Di Balik Eksotisme Seni Budaya Reog Ponorogo (Bagian Terakhir)

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
Konten dari Pengguna
20 September 2017 22:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Reog Ponorogo merupakan instrumen pengingat perjuangan Prabu Kelono Sewandono untuk meminang Dewi Songgo Langit.
Pertunjukan Reog Ponorogo (Foto: sumber.com)
ADVERTISEMENT
Ada orang yang mengatakan bahwa tarian ini merupakan pengingat atas sebuah peristiwa yang terjadi zaman dahulu kala. Dahulu kala, konon Prabu Kelono Sewandono (raja dari kerajaan Bantarangin) sedang berada dalam perjalanan untuk meminang Dewi Songgo Langit pada tahun 900 saka. Saat sang Prabu hendak meminang sang Dewi, sang Dewi kemudian memberikan syarat yang sangat sulit. Sang Dewi meminta pada sang Prabu untuk menghadirkan sebuah pertunjukan yang inovatif dan benar-benar dapat menarik hati sang Dewi. Syarat itu konon sesungguhnya adalah sebuah penolakan dalam bentuk halus.
Sang Dewi memang berniat untuk menolak Prabu Kelono, namun bukan karena keadaan fisiknya. Sang Prabu sendiri dikisahkan tampan dan gagah perkasa. Hanya saja sang Prabu memiliki suatu kebiasaan yang tak lazim pada zaman itu. Prabu Kelono memiliki ketertarikan terhadap anak laki-laki. Ia begitu tertarik pada sesama jenis, sebagaimana lelaki-lelaki pada saat itu begitu menggilai para perempuan. Ketertarikan ini pun disadari oleh Prabu Kelono sebagai sesuatu yang aneh. Di dalam mimpi ia mendapat petunjuk bila ia kemudian dapat menikah dengan Dewi Songgo, ia pun dapat menghentikan ketertarikan anehnya itu. Itulah mengapa Prabu hendak mempersunting Dewi Songgo.
ADVERTISEMENT
Prabu Kelono bukan tanpa saingan. Dikisahkan bahwa raja Singabarong dari kerajaan Lodaya juga ingin memperistri Dewi Songgo. Singabarong juga merupakan sosok raja yang aneh. Konon ia merupakan sesosok raja berkepala harimau yang memiliki watak ganas dan buas. Atas keadaannya, Dewi Songgo pun meminta syarat yang sama sulitnya dengan syarat bagi Prabu Kelono untuk Singabarong. Disitu munculah kemudian pertempuran antara Prabu Kelono dan pasukannya dengan raja Singabarong dan pasukannya.
Awalnya mereka hanya bersaingan dalam memenuhi syarat dari Dewi Songgo. Namun begitu Singabarong mengetahui bahwa saingannya itu akan segera menyelesaikan syarat sang Dewi, ia berniat untuk menghalanginya. Terjadilah pertempuran. Awalnya Singabarong berhasil membuat pasukan Prabu Kelono terdesak. Singabarong sendii konon merubah wujud dirinya menjadi sesosok singa yang sangat besar. Bagaimanapun, Prabu Kelono memang lebih sakti dari Singabarong. Terbukti ia kemudian dapat menghantam mundur pasukan Singabarong dan berhasil menghantam Singabarong dengan senjata andalannya yang bernama ‘Pecut Samandiman’. Dari kejadian itulah konon kesenian budaya reog tercipta. Kesenian itu merupakan instrumen untuk tidak melupakan pertempuran Prabu Kelono menghadapi Singabarong guna meminang Dewi Songgo.
ADVERTISEMENT
Di lain cerita, reog Ponorogo dikatakan dibuat oleh Ki Ageng Kutu. Pembuatannya dilandaskan akan kebutuhan untuk menyindir raja yang berkuasa saat itu, yaitu raja Bhre Kertabhumi dari Majapahit. Ki Ageng dikisahkan tidak menyukai raja Bhre yang ia anggap tidak bijaksana dan selalu mudah ‘di-strir’ oleh istrinya yang berasal dari Tiongkok. Atas dasar itu, Ki Ageng menciptakan reog itu yang dibantu oleh anak-anak murid dari padepokannya. Sesungguhnya padepokan Ki Ageng telah dihancur leburkan oleh raja Bhre mengingat bahwa ia telah mengetahui renacana pemberontakan Ki Ageng.
Begitulah asal muasal cerita misteri dari terbentuknya seni budaya Reog Ponorogo. Jika kalian tidak percaya, coba saja kalian lihat sendiri. Reog Ponorogo sendiri dapat ditampilkan 6 kali setahun, dengan jadwalnya yang menyesuaikan dengan kegiatan warga sekitar.
ADVERTISEMENT