Hantu Bau Si Tukang Meniru

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
Konten dari Pengguna
3 April 2020 23:16 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi meniru, dok: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi meniru, dok: pixabay
ADVERTISEMENT
Kisah ini terjadi di rumahku, sudah sekitar 2 tahun aku hidup berdampingan dengan sesosok mahluk yang sering menyerupai bentuk tubuhku mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Lambat laun aku kini mengerti tanda akan kehadirannya di rumahku.
ADVERTISEMENT
Kejadian ini bermula ketika kondisi rumahku sering dihinggapi oleh perasaan yang kacau seperti rasa pengap tak berkesudahan, emosi anggota keluargaku yang tak terkontrol hingga hampir berpisahnya kedua orangtuaku karena alasan yang tak tentu.
Orang bilang ada sesuatu yang janggal di rumahku, katanya sih "kiriman". Oh iya kenalkan namaku Evelin Rahmania, umurku sekitar 22 tahun baru saja menyelesaikan pendidikan sosial di salah satu kampus negeri di Jakarta.
Aku tinggal bersama kedua orangtua, 1 keponakan anak dari kakakku yang laki-laki dan terkadang ada kakakku beserta suami dan ketiga anaknya. Ukuran rumahku memang terbilang luas dengan tambahan satu lantai ke atas kiranya kupikir mampu menampung 3 keluarga.
Ilustrasi rumahku, dok: pixabay
Seperti yang sudah kubilang sekitar 2 tahun lalu aku memiliki kisah horor yang sulit bagiku dan keluargaku untuk melupakannya. Pernah suatu kejadian saat itu aku ingat sekali sedang berada di kamar mandi karena terserang rasa mules di perut yang sangat sakit.
ADVERTISEMENT
Wakttu menunjukkan jam 5 sore, ibuku sedang menjaga warung di lantai bawah, tak lama sekitar 20 menit aku bertarung dengan rasa sakit perutku, akupun keluar dan ingin menghampiri ibu dibawah karena dirasa sudah lama sekali tak berbincang lama dengannya.
Begitu aku mengampiri dan menyapanya, kupikir ibu sudah sedikit lengang dengan urusan warungnya seharian. Ibuku menatapku dengan tajam dari kaki hingga kepala ku. Ditarik tanganku dan dipeluknya seolah sudah tidak bertemu lama beberapa tahun.
"Mah kenapa sih?," Tanyaku yang aneh melihat tingkah ibuku.
"Astagfirullah lin mamah tadi liat kamu keluar percis pake baju ini kok kamu tiba-tiba datang dari atas?," sambil memelukku mamahku sedikit menangis antara haru atau mungkin ketakutan.
Aku dipeluk oleh ibuku (ilustrasi), dok: pixabay
"Masa sih mah?," Aku belum percaya dengan pernyataan ibuku.
ADVERTISEMENT
Kupikir ibuku saat itu salah lihat karena dirumahku ada 2 orang yang ukuran tubuhnya sama yakni aku dan keponakan perempuan anak dari kakakku.
Singkat cerita ibuku menjelaskan panjang lebar namun aku tak menghiraukannya, maklum ibuku umurnya sudah hampir menginjak usia 50an jadi kupikir banyak gangguan dalam indera penglihatannya.
Seketika itu juga ibuku langsung menutup warung kecil miliknya karena dirasa sudah memasuki waktu magrib dimana ibuku percaya waktu magrib adalah waktu pertukaran energi gaib keluar.
Niat awal mau banyakin curhat dengan ibuku apes malah ibuku menyuruhku mengambil wudhu dan siap-siap solat magrib serta mengaji yasin karena malam itu malam jumat. Yaudah aku menurut saja.
Setelah aku selesai solat mulailah aku mengaji yasin di kamarku posisinya dilantai 2 bersamaan dengan kamar bapakku. Kamar ibu dan bapakku sudah pisah karena seperti yang kujelaskan itu kedua orangtuaku hampir bercerai dan hingga saat ini sudah tak satu ranjang lagi.
ADVERTISEMENT
Singkatnya aku sedang mengaji diatas, ibuku sudah selesai dengan ibadahnya dibawah dekat warung biasa ia solat dan mengaji lalu mencium aroma bau kol busuk yang menyengat, tak lama dari itu muncul sesosok hantu yang menyerupai diriku dan berjalan keluar rumah.
"Lin mau kemana masih magrib hey pamali malem jumat," teriak ibuku.
Sosok tersebut berjalan seperti melayang dan rambutnya seperti anak metal sedang joget menutupi hampir seluruh mukanya. Tetapi ibuku yakin itu adalah anaknya seolah melupakan kejadian sore tadi.
Mendengar ibuku marah-marah karena mahluk tadi yang dianggapnya itu adalah aku pergi keluar tanpa pamit, akupun mempercepat ngaji yasinnya dan berlari ke bawah.
"Ada apa sih mah," sambil menepuk pundak ibuku yang berada di pintu menghadap ke luar rumah.
ADVERTISEMENT
"Astagfirullah, iiiiih kamu disinii?, ayo masuk rumah cepetaaaaaan!," teriak ibuku.
kulihat ekspresi ibuku saat itu berbeda dengan kejadian sore hari, pucat dan seperti kelelahan terpapar jelas di raut muka ibuku. Lalu kumengajaknya untuk duduk dan kuberikan segelas air minum.
"Coba mah ceritain ada apa sih, kenapa sampe marah-marah gitu, ditambah manggil-manggil namaku lagi," tanyaku heran.
"Lin mamah berani sumpah kamu tadi keluar rumah udah dilarang jangan keluar tetep aja ngeluyur dengan tatapan kosong terus nih Lin, jalannya tuh kayak diseret tapi cepet," ucap ibuku.
Dari penjelasan itu aku mulai percaya ada yang tak beres di rumahku.
Sudah hampir 2 tahun dari kejadian awal itu dan hingga saat ini bukan hanya ibuku saja yang diganggu oleh sosok peniru itu. Ayahku, Kakak iparku, keponakanku pokonya hampir semua dibuat kesal karena sosok tersebut sering menirukan tubuhku dan lagi sering memberikan pesan yang melawan.
ADVERTISEMENT
Seperti kisah bapakku yang menyuruhku untuk makan, hingga menggunakan nada tinggi karena aku yang sebenarnya itu adalah sosok hantu peniru tak membalas semua ucapan bapaku. Bapaku saat itu tak mengetahui jika aku sedang tidak ada di rumah, lalu melihat aku duduk tertunduk di kamarku yang pintunya sedikit terbuka.
Ilustrasi perempuan tertunduk, dok: pixabay
Sepulangnya dari luar, aku ditegur oleh bapakku.
"Lin udah makan belum?, disuruh makan susah amat siih. Kalo bapak ngomong tuh ya dibales Lin gasopan amat jadi anak," Ucap bapakku.
"Apa sih pak, Evelin dari pagi tuh keluar ini dia sore baru pulang dari rumah temennya," Bela ibuku yang mengetahui jika aku seharian diluar rumah.
"Astagfirullah, terus siapa yang bapak tawarin makanan?," tanya bercampur kaget bapakku.
ADVERTISEMENT
"Terus kamar kamu tadi bau banget, bau kol busuk makannya bapak mau liat kamu dikamar malah kamunya nunduk terus Lin," tambah bapakku.
"Yah bapak udah kayak mamah tuh kena prank setan peniru yang ada di rumah ini," jelasku.
Singkatnya hantu bau yang menyerupaiku itu hingga kini masih ada. End
[Cerita ini dikirim oleh seseorang yang tak ingin namanya dipublikasikan]