Kerja Malam II: Ajakan Rian (Part 5)

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
Konten dari Pengguna
10 Mei 2021 20:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bekerja malam, dok: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bekerja malam, dok: pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Forbidden dan cat yang akan kami bakar, saya merinding di tengah sengatan mentari yang begitu panas ini. Saya pun tak berani membakarnya, saya angkat tangan. Kami pun saling tunjuk sampai akhirnya pak Dayat lah yang membakar cat dengan noda kering darah yang berceceran tersebut.
ADVERTISEMENT
Sekarang saya beda tim dengan Roni dan Able, sekarang saya dengan pak Dayat dan Ipul. Usia pak Dayat ini sudah berkepala 3 namun dia orangnya konyol dan rese sehingga seperti tak ada pembatas umur antara kami bertiga tampak akrab seperti teman seumuran.
Ketika pak Dayat membakarnya selama beberapa detik mendadak pak Dayat menghentikan pkerjaanya, ia memegangi kepalanya yang terasa sakit katanya. Kami bertiga merasakan hal sama, sakit yang begitu terasa di kepala.
Sekujur tubuh merinding dari kaki hingga kepala dan terasa dingin di pundak kanan. Pak Dayat mencoba melawan, ia kembali melanjutkan membakar cat dan darah tersebut sampai tubuhnya terasa lemas menjatuhkan alat pembakaran dan dirinya terjatuh ke belakang.
ADVERTISEMENT
Saya mencoba mendekat untuk menolong pak Dayat namun terasa begitu berat. Hanya Ipul yang bisa melangkah dan menolong pak Dayat.
Setelah di rasa kondisi lebih baik, kami pun menjahui tempat tersebut, menyerahkan pekerjaan di area ini kepada para pekerja lainya dan tentu tidak membicarakan hal yang kami alami barusan.
Kami beetiga meminta izin untuk hanya bekerja setengah hari saja, sore harinya kami pulang dan langsung berbaring di dalam mes tak mengganti baju apalagi mandi, tubuh ini terasa lemas.
"Woy mandi, jorok kalian ini," ucap Able yang baru selesai mandi.
"Bodo amat," jawabku setengah kesal.
Saya tertidur ketika adzan magrib dari mushola berkumandang dan terbangun di tengah malam. Karena belum sholat, maka segera saya menuju mushola untuk mencuci muka dan beribadah menunaikan sholat isya.
ADVERTISEMENT
[Cerita ini diadaptasi dari Twitter/demozyen]
Setelah sholat saya merasa tubuh ini sudah membaik tak merasa lemas lagi. Ketika berjalan menuju mes saya kaget melihat ada manusia bertelanjang dada yang membelakangi saya.
Saya sempat melambatkan langkah untuk memastikan dia siapa,
"Hallo sayang lagi apa sih ampe gak diangkat angkat telponya,"
Badjingan kutukupret, rupanya ia adalah Able yang sedang menelpon pacarnya.
"Badjingan, bikin kaget orang ajah," aku mengumpat kesal kepadanya.
"Heheeheh," Able hanya tertawa.
"Perempuan apa ble jam segini masi melek aja perempuan apa demit?," saya menyindirnya kelakuan Able dan pacarnya tersebut.
"Namanya juga orang cinta," Able membela diri.
"Ngopi aja yuk di bawah," ajakku.
"Dulaun aja, entar lagi asik nih," Able menjawab sambil tetap menelpon.
ADVERTISEMENT
Saya pun turun untuk memesan mi rebus sekedar mengganjal rasa lapar. Kembali bercengkrama dengan pak Ujang, bercerita apapun untuk menghangatkan suasana.
Ilustrasi menelpon, dok: pixabay
"Tadi ngobrol sama siapa mas?," pak Ujang bertanya.
"Itu mang sama bungkus kinderjoy yang lagi telponan," saya menjawabnya.
"Katanya mas kesambet ya?" tanya pak Ujang sembari memakan gorengan.
"Ah ia mang tadi sama mang Dayat juga," tapi sekarang alhamdulillah saya udah mendingan.
