Misteri Rumah Kopel: Kelahiran Anak Laki-laki (Part 2)

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
Konten dari Pengguna
24 Januari 2021 19:29 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi rumah horor, dok: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rumah horor, dok: pixabay
ADVERTISEMENT
Hanya di kamar, Harti bisa merasakan ketenangan. Karena ketakutan, Aku menempelkan Al-Qur'an dan Ayat kursi di dinding rumah.
ADVERTISEMENT
Aku pikir, kalau menempelkan Al-Qur'an dan bacaan Ayat kursi di dinding rumah bisa membuat 'mereka' panas dan tak mau mengunjungi rumah kami.
Hari ini Harti yasinan di rumah jamaah yasinnya yang lain. karena waktu itu mereka sudah yasinan di rumah kami, jadi sekarang giliran Harti yasinan di salah satu rumah mereka.
Seperti biasa jam 4 sore berangkat dan jam 5.30 pulang. Sambil memegang yasin dan memegangi perut, Harti menaiki anak tangga, "Dug... Dug... Dug," Dia kaget melihat pintu rumah terbuka.
Setengah menyelidik matanya melihat ke arah dapur. Di balik jendela yang ada di dapur dia melihat sosok, dia pikir aku sudah pulang kala itu.
"Assalamualaikum," ucapnya, tetapi tak ada balasan.
ADVERTISEMENT
Harti berjalan menuju dapur, dilihatnya tidak ada siapapun. Setengah was-was dia melangkah keluar. Dengan langkah kaki panjang, dia mempercepat jalan.
Harti duduk di luar, dia tak berani lagi masuk ke dalam. Adzan magrib berkumandang, tak jauh dia melihat bayangan hitam berjalan mendekat. Mungkin karena gelap dan memang belum ada listrik.
Setiap malam, lampu minyaklah yang menjadi penerangan. Bayangan hitam tersebut adalah aku.
Harti setengah kaget melihatku di balik gelapnya malam.
"Dek, mengapa rumahnya kamu biarkan gelap?," tanyaku.
"Aku takut Mas, Mas aja yang menyalakan lampu minyak," pintah Istri cantikku.
[Cerita ini diadaptasi dari Twitter/RamaAtmaja_HCR]
Aku berjalan menuju dapur sambil tangan memegang dinding dan merambat, karena gelap. Berjalan sedikit demi sedikit dan masuk keruangan dapur.
ADVERTISEMENT
Dengan tangan menggerayang, aku mencari lampu minyak dan korek api. Lampu minyakku dapat, begitu pun dengan korek api.
Aku coba menyalakan, "Jegres," api dari korek belum sampai ke lampu, tetapi tiba-tiba padam. Seakan ada angin yang bertiup, aku mencoba beberapa kali, tetapi api tetap tak mau menyala.
Dengan membaca bismillah, aku menyalakan lagi, "jegres," aku kaget bukan main, tampak sosok wanita tengah menatap. Jarak kami cuma sejengkal.
"Astagfirullah," aku kaget dan sosok tersebut tidak ada. Mungkin hanya halusinasi?, entahlah!.
Aku mendekatkan api ke lampu untuk menyalakannya. Lampu menyala, aku berjalan sambil memegang lampu untuk menyalakan lampu yang lain.
"Dek, ayo masuk, bentar lagi malam, gak baik Ibu hamil duduk di luar," teriakku menyuruh Harti masuk.
ADVERTISEMENT
"Iya Mas," sahut Harti dan dia beranjak masuk.
Malam ini aku bermimpi, ada cewek cantik yang datang menghampiri. Kulitnya mulus bersih, rambut panjang terurai memutar leher dan ke depan. bibirnya manis ala merah delima, matanya sayup dengan bulu mata yang lentik.
Ilustrasi perempuan, dok: pixabay
Belum sempat kita kenalan, adzan subuh berkumandang, aku dibangunkan Harti untuk salat subuh. Malam kedua aku bermimpi yang sama. Perempuan itu datang lagi, kali ini dia membawa temannya yang tak kalah cantik pula, mereka bertiga menghampiriku dan mengajak berkenalan.
Masing-masing dari mereka memperkenalkan diri, Isti, Dewi dan Nurmala. Namanya cantik seperti orangnya, aku memperkenalkan diri dengan nama Jo agar terdengar lebih keren pikirku kala itu.
Nurmala gadis pertama yang aku lihat dan yang paling cantik dari mereka, dia duduk di sebelahku, menempel.
