Misteri Rumah Nenek: Lentingan Tawa Mella (Part 5)

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
Konten dari Pengguna
11 April 2021 19:58 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi rumah nenek, dok: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rumah nenek, dok: pixabay
ADVERTISEMENT
Pikiranku fokus pada yang Mella bilang soal “Nenek menangis” entah kenapa hal itu yg paling kuat aku pikirkan, setelah kejadian melukis pohon beringin itu.
ADVERTISEMENT
“Gubrakkk...”
Kaget sekali suara itu kencang, aku bahkan sadar tidak sadar mendengar suara itu. Aku buka mata, mencari hp aku lihat jam 1:30 dini hari.
“Tumben aku ketiduran, biasanya mata ini susah diajak tidur,” ucapku dalam hati.
“Gubrakkk...”
Suara itu lagi, mata masih mengantuk, aku berjalan menuju dapur, dalam keadaan lemas bangun dari tidur dengan sedikit sadar aku melihat perempuan berbalik badan.
Rambutnya terurai, aku pikir itu Mella karena perawakanya percis dengan Mella. Tidak aku lanjutkan mendekat, hanya melihat dari pintu dapur saja, beberapa detik.
“Paling dia laper mau bikin mie, atau manasin air buat bikin susu,” ucapku dalam hati.
Karena memang kebiasaan dia di rumah seperti itu, aku lanjutkan tiduran karena sangat ngantuk sekali. Aku ingat di dalam kamar nenek ada selimut, aku paksakan untuk bangun dan berjalan ke kamar nenek.
ADVERTISEMENT
Kaget sekali! Aku dibuat sadar dalam keadaan ngantuk. Mella sedang tertidur lelap di kamar ini. Perempuan di dapur itu siapa? Aku sadar dan bahkan langsung dibuat sadar.
Tidak perlu lama aku berjalan ke arah ke arah dapur untuk memastikan sosok perempuan itu, dan tidak ada siapa-siapa. Jadi tadi itu siapa perempuan itu? Apa aku salah liat, karena baru saja bangun.
[Cerita ini diadaptasi dari Twitter/qwertyping]
Aku balik langsung ke kamar nenek, hendak aku mengambil selimut, ternyata gordeng jendela belum Mella tutup, mungkin lupa. Lantas aku mau menutupnya, aku melihat sosok kang Obar di pohon beringin besar itu!.
Jelas itu kang Obar walaupun kelihatannya gelap, karena tidak terlalu jauh dari jarak pandangku samar-samar dari samping, aku pastikan dan melihat lama benar itu kang Obar!
ADVERTISEMENT
Sedang apa pikirku kang Obar jam segini, di pohon beringin itu pula. Aku perhatikan terus sambil mengintip yang kang Obar lakukan, kang Obar hanya diam jongkok sambil merokok, lama aku perhatikan, dia bangun dan seperti mengambil sesuatu di bagian belakang pohon itu, semakin aku penasaran.
Aku dibuat kaget setelah suara di dapur dan perempuan yang aku sangka Mella, sekarang dengan sadar dan jelas malah sosok Kang Obar yang aneh.
Tidak lama, kang obar seperti membawa wadah besar dan beberapa piring juga mangkok yg ada diatas wadah itu, lalu berjalan ke arah belakang rumah, aku terus perhatikan, sampai kang Obar luput dari pengilihtanku.
Baru saja aku menutup hordeng dan menarik nafas dalam-dalam karna kaget dengan apa yang dilakukan kang Obar
ADVERTISEMENT
“Gubrakkk...”
Ilustrasi malam horor, dok: pixabay
Suara itu datang lagi dari arah yang sama yaitu dapur, aku dibuat berkeringat, karena tidak ada rasa takut yang ada rasa penasaran yang kuat, aku berjalan kembali ke arah dapur, sialan! Tidak ada apa-apa.
Malah hanya ada seekor kucing hitam. Aku lihat kucing itu hanya diam dekat pintu keluar dapur, sambil menatap ke arahku, tidak bergerak sama sekali. Aku abaikan, aku lihat sekitar tidak ada yang berubah. Lantas suara itu dari mana datangnya.
Rasa takut baru sekarang datang, pikiran aku kemana-mana, karna menghubung-hubungkan apa yang terjadi di rumah ini, aku langsung masuk ke kamar Nenek. Tidur di sebelah Mella, baru saja aku tiduran.
“Meong... meong...”
Hah! Kucing itu lagi, aku lantas bangun, keluar lagi dari kamar Nenek, ternyata kucing itu duduk di sofa, bekas aku tiduran tadi. Pikirku lapar, aku kasih sisa makanan yang ada ke kucing itu, pikirku agar kucing itu tidak bersuara.
ADVERTISEMENT
Masuk lagi ke kamar Nenek, aku lihat jam di Hp 03:00, sial sudah agak lama aku bangun. Coba untuk memejamkan mata tetap susah.
Sebentar, samar-samar aku mendengar tangisan di telinga, sangat kecil tangisan itu, aku berdiam dalam tegang sekali, sambil merasakan dari mana arah tangisan itu.
“Kak kok ada suara yg nangis sih?,” ucap Mella terbangun.
“Sssttt.. diem iya ada suara tangisan kakak lagi denger baik-baik suara itu dari mana,” jawabku.
Tidak lama dari itu, ada suara kucing lagi. Pikirku itu kucing yang tidur di sofa yang aku kasih makan.
“Hah kak kok ada suara kucing kak? Sejak kapan kucing itu ada?,” tanya Mella, dengan heran.
Tanpa pikir panjang, aku ceritakan yang barusan terjadi semuanya, tentang sosok perempuan di dapur yang aku kira itu Mella, juga tentang kelakuan kang Obar dibalik pohon beringin.
Ilustrasi kucing hitam, dok: pixabay
Mella mentapku kosong, tiba-tiba terseyum aneh. Merinding sekali melihat senyum dia beberapa kali seperti itu.
ADVERTISEMENT
“Heh jangan ngelamun!,” ucapku.
“Mella heh jawab jangan melamun,” ucapku lagi sambil mengoyangkan badan Mella.
Bukanya menjawab Mella malah makin tersenyum aneh, aneh sekali dan ini baru aku dibuat merinding sekali, aku kalap.
“Mel woy! Jangan bercanda gini woy!,”
Serrr... seperti ada setrum pada badanku ini, merinding yang aku alami sekarang baru aku rasakan. Disusul dengan tertawaan yang makin aneh, tapi tatapan dia yang asalnya kosong, sekarang mentapku tajam.
“Mel anjing! Jangn gini ah becandanya gak lucu!,” ucapku panik.
Dia makin tertawa menjadi dan kencang sekali, tanpa pikir panjang aku keluar dari kamar, aku kunci Mella di kamar itu. Aku menuju rumah kang Idim dengan lari tanpa sadar karna aku juga jadi kalap sekali.
ADVERTISEMENT
Bersambung...