Misteri 096: Sebuah Kepanikan (Part 10)

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
Konten dari Pengguna
24 Februari 2021 18:50 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ruangan horor, dok: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ruangan horor, dok: pixabay
ADVERTISEMENT
Sampai di rumah kak Nenah, baru saja turun, aku merasakan getar hp ku yang aku simpan di saku celana, segera aku liat “Anton,” ucapku.
ADVERTISEMENT
Silvi, kak Nenah dan kak Salsa segera masuk, sementara aku segera mengangkat telepon dari Anton.
“Halo Ton,” ucapku.
“Bas alhamdulilah aku sudah mendingan, sorry yah kemaren harus sampe datang ke rumah, di mana itu?, ada obrolan penting,” tanya Anton.
“Baru sampai banget ini di rumah temenya kak Salsa Ton, udah bisa bawa motor belum?,” tanyaku.
“Udah Bas, hari ini udah sembuh total, lagian jenuh di rumah, aku kesana di mana alamatnya kirim yah di chat, aku kesana,” jawab Anton.
“Oke siap, aku tanyakan dulu Ton, nanti aku kirim di chat,” jawabku sambil menutup telepon.
Di dalam sudah ada Ibunya kak Nenah, segera aku berkenalan dengan ibunya kak Nenah, dan benar-benar sangat baik. Di dalam sudah ada Ibunya kak Nenah, segera aku berkenalan dengan ibunya kak Nenah, dan benar-benar sangat baik.
ADVERTISEMENT
“Sorry yah Bas, Sa aku ceritakan semuanya juga sama Ibu dan Ibu orangnya santai kok, lagian Ayah jarang pulang, jadi ibu setuju aja kalian tinggal dulu di sini,” ucap kak Nenah.
“Gapapa kali Nah, kaya sama siapa aja,” jawab Kak Salsa.
Segera aku meminta alamat lengkap rumah dan mengirimkan langsung ke Anton.
“Anton sudah sembuh Bas?” tanya Silvi.
“Katanya begitu Vi, jadi dia mau ke sini,” jawabku.
Ibu kak Nenah ternyata memiliki usaha yang sama dengan Bapak, jadi setelah obrolan singkat Ibu kak Nenah segera menuju Toko, setelah kegiatanya di rumah selesai.
“Vi, bener loh kata kamu itu, perempuan itu ada lagi semalam, aku tidak tau kenapa langsung nanya aja; kamu siapa?, setelah itu aku tidak tau apa-apa,” ucap kak Salsa tiba-tiba.
ADVERTISEMENT
“Kak aku belum tau kejadianya kenapa sampai ketakutan seperti itu, karena aku juga mengalaminya,” sahutku.
“Kakak pikir semuanya akan baik-baik saja, karena kakak dan kamu Bas, tidak pernah melanggar aturan yang mang Yaya katakan, kenyataanya gangguan apa yang kakak alami, benar-benar terjadi, kakak malam itu duduk sendiri di halaman belakang karena gerah, tidak tahu kenapa tiba-tiba kakak melihat perempuan yang duduk di ujung tembok pemisah dengan rumah sebelah itu, sambil mengayunkan kakinya,” ucap kak Salsa.
[Cerita ini diadaptasi dari Twitter/qwertyping]
Benar berarti apa yang sebelumnya Silvi bicarakan.
“Kakak juga sudah hampir 4 kali mendengar, pintu besi itu seperti dilempar benda keras dari arah rumah sebelah, kejadianya pas ketika kamu tidak ada di rumah Bas,” ucap kak Salsa lagi sambil gemeteran.
ADVERTISEMENT
“Sudah Sa, yang pentingkan di sini aman dulu,” sahut kak Nenah.
“Sa, dari awal aku kan udah bilang sebelumnya pertama ke rumah itu, rumah sebelah emang aku mendengar tangisan sangat kencang, sudah yah tenangin dulu di sini,” sahut Silvi.
Tidak lama Anton sudah di depan mengucapkan salam, karena aku mengrim alamat sangat lengkap termasuk warna cat rumah kak Nenah, Anton langsung berkenalan dengan kak Nenah, karena satu kali sudah bertemu dengan kak Salsa.
“Sudah sembuh Ton,” tanyaku lagi.
Anton hanya mengangguk saja, seperti menahan apa yang ingin dia bicarakan.
“Ton aku tau cerita kamu dari Silvi, setelah Silvi chat dengan aku, benar ada hubunganya dengan rumah sebelah?, sorry kamu jadi sakit juga,” tanya kak Salsa langsung.
ADVERTISEMENT
“Sorry yah Bas, aku gak bilang dulu soal ini ke kamu,” ucap Silvi merasa tidak enak.
“Iya ada, kemarin aku sembuh setelah pulang dari dokter kemudian malamnya, temanya Ayahku datang ke rumah, dan mengobatiku hal lain, Bas mending pindah aja, parah ada orang yang mencoba bersekutu dengan penunggu rumah sebelah yang sudah sejak lama gentayangan oleh sebuah dendam,” ucap Anton perlahan
Ilustrasi dendam, dok: pixabay
“Maksudnya Ton?,” tanyaku yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan Anton.
“Bahaya, hanya itu yang teman ayahku bilang, karena memang aku sendiri melihat sosok yang udah aku ceritakan pas sakitkan. Teman ayahku, orang bisa gitu, guru spiritual ayahku Bas; sudah Ton kamu jangan ikut campur, tapi bilang saja hal ini pada Bastian temanmu itu, makanya aku langsung ke sini,” ucap Anton.
ADVERTISEMENT
“Orang yang bersekutu dengan penunngu rumah?,” ucap kak Salsa.