ADVERTISEMENT
"Deg deg deg," jantungku memompa begitu kencang, keringat bercucuran dan salah tingkah. Karena, baru pertama kali aku melihat gadis secantik dia.
Sambil mengusap keringat di kening, aku memulai mengobrol dengannya walau terbata-bata. Duduk kita merapat, wajahnya begitu dekat, kulihat bibir manisnya bergoyang seirama dengan apa yang dia ucapkan.
Bibir kita semakin dekat dan semakin dekat.
"Mas, bangun Mas, sudah subuh, ayo shalat," ucap Harti seraya menggoyangkan anggota tubuhku.
"Yaelah Harti, sedikit lagi kok dibangunin si?," gumamku dalam hati.
Malam berikutnya, mereka datang lagi dalam mimpiku. Nurmala mendekat dan dia bilang kalau dia suka padaku. Awalnya aku hampir tergoda dan aku teringat sama Harti yang sedang mengandung buah hatiku.
"Maaf, aku tak mau. Aku sudah punya istri dan sebentar lagi punya anak," terangku.
ADVERTISEMENT
Aku diam sejenak dan melihat wajah Nurmala yang sedih, karena apa yang aku katakan tadi. Aku penasaran dan mencoba bertanya, "Sebenarnya kamu siapa?,"
Seketika wujud Nurmala yang cantik berubah dan dia berucap "Aku Kuntilanak penunggu rumah ini, 'hihihihihihi',"
Aku langsung terbangun seraya beristighfar, "Astagfirullah,"
Semenjak kejadian itu, mereka tidak pernah lagi datang ke mimpi dan menggangu kita.
Hari kamis malam jumat legi pukul 9 malam, Harti merasakan sakit yang teramat, dia akan melahirkan, tetapi motor tadi sore aku otak-atik dan lampunya putus, tidak mau menyala. Aku panik dan tak lama Pak Duloh datang menghampiri.
Ilustrasi motor rusak, dok: pixabay
"Istrimu mau melahirkan?," tanya Pak Duloh sambil menepuk pundak.
"Iya Pak, tetapi Aku bingung. Rencanaku, mau ngabarin mertua, tetapi lampu motor mendadak mati," terangku gelisah.
ADVERTISEMENT
"Yaudah, biar Aku saja yang ngabarin," ucapnya mengambil motor yang tengahku pegang.
"Hati-hati Pak," ujarku.
"Iya," ucap Pak Duloh setengah teriak sambil menaiki motor yang sudah berjalan.
Aku gelisah dan mondar-mandir di bawah rumah. Sudah lama Pak Duloh pergi tetapi beliau tak kunjung datang. Sesekali aku menghampiri Harti di kamar untuk menenangkannya.
Beberapa kali aku naik turun rumah. Semakin lama semakin was-was. Apalagi kalau mendengar Harti yang berteriak. Akhirnya Pak Duloh datang membonceng mertua. Mertua memegang petromax untuk menerangi jalanan.
"Pak Duloh, kok lama sekali si Pak?," tanyaku.
"Ia, maaf, soalnya mertuamu sedang yasinan, jadi, Aku sempat mencarinya dulu!," jawab Pak Duloh.
Kita naik dan masuk ke rumah. Harti sudah tak bisa menahan lagi. Aku titipkan Harti sama Mertua dan Pak Duloh, lantas aku pergi ke rumah teman. Rumahnya lumayan jauh.
ADVERTISEMENT
Aku ke rumahnya untuk pinjam mobil. Kunci mobil sudah ditangan, saya membawa mobil teman untuk menujuh rumah. Setibanya di rumah ternyata sudah ada dukun bayi di sana, Mak Laras namanya.
Mak Laras sebenarnya sudah mau pensiun tetapi beliau menyanggupinya. Awalnya Harti mau aku bawa ke Bidan memakai mobil, tetapi karena sudah ada Mak Laras, akhirnya aku membatalkan niatku.
Singkat cerita, pukul 11 malam Harti melahirkan anak laki-laki. Alhamdulillah kondisinya sehat. Lima hari berturut-turut tetangga, teman dan keluarga silih berganti menjenguk, dan setiap malam hari ramai karena banyak orang begadang.
Dua minggu berlalu, kita di luar masih begadang, sedangkan Harti tidur di kamar dengan anaknya. Pukul 12 malam, Harti mendengar suara, "Gug... Gug... Gug," lolongan anjing di kolom rumah.
ADVERTISEMENT
Malam ini cuma ada 3 orang begadang selain aku. Parmin datang dan membuat suasana malam ini menjadi pecah.
Bersambung...