Menantang Nyali (Part 4)

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
Konten dari Pengguna
2 Juni 2020 12:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi hutan menyeramkan, dok: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hutan menyeramkan, dok: pixabay
ADVERTISEMENT
"Binatang" teriak suara dari luar melempar sesuatu ke arah mahluk tersebut.
ADVERTISEMENT
"Uwaarrrggghhh" suara teriakan mahluk tersebut dan melempaskan cengkeraman tanganya dari tubuh Dimas dan Riski.
"Kesini anj*ng cari lawan yang sepadan!," suara dari Topan yang di temani Nanda.
Dia orang sahabat sekaligus saudara Riski, Topan kini menantang makhluk yang menggangu keponakanya. Ya bisa dibilang mereka berdua ini mempunyai ilmu yang entah itu ilmu apa. Mereka belajar dari gurunya yang masih satu desa dengan mereka
"Berani beraninya ganggu keponakan gue, sini anj*ing!," kelakar Topan menantang makhluk tersebut.
"Huwahahahaa," mahluk tersebut hanya tertawa dan menghilang begitu saja.
"Lari ke mana tuh demit?," ucap Topan.
"Lari ke mana dia, hayu kejar Da," ajaknya kepada Nanda.
Dengan mengikut bau sengit yang berasal dari makhluk tersebut mereka mencoba mencari di mana keberadaannya. Sementara Dimas dan Riski tampak begitu syok. Tubuhnya lemas, sementara tatapannya mereka begitu kosong. Begitu terguncang jiwanya atas kejadian yang mereka alami.
Ilustrasi syok, dok: pixabay
Tak lama ayah Dimas datang dan begitu histeris melihat keadaan putranya dan segera berteriak meminta tolong kepada para tetangganya.
ADVERTISEMENT
Tak lama ayah Riski pun datang untuk melihat anaknya dan betapa begitu kaget dan shocknya ayahnya melihat keadaan Riski yang seperti orang linglung dengan tatapannya yang kosong.
Setelah diobati oleh sesepuh desa keadaan mereka sedikit membaik dan segera diberi air putih yang sudah di bacakan doa-doa terlebih dahulu oleh sesepuh desa.
Begitu ramai orang berkerumun di rumah Dimas karena ingin melihat keadaannya secara langsung. Mereka saling bertanya perihal apa yang telah terjadi pada kedua anak tersebut
"Susulin Topan sama Nanda cepat!, jangan sampai kejadian. Belum saatnya dan belum sebanding ilmu mereka berhadapan dengan demit yang lebih tua dan sakti mereka bisa celaka," ucap sesepuh desa menyuruh para warga lain mencari keberadaan Topan dan Nanda.
ADVERTISEMENT
[Cerita ini diadaptasi dari Twitter/demozyen]
Terlihat sangat panik dan bingung, entah apa yang terjadi dengan malam ini, semua orang terlihat bertanya tanya, resah melanda penduduk desa.
Di tempat berbeda, Topan dan Nanda memukul mundur makhluk tersebut dengan ilmu yang mereka miliki sampai ke ujung desa namun keadaan menjadi terbalik 180%.
Makhluk yang tadi nampak tergopoh-gopoh meladeni kedua pemuda tersebut kini menyerang mereka berdua. Ilmu yang ia keluarkan bak kilatan petir kecil bercampur api membuat nanda dan topan terpundur dan terdesak.
Sekuat tenaga mencoba melawan namun energi mereka telah terkuras drastis akibat pertempuran tadi. Rupanya makhluk tersebut tak berdaya di dalam desa karena ada pagar gaib yang mengelilingi desa tersebut tetapi ketika keluar dari desa makhluk tersebut mendapatkan kekuatannya kembali.
Ilustrasi iblis, dok: pixabay
Kini Topan dan Nanda terdesak sebelum akhirnya mereka terjatuh dan memuntahkan darah segar dari dalam mulutnya. Tubuh mereka terkapar di ujung desa. Pak Diman sang sesepuh desa menunjukkan jarinya ke arah ujung desa. Dengan sigap para warga lain segera menuju ke arah yang pak Diman tunjuk.
ADVERTISEMENT
Nampak warga yang lain semakin penuh tanda tanya dengan apa yang telah terjadi. Waktu bergulir dengan cepat dan pasti, sudah memasuki pukul 11 malam. Para warga membawa Topan dan Nanda menuju rumah salah satu warga.
Mereka segera merawat dan mencoba mengobati luka di bantu oleh seorang sepuh desa lainya. Muntahan darahnya mengalir ke kaus yang mereka pakai dengan luka gosong terbakar di kaki dan tangan mereka. Malam ini di tutup dengan berbagai cerita di sepanjang desa.
Malam ke-3
Setelah kejadian malam kemarin, Riski terlalu takut untuk masuk ke rumahnya sendiri. Sekarang ia tengah berada di rumah Ojak. Bayangan sesuatu seperti selalu mengikuti dan mengawasinya. Dengan ekspresi wajah yang pucat dan masih syok berat Riski mencoba berfikir tentang semua yang telah ia alami.
ADVERTISEMENT
Ia pun bertukar pendapat dan pemikiran bersama Ojak sahabatnya
"Udah jangan dipikirin aja, mungkin lu cuma cape aja kurang istirahat, nanti gue omongin ke bapak lu suruh lu tidur di sini aja," ucap Ojak berusaha menenangkan sahabatnya.
"Ia makasih Jak," balas ucapan Riski.
Bersambung...