Pabrik Tahu Keluarga: Darah Gaib (Part 4)

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
Konten dari Pengguna
21 Juli 2021 19:15 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi, bangunan rusak, dok: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi, bangunan rusak, dok: pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Baru saja aku menjawab, suara yang sama percis sebelumnya aku dengar datang kembali, sangat jelas tertawa jelas, membuat bulu pundaku merinding, karena jelas dan aku yakin bi Imah juga mendengar hal yang sama.
ADVERTISEMENT
“Seperti itu bi, gak mungkin kalau itu suara Rini, kamar ini jauh bi iyahkannn…benar kan bi....” jawabku panik, karena sangat menakutkan.
“Iya benar, sama percis suara itu setelah sekian lama akhirnya datang kembali, itu suara yang pernah bibi dengar den, sebelum kakek dan nenek meninggal,” sahut bi Imah, dengan suara pelan dan berat menatap arah kosong, tatapanya sangat terlihat tegang sekali.
Aku hanya diam tanpa suara, masih heran dan masih bnyak tanda tanya.
“Ada hubungannya dengan Pabrik Tahu atau apa ini bi?”
“Tidak ada yang benar-benar tau den, bahkan Ibu sekalipun, tapi soal jendela bibi tidak tau den, kalau aden takut mending jangan tidur di sini,” jawab bi Imah singkat, kemudian bangun, menutup semua jendela kembali.
ADVERTISEMENT
Kemudian bi Imah keluar kamarku begitu saja, tidak seperti biasanya. Aneh juga pikirku dengan sikap bi Imah seperti itu, tapi ada apa ini sebenarnya, saling berkaitan dengan masa lalu atau apa, semakin banyak pertanyaan di pikiranku.
Aku terbaring di atas kasur, di dalam kamar yang sudah lama aku tinggalkan. Pikiranku dibuat berpikir dengan segala keanehan yang baru saja aku alami, di hari pertama kepulanganku ke rumah ini dan setelah pulang mampir dari Pabrik. Ini membuat kacau pikiranku, karena sebelumnya aku belum pernah mengalami hal seperti ini. dalam situasi seperti ini.
[Cerita ini diadaptasi dari Twitter/qwertyping]
Benar seperti apa yang dikatakan Jalaluddin Rumi, “Ada suara yang tidak menggunakan kata-kata. Dengarkanlah,” aku harus belajar tentang itu, tentang kejadian yang sekarang terjadi yang aku mau malam ini, sebelum tidur, berdamai dengan kebencian kemudian menerima dengan akal segala keanehan yang baru saja terjadi, walau menakutkan sekali, tidak mungkin ini tiba-tiba terjadi jika tidak ada maksud atas kejadian mengerikan ini, benar-benar penuh misteri.
ADVERTISEMENT
Besok aku harus berbicara dengan bapak, bertanya apapun yang menganggu selama ini, yang hadir dalam pikiranku. Keanehan pabrik, sosok penghuni dan segala sesuatu yang ingin aku ketahui. Egoku bicara “demi kebaikan” nafsuku bicara karena "penasaran".
“Bisa bantu tolong ambilkan botol itu, saya tidak bisa jongkok karena perut saya lagi hamil besar” ucap perempuan cantik, berambut keriting gantung, dengan mata sangat sayu.
“Hallo mas... Saya bicara dengan kamu loh, bisa bantu aku,” ucap kedua kali perempuan itu.
“Iyah-iyah mba gimana? Bantuin apa mba?” jawabku terbata-bata, masih kaget.
“Itu mas botol minuman saya jatuh, mas kenapa segitunya melihat saya hehe,” jawab perempuan, sambil tersenyum malu, sangat cantik
Pandanganku, sebelum mengiyahkan dan membantu mengambil masih saja tidak bisa lepas dari wajah perempuan yang tidak aku kenal ini.
ADVERTISEMENT
“Ini mbak botolnya,” jawabku sambil mengasongkan botol.
“Ahh, sakit ini sakit, perutku sakit sekali mas,” jawab perempuan, tiba-tiba langsung mendudukan badan di lantai.
Aku sangat kaget, apa ini akan melahirkan atau kenapa karena benar-benar tidak tau sama sekali.
“Mas tolong... mas... tolong...” ucap perempuan itu kesakitan
“Aku harus gimana mba?” jawabku dengan gugup, dan langsung jongkok berhadapan tidak jauh dengan perempuan itu.
Tidak lama berselang, jeritan perempuan itu semakin kencang hanya bicara “tolong sakit” terus seperti itu berulang-ulang. Darah dari arah antara paha perempuan itu keluar seketika, darah yang sangat merah. Aku masih belum berbuat apa-apa mematung diam tanpa kata apapun.
“Sini kamu mas...” ucap perempuan itu, sambil mengarahkan pisau tajam kepadaku, seperti ingin menusuk punggungku dari arah atas.
ADVERTISEMENT
“Mba jangan mba, salah saya kenapa mba!?” sahutku menahan tangan perempuan dengan pisau di tangan kananya.
