Dendam: Nasihat Abah (Part 17)

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
Konten dari Pengguna
18 Januari 2021 19:47 WIB
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi dendam, dok: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dendam, dok: pixabay
ADVERTISEMENT
Aku hanya terdiam mendengar perkataan bi Inah, bahkan aku juga tidak menyangka ucapan bi Inah cocok sekali dan tidak sama sekali meleset dengan apa yang sudah aku dengar ceritanya dari bapak, dan wanita yang tidak bi Inah ketahui itu adalah Ayu, wanita yang bapak pernah ucapkan berkali-kali kepadaku.
ADVERTISEMENT
Karena aku sudah berjanji kepada bapak tentang hal itu, aku tidak bisa menceritakanya kembali pada bi Inah. Bukankah kemewahan lelaki terletak kepada janji yang bisa ditepati dan omongan yang bisa dipertangungjawabkan, begitu Abah pernah berkata dan aku ingat selalu.
“Iya bi, bakalan ada maksud dan tujuan ketika almarhum ibu bibi berpesan seperti itu, mungkin saja pesan itu, adalah bentuk rasa kasih sayang kepada bibi dari ibu, agar pesan tersebut bibi bisa kembali dan terus ingat pada ibu bibi,” ucapku dengan perlahan, menenangkan bi Inah.
“Iya Purnama, terimakasih kamu harus baik-baik saja, baca doa dulu yah sebelum tidur kembali kalau tidak enak badan tidak apa-apa besok bibi yang gantikan dulu tugas kamu di pagi hari yah tidak apa-apa bibi tinggal, cerita bibi cukup kamu dan mang Karta yang tahu apa yang barusan bibi katakan yah, bibi sedang ingat saja dengan ibu bibi,” ucap bi Inah.
ADVERTISEMENT
Aku setuju dengan ucapan bi Inah, bahkan aku bukan orang yang bisa sembarangan mengesampingkan amanah demi tujuan apapun. Kemudian bi Inah kembali meninggalkan kamarku. Aku kembali terbaring dan melihat jam sudah jam 02:00 dini hari.
“Bagaiamana bisa perempuan yang ada dalam mimpiku, aku melihatnya langsung, berwujud juga,” ucapku dalam hati kembali memaksakan mata untuk terpejam.
Dalam pejaman mata gelapku sebelum tertidur kembali, kejadian dua kali mimpi yang aku alami, selain kejadian aneh lainya di rumah ini benar-benar menjadikan aku pertanyaan besar.
[Cerita ini diadaptasi dari Twitter/qwertyping]
Awalnya aku bermimpi bi Inah yang diperlakukan tidak wajar oleh nek Raras di dapur, kemudian nek Raras yang diperlakukan seperti apa yang diperlakukan kepada bi Inah, oleh perempuan cantik yang aku tidak tahu siapa itu.
ADVERTISEMENT
Benar-benar segala kejadian yang tidak berkaitan dengan akal, mimpi dan kekejaman juga darah sekarang silih berganti hadir, apalagi pesan dari ibunya bi Inah kepada bi Inah, tentang Dendam menjadi pelengkap yang harus segera aku berdamai agar bisa beristirahat tidur dengan nyaman.
Pagi hari setelah kejadian dalam mimpi itu aku terbangun lumayan cukup siang jam 8 pagi, dan baru pertama kali mengalami hal ini, untungnya aku masih baik-baik saja dan tidak ada rasa sakit sedikitpun.
Dan hari ini juga, setelah melakukan tugas-tugasku aku menerima gaji pertama dari ibu ketika baru saja beres solat dzhur siang ini yang terbungkus dalam amplop coklat, ketika aku buka di kamar nominal benar-benar di luar dugaanku,
ADVERTISEMENT
Empat kali lipat dari gaji aku ketika aku kerja di pak Mamad jurangan sembako. Cukup mengobati rasa perjuanganku selama ini, walau tidak sebanding dengan apa saja yang sudah aku alami di sini, di rumah ini.
Walau sebelumnya ibu juga berterimakasih aku sudah mau menggantikan mang Karta, mengerjakan segala tugas dengan baik, sesuai apa yang dilaporkan bi Inah. Dan hari ini juga tumben sekali dan baru pertama kali, bapak, ibu lengkap ada di rumah walau kurang tanpa kehadiran De Sita.
Ilustrasi gaji, dok: pixabay
Aku segera izin kepada bi Inah untuk mengabari mang Dadang di kampung, setelah menentukan waktu dengan mang Dadang akhirnya sore ini aku akan berbicara dengan Abah di kampung.
Sore yang aku tunggu tidak lama hadir dengan cepat, di waktu yang sudah ditentukan segera aku telepon ke kampung halaman, benar saja teleponku langsung diangkat.
ADVERTISEMENT
"Asalamualakum,” ucapku.
“Walaikumsalam Purnama,” jawab suara Abah yang khas dan aku kenal sekali.
“Bah alhamdulilah Purnama baru saja dapat gaji pertama, tapi kemaren apa yang pernah abah katakan sebelumnya sudah aku alamin bah soal mimpi dengan wanita itu, benar-benar hadir bah, apa maksudnya ini bah?,” tanyaku.
Yang tidak tahu kenapa tiba-tiba membicarakan hal itu, padahal awalnya sama sekali tidak pernah aku rencanakan.