"Makan daun kelor aja coba mas, buat menangkal juga. Memang kerja di jalan ini mah banyak resikonya," sembari meniup niup tehnya yang masih panas pak Ujang menyarankan.
Saya pun mencoba mengikuti sarannya, lama-lama menjadi kebiasan hingga sekarang. Ketika siang memang pemandangan di sepanjang jalan begitu indah. Saya juga sempat melihat rel kereta argo Parahyangan yang berada di sisi tebing dan melintasi jurang dan sewaktu bekerja saya juga melihat bukit bebatuan yang di atasnya ada semacam saung berpayung merah.
ADVERTISEMENT
Tak ada kejadian aneh selama kami bekerja siang hari, syukurlah. Minggu berganti, waktu terus melaju hingga hanya menyisahkan waktu beberapa hari lagi kami di sini, terasa suasana kekeluargaan begitu terasa semenjak di sini.
Susah senang kami lewati, tak jarang ketika siang kami mencuri beberapa singkong dan ubi untuk dibakar pada malam harinya, mencari buah di hutan dan yang lainya sekedar untuk semakin mengakrabkan diri.
Ilustrasi persahabatan, dok: pixabay
Pekerjaan tinggal hanya di samping gerbang tol Jati Luhur dan Sadang Purwakarta, begitu Semangat kami menyelesaikan karena pertanda tugas kami di sini akan segera berakhir.
Sampai saat yang tidak diinginkan terjadi, yah tinggal beberapa hari lagi kami bekerja namun naas mobil yang kami tumpangi ditabrak dari arah belakang oleh truk besar yang mengakibatkan mobil kami oleng dengan bagian depan ringsek menabrak pembatas jalan.
ADVERTISEMENT
Able kembali menjadi korban, tubunya terpental beberapa meter mengakibatkan luka di bagian kepala dan tubuhnya. Sementara saya tidak berada di mobil pada saat kejadian tersebut karena sedang pergi ke warung yang ada di desa samping pintu keluar tol.
Able dan 5 orang lainya segera dibawa menuju rumah sakit terdekat untuk mendapat perawatan, di bantu oleh mobil seorang warga desa. Setelah 3 hari pekerjaan kami selesai dengan sedikit kerjaan tambahan saya dan lain pun menjenguk Able yang kondisinya sudah lebih baik.
Kondisinya Belum terlalu sembuh namun Able memaksakan untuk pulang ke kampung halaman di temani Roni adiknya. Hanya tinggal saya sendirian yang berasal dari kampung yang sama karena para pekerja lainya berasal dari daerah yang berbeda dengan saya.
ADVERTISEMENT
Kami kembali ke Jakarta karena pekerjaan di sini memang sudah selesai. Mandor meliburkan kami semua selama satu minggu lamanya.
Kini hanya tinggal beberapa orang di rumah kontrak yang kami tempati di Jakarta. Awalnya saya tidak ada keinginana untuk pulang dan memilih untuk tetap bertahan namun ketika para pekerja lainya bersiap pulang semua saya pun akhirnya ingin ikut pulang dengan mereka.
Sehari sebelum kepulangan, saya diajak pak Anton untuk menikmati malam di warung samping kantor kami. Ketika sedang mengobrol membicarakan banyak hal terlihat mobil patroli jalan sedang menyesuaikan parkirnya, pengemudi tersebut turun dan itu adalah pak Rian.
Ia segera masuk ke dalam kantor dan akhirnya keluar tak lama kemudian, pak Rian menghampiri kami yang sedang menikmati jajanan dan segelas kopi. Ia segera duduk di samping pak Anton bertanya kabar kepada kami.
ADVERTISEMENT
Setelah berbasa basi pak Rian mengutarakan niatnya
"Saya ini pak lagi nyari temen untuk menemani saya patroli malam, karena temen saya yang biasanya itu sudah resign dua hari lalu, kira-kira pak Anton mau gak kerja bareng saya? Tenang aja ga berat kok cuma keliling tol aja patroli jalan gitu pak," pak Rian berniat mengajak pak Anton untuk bekerja bersamanya.
Bersambung...