Misteri Rumah Nenek: Demi Tumbal (Part 8)

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
Konten dari Pengguna
15 April 2021 20:29 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi rumah nenek, dok: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rumah nenek, dok: pixabay
ADVERTISEMENT
“Bu tolong! Sekarang pulang kasihanlah sama anak ibu Fedi dan Mella, Fedi dari semalaman di rumah Nenek, pulang, dan sampai sekarang belum bisa tidur! Diganggu terus bu!,” ucapku lewat telepon.
ADVERTISEMENT
“Apa maksud kamu diganggu siapa?,” tanya Ibu.
“Makannya ibu pulang sekarang!,” ucapku.
“Yaudah iya Ibu pulang!,” ucap Ibu dengan nada marah.
Saking aku kesalnya, apalagi bayangan wanita itu ada terus ketika aku akan memejamkan mata untuk tidur, akhirnya aku dan Mella hanya tiduran di sofa.
Bayangan Nenek sekarang yang aku pikirkan kuat, lebih tenang, sesekali memejamkan mata, sosok wanita itu tidak ada.
“Kak bangun,”
“Iyah iyah”
Tidak terasa ternyata aku bisa juga ketiduran, rasanya badan pegal sekali, keringat di baju juga terasa basah sekali, tumben aku tertidur bisa dengan keadaan seperti ini. Kelelahan karena semalam tidak bisa tidur, sepertinya.
“Fed cepet mandi, ibu tunggu di meja makan,” ucap Ibu.
Hah jam 9 malam! Berapa jam aku tidur? Bisa-bisanya seperti ini, tidak lama aku bergegas mandi, badan masih terasa lemas, namun guyuran air bisa membuat sangat segar sekali.
ADVERTISEMENT
Ibu menyuruh aku makan, tapi belum sekali nafsu makan itu datang. Selesai menyeduh kopi dan membakar rokok aku langsung menemui ibu.
“Bagaimana bu?,” ucapku, memulai obrolan.
“Terlalu panjang ibu ceritakan soal rumah itu?,” sahut ibu dengan nada lemas.
Aku paham, soal ini mungkin bagi Ibu berat sekali, bagaimana kenangan bersama nenek dan tentunya rumah itu.
[Cerita ini diadaptasi dari Twitter/qwertyping]
“Boleh Bu ceritakan saja, sudah terlalu aneh rumah itu, satu malam saja Fedi dan Mella disana sudah pertanda tidak baik bu,” ucapku teggang.
“Itulah kenapa alasan Ibu menyarankan kalian ke sana, kalian harus tahu, keadaan sekarang seperti apa,” sahut Ibu, dengan mata yang berlinang.
“Bu ada baikya Mella juga tau, kak Fedi dan Mella sekarang sudah besar bu,” ucap Mella penasaran.
ADVERTISEMENT
“Jika kalian tahu yang sebenarnya, apa kalian juga akan mengerti?,” tanya Ibu, pada Mella dan Fedi dengan mengucurkan air mata.
Apa semuanya seberat ini? Sampai Ibu harus meneteskan air mata, aku tidak paham jelas karena aku tidak tahu yang terjadi. Bukan maksud mengubah keadaan meja makan jadi sekaku ini, jelas ini bukan awal niatku bicara dengan Ibu jadi seperti ini.
“Ibu pengen tau Fed apa yang kamu lihat di rumah itu?,” tanya Ibu.
“Pertama datang, kunci yang ibu kasih tidak masuk, ada suara langkah kaki di dalam, malamnya penampakan perempuan, kucing, dan bau aneh bunga melati, apalagi pohon beringin itu bu,” ucapku menjelaskan.
Suasana meja makan, dok: pixabay
“Sosok perempuan masih muda?,” tanya Ibu.
“Tidak tau bu, rambutnya panjang terurai seperti Mella?,” ucapku.
ADVERTISEMENT
“Hah! Itu aku mimpikan kak serius, malam pas tidur di kamar Nenek,” sahut Mella menambahkan.
“Iya ibu paham, mungkin dari sini ibu jelaskan,” ucap Ibu.
Serr tiba-tiba suasana semakin kaku sekali, bahkan rokok yang aku hisap, keliatan sekali betapa tenggangnya aku.
“Dulu sekali sewaktu ibu masih kecil, kakek kalian mempunyai istri muda, cantik, parasnya blasteran belanda. Nenek waktu itu setuju saja Kakek menikah lagi, apalagi Nenek tahu betul bahwa kakek adalah juragan tanah di kampung itu.
Akan tetapi, pernikahan itu hanya berlangsung beberapa bulan, istri muda Kakek meninggal tidak wajar. Lalu, ketika Ibu beranjak dewasa sebelum menikah Nenek jelaskan semuanya” ucap Ibu, sambil menangis.
“Lalu bagaimana lagi bu?,” tanya Mella, dengan penasaran.
Ilustrasi ibu menangis, dok: pixabay
“Nenek bilang sebenarnya tidak ada perempuan yang benar-benar rela kalau suaminya punya istri lagi, walau dalam ucapanya menerima, hati kecilnya tidak pernah menerima sama sekali,” ucap Ibu
ADVERTISEMENT
“Perempuan itu meninggal kenapa bu?,” tanyaku.
“TUMBAL! Iya Nenek cerita perempuan itu di jadikan tumbal oleh Kakek agar bisnisnya berjalan lancar!,” Bentak Ibu kesal.
Aku hanya bisa diam, tanpa sepatah katapun bisa aku keluarkan, antara mengerti perasaan Ibu dan penasaran selanjutnya apa yang terjadi.
“Apa yang kamu lihat di pohon beringin itu Fed?,” tanya Ibu padaku.
“Sore itu aku melukis, tapi bayangan sosok nenek yang ada di pikiran aku, penasaran lebih ada Bu pada pohon itu, tapi tidak aku ikuti, selepas malam bahkan dini hari Bu, aku melihat kang Obar membawa pergi sesajen gitu di balik pohon itu,” sahutku menjelaskan dengan perlahan-lahan.
“Yang kakak jelaskan sama aku itu?,” tanya Mella.
ADVERTISEMENT
“Iya Mel, kakak lihat itu dengan mata kakak sendiri,” ucapku menyakinkan.
Bersambung...