“Alhamdulillah abah senang dengernya Pur, tapi yang tidak membuat abah senang dan selalu membuat abah kepikiran adalah kamu di situ di luar semua pekerjaan kamu iya hal tentang bagaimana keluarga nek Raras itu. Makanya setiap kamu berdoa dan membacakan wirid yang abah berikan, untuk meminta pertolongan dari yang maha kuasa untuk diri kamu Purnama tentang wanita itu memang bukan urusan kita, tapi kasihan setelah abah ikhtiar dari sini, informasi dari mang Karta juga, abah bisa membenarkan iya itu ada kesalahan masa lalu dengan waktu yang bukan sebentar. Apapun juga kamu ingat apa yang sudah kita lalukan di dunia ini semuanya berjalan di atas pertanggung jawaban tidak dibalas di dunia ingat selalu ada akhirat tempat pembalasan yang tidak bisa dihindari,” ucap Abah menjelaskan dengan pelan.
ADVERTISEMENT
“Iya bah segala yang ingin aku ketahui atas penasaran dalam diri aku, perlahan dibukakan begitu saja seolah aku menjadi penampung informasi dari apa yang ingin aku tau bah, apalagi pak Joni majikan laki begitu terbuka kepadaku, cerita dulunya gimana juga aku tahu begitu saja, bahkan pak Joni katanya heran kenapa begitu saja pengen cerita ke Purnama bah,” ucapku.
“Alhamdulillah, syukur karena penasaran itu juga semua kejadian aneh yang Purnama alami awalnya dari itu, dan kebetulan kamu cucu Abah, masih satu darah dengan bapak kamu, jadi abah wajarkan. Namun itu, begini, biar jelas, sudah terlalu lama dengan waktu yang panjang kesalahan yang keluarga nek Raras sembunyikan, sehingga perempuan yang menjadi korban atas apa yang sudah mereka lakukan, tidak tenang! timbulah Dendam yang abah pernah bilang, kalau soal sakit, jangan jadi kufur tidak percaya sama gusti Allah sakit dan sembuh atas kuasanya, saran abah kalau untuk nek Raras, cobalah meninta maaf kepada Gusti Allah bukankah segalanya mudah untuk yang maha kuasa itu, lagian anggap saja itu sebagai penebus dosa-dosa, kalau sadar ke hal itu,” ucap Abah menjelaskan.
ADVERTISEMENT
“Dengan waktu yang lama bah?,” tanyaku.
“Bukankah berodoa dan meminta harus selamanya Pur, maksud abah semoga cepat sembuh dan sadar ada kesalahan yasudah minta maaf dan siapa yang tahu isi hati manusia kan Purnama, bisa saja karena waktu lama itu memang kesalahanya juga sangat dalam, walau urusan dosa dan kesalahan siapa manusia yang hidup tidak mempunyai itukan. Abah pesan kamu tetap berdoa untuk kesalamatan kamu dan segala kejadian itu bisa datang jawabanya dari suatu kejadian bahkan mimpi sekalipun,” ucap abah.
Abah juga bercerita kondisi sakitnya bi Enah (istri mang Karta) semakin membaik, lalu kabar ibu yang selalu tidak tenang dengan kondisi aku di sini. Dan abah selalu menyakinkan keluarga kalau aku baik-baik saja di sini. “benar-benar kuat batin seorang ibu” ucapku dalam hati.
ADVERTISEMENT
Kemudian abah juga berpesan ingatkan hal-hal yang baru saja abah sampaikan kepada kedua majikanku tentang cobalah untuk meminta maaf pada masa dan waktu yang sudah berlalu, mungkin salah satu cara sembuhnya Nek Raras lewat hal itu.
Ilustrasi berdoa, dok: pixabay
Obrolan dengan abah berakhir dengan rasa tenang yang aku alami, setelah obrolan itu aku kembali berkeja dan sampai malam ini tiba, hanya pikiranku saja dan tentang mimpi itu masih aku simpan baik-baik dan sesekali aku ingat karena aku percaya dengan apa yang dikatakan abah “segala kejadian bisa jadi pertanda, sekalipun lewat mimpi,”.
Sudah satu minggu dari kejadian mimpi itu, sekarang waktu di mana kondisi nenek semakin drastis menurun, bahkan tidak jarang teriakan-teriakan itu hampir tiap malam aku dan bi Inah dengar dengan jelas, aku hanya merasa kasihan sekali.
ADVERTISEMENT
Tapi mau bagaimanapun itu adalah hak dari pada keluarga, dan belum ada kesempatan sama sekali untuk aku menyarankan hal yang abah pernah sarankan itu.
Bahkan bapak dan ibu masih ada di rumah tidak berpergian kemana-mana, dan anehnya bi Inah berkata juga ibu sama sekali belum melihat kondisi nek Raras hanya bapak dan bi Inah yang di dalam rumah sering berkali-kali melihat kondisi nek Raras.
Sampai hampir sudah satu bulan berlalu, berarti dua bulan keberadaan aku di rumah ini, kondisi nek Raras makin menurun, bahkan ini adalah kondisi paling parahnya karena sudah tidak masuk makanan dan minum dua hari ke belakang, dan teriakan-teriakan itu berganti ketika perpindahan dari sore menuju waktu magrib.
ADVERTISEMENT
Berkali-kali tenaga medis berdatangan ke rumah, bahkan aku belum dan sama sekali sudah lama hanya merawat mobil-mobil saja, karena ibu tidak berpergian kemana-mana lagi.
Bersambung...