Pabrik Tahu Keluarga: Fakta yang Janggal (Tamat)

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
Konten dari Pengguna
2 Agustus 2021 21:05 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bangunan rusak, dok: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bangunan rusak, dok: pixabay
ADVERTISEMENT
Segera aku menaiki motor, untuk menuju rumah, keluar dari parkiran seperti ada yang mengikuti aku di belakang, sesekali menengok spion tidak ada apa-apa, atau mungkin perasaan aku saja. Tiba-tiba hpku berdering aku lihat sambil jalan, panggilan masuk dari mang Ujang.
ADVERTISEMENT
“Iya mang gimana?” tanyaku.
“Put lagi di jalan yah, yaudah gapapa, tar amang sebentar lagi abis subuh ke pabrik, gapapa catatan titip ibu aja entr amang juga mampir ke rumah,” jawab mang Ujang.
“Baik mang aku lanjut ke rumah dulu,”
Baru saja kepikiran untuk kasih kabar mang Ujang, dia sudah telepon aku duluan, jadinya aku akan ke rumah dan membangunkan Rini, karena aku punya rencana bagus.
Sampai di rumah pas sekali dengan adzan subuh, terlihat bi Imah sedang menyirami tanaman-tanaman rumah. Langsung membukakan gerbang dan aku masuk hanya bersapa dengan bi Imah, karena aku sudah lelah dan ingin segera bertemu dengan Rini.
“Gimana lancar malam pertama kamu di Pabrik?” tanya Ibu.
ADVERTISEMENT
“Lancar bu aku menikmati peran bapak di sana, walau banyak gangguan mungkin mereka penghuni di sana belum kenal aku saja,” jawabku.
“Eh kamu ini, biarkan saja lagian memang seperti itu kan kamu juga sudah tau dari lama,” ucap Ibu.
“Iya untung-untung yang sudah biasa, modelan aku bisa celaka karena ulah sendiri ketakutan kan bu,” jawabku menjelaskan.
Ibu akhirnya menyuruh aku istirahat sesudah solat subuh, karena jawabnku seperti itu, tidak membuat ibu mngeluarkan sepatah katapun, lagian mungkin ibu bisa menerima apa yang aku katakan padanya.
[Cerita ini diadaptasi dari Twitter/qwertyping]
Di mushola rumah aku lihat Rini baru saja selesai solat, dan akupun sama baru selsai solat di kamar, segera aku panggil dia ke kamarku
ADVERTISEMENT
“ssttt.. Rin hey sini,”
“Iya kak gimana kakak mengikuti apa perintahku?” tanya Rini, perlahan.
“Di tempat kayu itu kak?” tanya Rini.
“Iya Rin di situ,"
“Serem banget ih lit bulu pundaku berdiri kak, Ning… bukankah itu nama nenek yah kak Nining kan?” ucap Rini.
“Oiya kan nama nenek itu yah Rin, tapi apa hubungn coba kan?”
“Tidak tau kak, tapi sepertinya ini semakin jelas kak,” jawab Rini
“Semakin jelas gimana Rin?”
Tapi Rini kadang selalu benar, apa semua kejadian adalah petunjuk.
“Sepertinya masa lalu jaman kakek sampai sekarang jaman bapak ad kaitanya erat kak, Ning… iyah nama nenek itu benar,” sahut Rini sambil berpikir.
“lalu Rin?”
“Kakak di kobakan dan pohon jati melihat apa atau ada kejadian apa?” tanya Rini.
ADVERTISEMENT
“Tidak melihat apa-apa cuma gangguanya kerasa beda Rin suasana jam 2 dini hari dong bayangin saja sama kamu, udah gini aja kakak lelah sekali, pagi ini mang Ujang bakalan datang ke ayah kamu kasih ini dan biasa kamu cari info lagi yah, pasti mereka membicarakan soal pabrik dan kakak,"
“Baik kak, aku sudah yakin mang Ujang dan Bapak banyak yang disembunyikan,” ucap Rini, paham dengan apa yang disuruh Putra.
