Mitos Kuntilanak dan Suara Ayam Berkokok

_{Suara ayam berkokok menandakan kuntilanak. (Foto: simdragon90.deviantart.com)}

Yang seru dari mitos adalah tiap tongkrongan punya versi yang beda-beda, kayak cara memulai main kartu capsa. Misalnya mitos kehadiran kuntilanak.

Gue debat sama temen gue soal bagaimana cara mengidentifikasi kehadiran kuntilanak. Sesuai cerita yang pernah gue post soal yang di jembatan teknik sastra (teksas), gue bilang kuntilanak itu makin kecil suaranya, makin jauh keberadaannya. Makin gede suaranya, makin deket keberadaannya. Temen gue beda lagi, dia bilang penandanya suara anak ayam ciap-ciap. Temen gue ada satu beda lagi. Ayam berkokok.

Cerita ini tentang temennya temen gue, sebut si Fahry. Fahry ini tinggal di Bekasi, masih sama orang tuanya. Tapi, jangan langsung bayangin Bekasi daerah. Ini Bekasi kota. Jadi, harusnya gak ada ayam di situ.

_{Bekasi juga ada kotanya kok. (Foto: ervanmlndri.blogspot.com)}

Suatu malam, dia denger suara ayam berkokok sayup-sayup. Kukuruyuk. Kukuruyuk. Lama-lama gede. KUKURUYUK. KUKURUYUK. Lama-lama gede banget. KOKOROYOK!! KOKOROYOK!!

Mitos di tongkrongannya, makin gede suara kukuruyuk, makin deket kuntilanaknya, dan si Fahry tau mitos itu. Si Fahry ini ngocol, mungkin kebanyakan nonton film horor Hollywood. Orang normal di dunia nyata kalau denger ada suara aneh-aneh dan uda tau ini pertanda hantu, ya diem aja berdoa kek, apa gitu. Ini malah ditantangin, dicari dong sama dia. Dia buka jendela.

Kuntilanaknya tepat di depan mukanya.

_{Kuntilanaknya di depan muka dia faaaaaaaaaakk. (Foto: buzzfries.com)}

Fahry yang sudah besar ngibrit ke kamar orang tuanya dan tidur bertiga di sana.