Dari teriakan kesakitan, tiba-tiba suara perempuan itu menjadi ketawa yang sangat menakutkan, aku hanya bisa berteriak sejadi-jadinya dengan kencang karna pisau itu sedikit demi sedikit sudah mendekat dengan badanku.
“Arrrrgghhh...” jeritanku menahan dngan sekuat tenaga dan mulai berlinang air mata
“Putra... Heh bangun kamu ini teriak kencang sekali udah pagi ini, kenapa kamu ini” ucap Ibu, membangunkan Putra.
Ilustrasi mimpi buruk, dok: pixabay
“Hah... Hah... Hah… iyah bu aku bangun ini” aku sangat kaget.
Kenapa harus mimpi dengan perempuan itu, dan sudah lama sekali tidak mimpi semenyaramkan seperti barusan, biasanya mimpi tidak jelas ini jelas sekali. Perempuan hamil, cantik, ingin menusukku.
ADVERTISEMENT
Pikiranku, walau mata sudah terbuka masih mencoba mengingat apa maksud dari mimpi itu dengan detail, walau masih percaya itu hanya serbuk tidur, tapi aku harus menyimpan ingatan tentang mimpi itu juga.
“Eh masih melamun, kirain ibu langsung mandi. cepet mandi, makan, udah kebiasaan banget kamu kelewat solat subuh, kebiasaan di sana ini,” ucap Ibu, mengomeliku.
“Iyah iyah mau ini, nanti aku ke meja makan, bilang sama bapak bu, aku mau bicara panjang denganya yah,” jawabku sambil bangun berjalan ke kamar mandi.
“Iyah tapi harus tenang jangan pake emosi, kasian bapak belum sembuh total,” jawab Ibu.
“Selalu kasian orang lain apa kabar diri ibu sendiri kurang lama lagi waktu yang sudah berlalu ini bu,” ucapku sambil masuk kamar mandi.
ADVERTISEMENT
Aku tau ibu tidak akan pernah mau berdebat denganku soal perasaan yang dia pendam selama ini, walau aku tidak berusaha memahami urusan mereka antara Istri dan Suami, aku hanya anak yang tidak bisa bersandiwara dengan waktu yang sudah cukup lama.
Ilustrasi suami istri, dok: pixabay
Selesai mandi, langsung aku menuju tempat makan, dari kejauhan sudah duduk Bapak yang saling berhadapan dengan Ibu posisi duduknya dan juga adik cantik aku Rini, yang kelihatan sangat cantik, aku hanya tersenyum dan bicara dalam hati “apa harus menunggu ada masalah sehingga bisa duduk seperti itu,”
“Hay, kamu cantik sekali mau kemana sih heh,” ucapku iseng sambil mengelus rambut Rini.
“Iihh...Bu liat tuh, dia udah mulai genit sama cewe, udah berapa banyak cewe yang kamu gituin kak?” tanya Rini sambil ketawa.
ADVERTISEMENT
“Sudah, sudah Put ayo duduk sana kita makan, baca doa seperti biasa” ucap Ibu
Seperti biasa itu ucap ibu, yang sangat lucu saat mendengar, seperti biasa itu sering ini makan seperti jarang sekali, berapa tahun yang lalu mungkin.
Aku sesekali menatap bapak, masih dengan raut muka yang arogan, terlihat banyak pikiran, dan sekarang aku baru sadar, badanya yang 4 bulan lalu aku pulang masih agak lumayan gemuk, sekarang mulai kurus.
Tidak terlalu lama waktu makan, karena sangat terlihat antara Ibu, Rini, Bapak dan Aku ada sesuatu yang ingin disampaikan. Selesai makan Bi Imah membereskan dibantu Rini, heranya bi Imah tidak sama sekali memandang aku, kenapa dia ini, tidak seperti biasanya.
ADVERTISEMENT
“Putra...” panggil Bapak.
“Iya pak, gimana? sebelum bapak bicara, mau bagaimanapun kekesalan aku pada bapak, aku sekarang sudah dewasanya dan sedang belajar semakin dewasa seperti itukan yang bapak dan ibu mau. Putra kaget dengan kesakitan bapak, bapak tidak usah minta maaf, dan Putra mau mengurus Pabrik selama Putra di sini,” jawabku dengan tenang.
“Iyah bapak terlalu banyak salah, syukurlah bapak tenang dengarnya, segala apapun tanya saja sama mang Ujang di sana, lagian barusan pagi sekali mang Ujang ke sini dan udah bicara sama bapak soal itu, gimana kuliah kamu dan adik kamu?” tanya bapak dengan nada pelan.
Ibu kelihatan senang dengan apa yang aku ucapkan seperti itu, padahal aku sedang memancing persetujuan dengan bapak setelah obrolan basa-basi yang sangat menjijikan ini, apalagi yang baru aku ucapkan.
ADVERTISEMENT
Bersambung...