucapan terima kasih. Dua hari menjelang keberangkatan, dia bilang tidak bisa berangkat, karena ada tugas mendadak. Usut punya usut ternyata istrinya yang melarang pulang. Itu misteri adat Dayak.
ADVERTISEMENT
Sekali waktu saya kedatangan seorang bule. Bersandal jepit dan mencangklong kerancang rotan asli Kalimantan, ikut bersamanya seorang pria Dayak. Dia ternyata orang Amerika, professor dari Universitas Harvard. Dia bersama istri dan dua anaknya sudah dua tahun di pedalaman Kalimantan melakukan penelitian. Anaknya bersekolah dengan ibunya, yang seorang perawat. Nanti sepulangnya di Amerika mereka bisa matrikulasi. dia bilang sudah ketemu bos saya yang juga orang Amerika.
Dia membutuhkan phenobarbital yang biasa dipakai suntikan untuk orang ayan ketika kejang-kejang. Banyak orang Dayak di pedalaman yang kejang. Dia tak tahu mengapa. Istrinya tentu saja bisa menyuntikkan ke mereka. Saya bilang ke apotek untuk menyiapkan obat itu.
Saya tanya apa nama lembaga tempat dia bekerja, namanya Borneo Research Council. Dia bilang banyak peluang di Borneo untuk riset tanaman obat. Saya teringat tanaman pasak bumi untuk mencabutnya saja harus pakai traktor. Belakangan saya dikirimi Buletin, ada beberapa artikel tulisan orang Indonesia. Dia bilang semua Terminal Superintendent Amerika yang mau dikirim ke Indonesia harus mengikuti kursus Borneo Research Council.
ADVERTISEMENT
Dayak dikenal dengan avontur sex. Di museum patologi anatomi FKUI ada satu toples yang berisi potongan kemaluan pria Dayak. Penis itu ditembus satu potongan bambu. Ini upaya orang Dayak untuk memuaskan perempuan. Satu tindakan yang keliru. Pada kesempatan lain saya kedatangan seorang awak buah kapal Korea yang mengalami infeksi pada kemaluannya. Ternyata di kanan kiri burungnya dipasang batu akik. Sama-sama mau memuaskan wanita.
Ketika saya kuliah sering saya dengar undangan pesta Dayak. Belakangan saya baru tahu kalau itu pesta bugil. Naudzubillah min dalik
Orang Jawa paling mudah beradaptasi. Di Nuarateweh banyak orang Jawa. Mereka masih berjualan nasi pecel sama seperti di kampung mereka. Di Tarakan orang berasal dari daerah Cepu di bawa Belanda untuk menambang minyak. Lucu sekali, cucu mereka sampai sekarang masih bisa main wayang. Budaya mereka tetap dibawa.
ADVERTISEMENT
Etnik lain lumayan bisa masuk dengan adaptasi yang lebih sulit. Orang Jawa banyak ada di Kalimantan karena program transmigrasi. Mereka langsung ditempatkan jauh di pedalaman. Suku lainnya masuk lewat pantai. Ada yang tanam lada, tanam buah naga dan lain-lain . Suku Dayak sedikit demi sedikit terdesak ke pedalaman.
Ketika saya bertugas di Lawe-lawe Paser Utara saya ketemu dengan seorang dokter dari Gama yang meneliti filariasis atau penyakit kaki gajah. Di kabupaten itu penyakit endemik, dari tahun ke tahun penyakit itu selalu ada. Gejalanya ketahuan ketika seseorang mau pakai sepatu. Sebelah sepatunya susah dimasukkan. Kakinya membesar sebelah. Filaria itu ada dalam darah. Munculnya siang malam atau siang saja atau malam saja. Bakteri itu ditularkan oleh gigitan nyamuk. Di alam, bakteri cacing darah itu bersembunyi di banyak hewan. Jelas mengapa dokter itu memeriksa darah anjing, kucing, monyet dan lain-lain. Manusia bisa dikasih obat, tapi bagaimana dengan hewan itu. Karena itu penyakit selalu ada. Tak peduli IKN secanggih apa pun kota itu.
ADVERTISEMENT
Demam berdarah juga endemis. Banyak terkena balita gemuk yang molor di pagi hari. Soalnya nyamuknya berkeliaran di pagi hari. Nyamuk Mesir Aedes Aegypti. Ketika saya melakukan inspeksi di laboratorium NAMRU, Jakarta, saya ketemu seorang dokter hewan wanita yang sedang meneliti DHF ini. Resetvoir virus ada pada monyet, tapi monyet itu tetap sehat saja. Jika pasien DHF sampai sempat dehidrasi bisa mereka meninggal dunia. Sering kecolongan karena demamnya berbentuk dua punuk onta. Ketika suhu turun pasien dipulangkan. Suhunya naik lagi pasien tidak ketolongan. Seberapa canggih IKN tak akan membasmi nyamuk. Lha kalau nyamuk habis cecak, kodok mau makan apa?
Dokter Inggris di perusahaan punya hubungan baik dengan World Wide Fund (WWF) yang punya proyek pemulihan orang hutan. Sekali waktu ada seorang wanita yang lagi menggendong orang hutan di depan klinik. Mau diapain ini? Mau di-rontgen dan periksa darah. Ternyata orang hutan itu sakit TBC dan mengidap hepatitis B. Saya tidak tahu apakah proyek WWF itu akan disingkirkan. Orang utan hanya ada di Kalimantan. Lalu bagaimana nasib mereka itu.
ADVERTISEMENT
Namanya jelas Paser artinya tanah di sana terdiri atas pasir. Tidak cocok untuk bertani. Pupuk akan hanyut oleh air hujan. Duren tak tumbuh secara baik. Di bawahnya ada batu bara berlapis-lapis. IKN nanti seperti Samarinda. Di tanahnya penuh batubara. Konon mau dipindah ke seberang Mahakam. Lalu batu baranya diambil. Daerah tambang ini airnya selalu asam tak cocok untuk diminum. IKN mencoba bikin waduk, kayaknya gagal. Mau ambil air dari sungai Mahakam jauh amat. Faktor ini tak pernah dipikirkan sebelumnya.
Kilang Balikpapan sudah lama berdiri. Crude Kaltim kualitasnya baik. Lebih baik diekspor. Kilang mendingan mengolah minyak Arab yang kaya belerang. Flare (tempat pembakaran residu minyak) kilang banyak menyemburkan belerang ke udara. Bercampur hujan dan kesamber petir jadi asam sulfat. Hujan asam akan terjadi dan hutan dan botanical garden IKN akan rusak
ADVERTISEMENT
Banyak orang pinter yang design IKN. Namun tidak lengkap tanpa partisipasi masyarakat. Berita koran memang tidak sempurna. Pendidikan wartawan memang terbatas. Jika dikaji lebih dalam mutasi ASN yang banyak akan penuh dengan risiko. Jika sudah membaca ulasan ini upaya pencegahan bisa dilakukan.***