Misteri Rumah Nenek: Dalang dari Semua Masalah (Tamat)

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
Konten dari Pengguna
17 April 2021 16:13 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi rumah nenek, dok: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rumah nenek, dok: pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Aku paham, mungkin ibu keberatan soal hal ini, tapi aku juga merasa semua ini harus aku dan Mella tahu langsung dari Ibu.
ADVERTISEMENT
“Iya dulu pohon itu, dijadikan tempat sakral oleh kakek kalian, dianggap pembawa keberuntungan, sampai dianggap bahwa sesajen harus tersedia dari malam dan diambil pagi hari. Dan perempuan itu juga mati setelah melarang kakek menaruh sesajen itu, tapi nenek membela kakek dan bercerita perempuan itu sakit sebelum kematiannya datang,” ucap Ibu, perlahan-lahan seperti membuka semua memori masa lalu itu.
“Perempuan itu gentanyangan yah bu? Sampe kakak melihatnya?," tanya Mella.
“Entah Mel ibu tidak tau soal perempuan itu bagaimana, tapi Ibu hafal betul tidak ada yang mau mati dengan sia-sia, walau takdir kadang bisa berkata lain,” ucap Ibu.
Sekarang tentang perempuan itu masuk akal buatku, dia bisa jadi masih penasaran dan ingin menunjukkan kemarahanya padaku cucunya Kakek dan Nenek, itu hanya pikirku saja.
ADVERTISEMENT
“Bu kenapa kang Obar bilang tanyakan pada Ibu, setelah aku tahu dan lihat kang Obar di pohon itu secara langsung?,” ucapku penasaran.
“Idim! Ini salah dia! Kenapa sosok perempuan itu menghantui kalian itu salah Idim,” sahut Ibu kesal sekali.
“Kenapa dengan kang Idim bu?,” tanya Mella.
[Cerita ini diadaptasi dari Twitter/qwertyping]
“Dia (Idim), setelah 9 tahun kematian nenek ibu pernah titipkan rumah itu pada dia supaya merawat bahkan ibu suruh untuk tinggal di rumah itu, tapi dia bego!.
Malah melanjutkan tradisi kakek kamu yang dulu, percaya pada pohon beringin itu! Sejak kakek meninggal tradisi itu sudah tidak pernah terjadi, tapi setelah Nenek meninggal dia malah melakukannya lagi!,” sahut Ibu dengan nada kesal sekali.
ADVERTISEMENT
Hah! Kang idim bukanya yang aku lihat Kang Obar? Bagaimana ini? Pasti ada sesuatu lagi.
“Bu yang aku lihat kang Obar, bukan Kang Idim,” ucapku.
“Iya kamu melihat dia yang membawa pergi sesajen kan?,” tanya Ibu.
“Iya bu,” ucapku.
“Dulu, baru satu tahun Nenek meninggal, kang Obar yang memberi info bahwa Idim memanfaatkan kekuasaan dan hanya Idim yang tau sesajen apa saja, karena dia sebelum kakek meninggal waktu itu masih remaja seumuran ibu juga dekat dengan kakek,” sahut Ibu.
Ilustrasi sesajen, dok: pixabay
“Ibu sudah menegur?,” tanya Mella.
“Sampai bosan ibu menegur Idim, sampai ibu punya akal, kalau tiap malam Obar suruh mengecek pohon itu, bila ada sesajen bawa pergi, jika Idim marah laporkan pada Ibu, karena Idim sangat takut pada Ibu, Ibu punya jasa besar dalam hidup Idim, walau Idim sampai hari ini mengecewakan Ibu lagi,” ucap Ibu.
ADVERTISEMENT
Sialan! Idim! Dibuat emosi aku olehnya, berarti malam itu Teh Wati bilang kang Idim sedang keluar itu bohong, sementara aku sedang kalap tidak mau membantu?! Anj*ng Idim sialan!.
Tapi aku tidak mau menceritakan hal itu, pada Ibu takutnya malah menjadi permasalahan lainya.
“Kenapa tidak Ibu jual saja rumah itu?,” tanya Mella.
“Ibu dan Ayah kamu sudah bosan menawarkan rumah Nenek itu, sampai 7 orang yang sudah bilang tertarik, tetapi sama seperti kalian berbagai gangguan aneh selalu ada,” ucap Ibu.
“Apa perlu aku urus soal kang Idim itu bu?,” ucapku dengan nada kesal, karena tau kelakuan kang Idim yang sebelumnya sangat aku percayai baik.
“Jangan kamu tidak tau apa-apa, selagi sesajen itu tidak diberikan tumbal manusia, keberuntungan pada usaha Idim tidak akan pernah ada. Karena dulu setelah kakek meninggal, ibu baru tau sudah banyak korban yang kakek nikahi di luar kampung sana, agar Kakek lancar terus bisnisnya, hal ini tidak Idim ketahui, dan ini menjadi rahasia keluarga kita saja,” ucap Ibu sambil berpesan.
ADVERTISEMENT
Oke aku paham sekarang rumah Nenek jadi seperti itu, kang Idim ternyata di balik semua ini. Tidak aku sangka sebelumnya. Benar kata kang Obar, hanya Ibu yang tau persoalan ini dan menjadi saksi memori semuanya.
Dua tahun setelah kejadian 2013 itu, kang Idim meninggal tidak wajar, kang Idim meninggal 2015 karena sakit yang berkepanjangan, Banyak yang bilang penyakitnya aneh.
Ilustrasi penyakit, dok; pixabay
Walau aku sendiri tidak terlalu menelusuri kenapa penyakit kang Idim, bahkan beberapa minggu sebelum hari kematiannya, kang Idim sempat dipasung, karena berontak, warga sebagian menyangka bahwa kang Idim gila.
Tapi bagi Ibu, itu adalah bayaran yang sesuai dengan kelakuan apa yang telah diperbuat olehnya, karena Ibu merasa sudah memberi tahu berkali-kali dan menyuruh kang Idim berhenti, tapi kang Idim tetap saja tidak melalukan apa yang Ibu mau.
ADVERTISEMENT
Tahun 2015, pohon Itu ditebang, penjaga rumah Nenek sepenuhnya Kang Obar. Walau kang Obar keberatan, tidak lama juga, Rumah Nenek ada yang membeli dan dirubah total dijadikan Villa oleh salah satu pengusaha ternama.
“Bu kenapa dulu tidak ibu suruh tebang saja pohon itu?," tanyaku
“Sudah berkali-kali pohon itu mau ditebang, keanehannya kuat Fed, ada yang tukang nya sakit, atau apa saja halanganya, karena dulu Idim selalu kasih sesajen dan Percaya pada pohon itu seperti Kakek kamu,” ucap Ibu menjelaskan.
Tidak apa menurutku, segala kenangan soal Nenek masih bisa aku simpan dan keluarga simpan dalam bentuk kenangan dalam pikiran, buat apa juga jika Rumah Nenek itu masih berdiri kokoh tapi menjadi sesuatu yang tidak-tidak.
ADVERTISEMENT
Aku tidak menyalahkan Kakek, karena bagiku mau bagaimanapun kejadian itu sudah terjadi dan hanya doa yang bisa tersampaikan untuknya dan meminta kepada penciptanya.
-Tamat-