Misteri Rumah Nenek: Pernyataan Kang Obar (Part 6)

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
Konten dari Pengguna
13 April 2021 16:59 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi rumah nenek, dok: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rumah nenek, dok: pixabay
ADVERTISEMENT
“Kang.. kang.. kang..” ucapku sambil mengetuk pintu.
“Iya siapa?,”
ADVERTISEMENT
“Ini Fedi ini Fedi,” ucapku panik.
“Oh iya sebentar den, kenapa?,” ucap Teh Wati.
“Kang Idim mana teh?,” tanyaku.
“Kang Idim kalau malwm suka keluar den, plingan pulang subuh,” ucap teh Wati.
“Kenapa keliatanya rusuh begitu?,” tanya teh Wati.
Tidak aku jelaskan pada teh Wati apa yang terjadi langsung aku pulang lagi dengan tergesa-gesa karena takut juga Mella kenapa-kenapa. Aku buka pintu utama ada bau itu lagi bunga melati, aku bodo amatkan, aku buka pintu kamar Nenek lagi.
Serr... darah merinding itu naik lagi, tapi aku dibuat aneh! Aneh sekali! Mella sudah tertidur lagi bahkan posisinya sama tidak berubah seperti sebelumnya!.
“Huah... Kenapa malam ini seperti ini!,” ucapku dalam hati yang sangat kesal.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, aku duduk di kasur membuka jendela, menghidupkan rokok. Kesal dengan yang terjadi di rumah ini kenapa jadi seperti ini.
“Nek kenapa rumah jadi seperti ini? Apa sudah lama tidak ditempati, atau karena apa nek, aku ini cucu Nenek, datang ke sini pengen liburan pengen jenguk makam kakek dan Nenek, kenapa nek,” ucapku dengan jelas karena saking bingungnya.
Hembusan angin menuju pagi sangat kencang, kencang sekali terlihat jelas pohon beringin itu daun-daunya bergerak juga tanaman lainya. Aku sudah tidak bisa tidur lagi malam ini, bahkan pagi sebentar lagi akan tiba.
Aku putuskan besok pulang! Dan bercerita pada ibu, dan aku akan terbuka pada Mella tidak ada yang akan aku tutupi. Sambil bermain Hp, untuk menunggu adzan subuh. Aku tidak berhenti menghabiskan beberapa rokok lagi.
ADVERTISEMENT
[Cerita ini diadaptasi dari Twitter/qwertyping]
“Kak...” ucap Mella.
“Iya kamu udah bangun?,” sahutku.
“Pengen minum lemes sekali badan aku?,” ucap Mella dengan nada lemas.
Aku bawakan air, dia bahkan meminta lagi, tumben dia sehaus itu. Atau karena kejadian tadi yang dia terbangun dan tertawa-tawa menyeram itu?.
“Mel tadi kamu kenapa?,” tanyaku memancing ingatannya Mella.
“Kenapa apanya?,” sahut Mella, bingung sekali.
Aku jelaskan pada Mella soal dia yang bagun sebelumnya, tertawa menyeramkan, bahkan menatapku sebegitunya.
“Enggak aku enggak ingat sama sekali, tapi aku tidur lelap banget, sampe kerasa cape kak?,” ucap Mella, masih bingung.
Baru dari sini aku jelaskan semuanya pda Mella apa yang terjadi, soal perempuan di dapur, kang Obar dan dia bahkan soal kucing juga.
ADVERTISEMENT
“Hah! Kang Obar seperti itu?,” ucap Mella kaget.
“Iya kakak juga gak paham lagi!,” sahutku.
Perempuan kerasukan, dok; pixabay
“Kak udah jangn banyak omong lagi, siangan dikit kita balik dan kita ceritakan ini langsung ke ibu,” ucap Mella.
Aduh Mella ini padahal jangan begitu sikap pada kang Idim
“Ayo masuk, makan dulu” ucap kang Idim.
Kita bertiga makan, tapi kang Idim tidak menanyakan hal soal aku kerumahnya dini hari tadi. Aku tanya duluan, tanpa pertimbangan ini itu lagi.
“Kang semalem aku ke rumah akang dini hari?,” ucapku.
“Iyah? Oalah akang suka ada jadwal ngeronda,” ucap Kang Idim.
“Teh Wati gak bilang gitu kang?,” tanya Mella.
“Ah diamah suka pelupa orangnya?,” ucap Kang Idim.
Raut muka dengan jawaban kaku seperti itu aku hapal sekali, ada kebohongan dari jawaban kang Idim.
ADVERTISEMENT
“Eh iya, semalem kucing di sini emang suka dikasih makan juga kang?,” tanyaku.
“Hah! Kucing den? Belum pernah ada kucing disini aden salah liat kali,” ucap kang Idim.
Deg! Aku kaget, lantas kucing itu dari mana datangnya kalau belum pernah ada kucing di sini. Aku acuhkan karena akan menganggu pikiranku saja hal ini. Walaupun masih ada di benak tengang keanehan hal itu.
Selesai makan, kang Idim ijin pulang dan aku juga bilang ada urusan mendadak jadi akan pulang lebih cepat, rencana 2 hari di sini tidak jadi.
“Iyah gapapa den sini aja akang pinta sekalian kuncinya, takut siang akang ke kebun, gak bisa bantu aden beres-beres,” ucap kang Idim.
“Iyah nih kang,” ucap Mella memberikan kunci yang gantungannya tali itu.
ADVERTISEMENT
Aku perhatikan kang Idim keluar dari rumah nenek dan kebetulan ada kang Obar yang sedang membersihkan rumput di depan rumah anehnya dengan jarak yang dekat dan juga sesama yang mengurus rumah ini, mereka berdua kang Idim dan kang Obar tidak saling menyapa. Bahkan, tatapan kang Idim pada kang Obar seperti marah sekali.
Laki-laki berkebun, dok: pixabay
Apa kang Idim juga mengetahui kelakuan kang Obar? Seperti apa yang aku lihat semalam di bawah pohon beringin itu?. Pikiranku dibuat aneh dengan keadaan yang sebenarnya terjadi apa di rumah ini, gangguan-gangguan padaku dan Mella. Sepertinya ada yang tersembunyi di rumah ini.
Untuk menghabiskan rasa curiga, selagi menunggu Mella beres-beres barang bawaan untuk pulang, aku sapa kang Obar.
ADVERTISEMENT
“Eh aden ayo katanya janji mau ngopi sama akang?,” ucap kang Obar.
“Haduh kang hari ini juga mau pulang dulu ada keperluan mendadak?,” jawabku.
“Eh yaudhah gapapa den entar jangan kelamaan kesini lagi aja,” ucap Kang Obar.
“Kalau malam padahal aku gak ada teman ngopi kang,” sahutku memancing pertanyaan.
“Akang kalau malam suka di rumah den,” ucap Kang Obar.
Bersambung...