“Iya kak, aku hanya memberitau itu, bahaya soalnya, maaf kalau apa yang aku katakan takutnya salah, mohon maaf banget, mudah-mudahan hal itu salah,” ucap Anton penuh dengan ketidak enakan.
Aku yang mendengar apa yang dikatakan Anton, hanya mengangguk saja. Walau tidak jelas setidaknya Anton tidak mengarang cerita, dan aku percaya pada apa yang barusan Anton katakan.
“Kak ini sudah kelewatan, aku sebelum ke sini ke kota ini, ibu dan bapak pernah sangat khawatir dengan kepindahan aku dan kakak ke rumah itu aku dengar di oborolanya malam itu, tapi alasan yang diberikan walau memang iyah masuk akal, informasi kak Nenah tentang dulu ada kejadian di jalan itu, pohon beringin dan nomor yang Silvi katakan semuanya masuk akal dan berkaitan satu sama lain kak, dan terakhir malam kemarin mang Yaya sendiri bilang ada kejadian masa lalu dan nyawa serta membawa nama Nenek dan Kakek kak, sumpah ini berkaitan!,” ucapku menjelaskan.
ADVERTISEMENT
“Kakak sudah jauh-jauh hari pengen kabarin Ibu dan Bapak apa ini waktunya?,” tanya kak Salsa.
“Gapapa Sa, mending kasih tau aja gimana juga itu urusan keluarga, aku, Silvi dan teman-teman hanya bisa membantu sekedar obrolan sisanya itu urusan keluarga yang tidak patut kita campurin,” ucap kak Nenah.
“Benar seperti itu saja Sa, dari pada kedepanya makin terjadi hal-hal yang tidak masuk akal dan kasian kamu sama Bastian juga,” sahut Silvi.
Kak Salsa hanya mengangguk berkali-kali, tanda seperti setuju. Kemudian aku dan Anton mengobrol di luar, karena Anton merokok dan untuk pertama kalinya aku menerima tawaran rokok dari Anton karena memang sebelumnya hanya sesekali saja aku merokok.
“Bener Ton, ibu harus tau hal-hal ini,” ucapku dengan tenang.
ADVERTISEMENT
“Sorry Bas, salahku awalnya,” jawab Anton tidak enak.
“Gaklah awalnya juga ada hal aneh, kebetulan kamu alamin, harusnya aku tidak membawa kamu ke rumah, jadinya kan seperti ini, sialan emang rumah itu,” jawabku emosi karena tidak tenang.
“Slow Bas,” ucap Anton menenangkan.
“Ton, kalau aku gak tinggal di rumah itu, kuliahku bisa jadi berhenti, tapi rumah seperti itu, lagian itu orang siapa coba segala imbasnya padaku dan kakaku Ton, keluargaku sedang tidak baik dalam kondisi ekonomi Ton,” jawabku menuangkan kekesalan.
Setelah mengobrol soal kuliah dan tidak masuknya lagi aku dan Anton, Anton pamit pulang dan janji akan main lagi ke sini, walau aku merasa tidak enak juga diam di rumah kak Nenah karena hanya sebatas teman kak Salsa saja.
ADVERTISEMENT
Aku hanya menghabiskan waktu di luar duduk sambil berpikir, semoga kak Salsa menghubungi ibu hari ini, sedang santai-santainya merokok dari pemberian Anton.
“Bas, Salsa demam tinggi banget tiba-tiba lemas gitu,” ucap Silvi, keluar dari pintu rumah.
Segera aku masuk ke dalam, dan benar kak Salsa sedang menggigil di ruang tengah rumah kak Nenah, segera Silvi dan kak Nenah membenarkan posisi tidur kak Salsa.
“Masih pengaruh kejadian semalam ini,” ucap Silvi.
“Aku bilang Ibu jangan?,” tanya kak Nenah.
“Jangan kak, aku telepon orang rumah dulu,” ucapku.
Ilustrasi demam, dok: pixabay
Tanpa pikir panjang aku menghubungi Ibu di luar rumah, dan melihat kak Salsa sedan diurus oleh Silvi dan kak Nenah.
Berkali-kali tidak diangkat, ketika sadar, “pasti sedang mengajar” ucapku, segera aku menghubungi Bapak.
ADVERTISEMENT
“Iya Bas, kenapa tumben telepon biasanya juga chat-chat aja,” ucap Bapak.
“Pak, kak Salsa sakit, kejadian di rumah banyak yang aneh, sekarang aku dan kak Salsa di rumah temenya kak Nenah. Bastian gak mau tau, Bapak sama Ibu kesini yah,” ucapku dengan tidak tenang.
“Iya-iya bapak jemput Ibu dulu, jaga dulu kakak kamu yah, pasti sekarang sore juga bapak kesitu, kirimkan alamat lengkap rumah Nenah yah,” jawab Bapak sama paniknya denganku.
Segera aku copy alamat yang sebelumnya di kirim ke Anton dan sudah aku kirimkan ke kontak bapak, segera aku masuk ke dalam rumah, dan kak Salsa sudah tertidur. Keringat di badanya bercucuran sangat banyak sekali. Aku, hanya duduk diam di samping kak Salsa.
ADVERTISEMENT
“Kak tidak apa-apa nanti ke sini orang tuaku yah,” ucapku perlahan.
Aku kak Nenah dan Silvi saling bercerita masing-masing yang terasa janggal di rumah bekas peninggalan neneku itu, dan aku mengiyahkan apa yang mereka katakan.
Tidak lama ada tlp dari ibu masuk,
“Bas, ibu sudah di jalan ini, tunggu yah Bas, maafkan ibu bas,” ucap ibu sambil menangis.
Bersambung...