“Soal kejadian ayah kesurupan dll nya sore kakak bangun tidur baru kita ngobrol lagi yah Rin dan sepertinya ada kaitanya dengan hj Roy juragan kedelai itu,”
Akhirnya Rini meninggalkanku untuk tidur, setelah Rini keluar aku lupa tidak bilang kalau ada kejadian lain, yang aku membuang wadah Dupa dan Kemenyan, lalu gangguan lainya, mungkin karna aku lelah.
ADVERTISEMENT
Tapi aku pikir pagi ke tiga berada di rumah di hadapkan dengan kondisi seperti ini seperti ada gairah baru, dunia baru. Walau berkaitan dengan mereka yang gaib.
Ilustrasi dunia gaib, dok: pixabay
Tapi aku pikir pagi ke tiga berada di rumah di hadapkan dengan kondisi seperti ini, seperti ada gairah baru, dunia baru. Walau berkaitan dengan mereka yang gaib.
Benar seperti prinsip dasar Sherlock Holmes aku ingat “Jika kau telah menyingkirkan hal yang mustahil, apapun yang tersisa, betapapun mustahilnya, adalah sebuah kebenaran,” sore ini semoga Rini dapat info baru dan aku akan banyak yang dibicarakan dengan dia.
Sekarang aku bisa merasakan, yang orang-orang sering bilang, katanya “tidur dalam keadaan banyak masalah itu tidak enak, bangun-bangun harus kembali memikirkan masalah” tapi aku pikir bukankah hidup tentang membereskan satu masalah, kemudian datang masalah baru?
ADVERTISEMENT
Melihat jam di Hp tidak terasa sudah jam 15:00, sore selanjutnya aku berada di rumah, dengan beberapa penasaran yang belum aku tuntaskan karna masih banyak pertanyaan.
Pikiranku hanya soal Rini, pagi tadi dan apa kata ayah, ibu, mang Ujang dan bi Imah. Apa yang mereka bicarakan, dan aku masih sangat yakin Rini adiku sangat pintar
Pasti dia mendapatkan informasi yang benar-benar ingin aku tau, hanya itu pikiranku sambil menatap kosong ke atap kamar, aku mendengar langkah kaki mendekat ke kamarku, kemudian berhenti di depan pintu.
“Masuk tidak di kunci,” ucapku
Menunggu beberapa detik, tidak ada jawaban sama sekali.
“Siapa, masuk saja tidak di kunci.....” ucapku kedua kali.
Tetap tidak ada jawaban, membuat aku harus bangun dengan terpaksa, ketika baru saja bangun. Tiba-tiba dua bola mataku dibuat terpaku melihat pintu kamar terbuka sendiri, tanpa ada angin sekalipun. benar-benar terbuka begitu saja.
ADVERTISEMENT
Seketika, aku melangkah menuju pintu, melihat kanan dan kiri tidak ada siapapun. Pikirku, harusnya ada angin kencang untuk sekedar membuka pintu dari bahan kayu Jati seperti ini, lalu langkah kaki itu?
“Baru saja bangun, sudah disambut dengan hal aneh lagi, entah keanehan yang keberapa ini” ucapku mengelengkan kepala.
Segera aku menuju kamar Rini, tapi Rini tidak ada di kamarnya, aku putuskan untuk mandi, sambil membawa handuk balik lagi ke kamar, aku melihat Rini tepat dimana Bapak biasa duduk.
Dia sedang membaca sebuah buku dengan santai.
“Rin, gimana tadi pagi?”
“Banyak yang aku dengar kak obrolan bapak dengan mang Ujang,” sahut Rini dengan nada pelan.
Aku tidak berkata lain lagi selain menunggu Rini menceritakan hal lainya.
ADVERTISEMENT
“Apa yang diperbuat kakak, membuang sesajen itu salah kak, mang Ujang mengetahui karena mang Toha melapor. Mang Ujang menceritakan semua, yang ingin kakak tau pada Bapak, sayangnya obrolan terbuka itu, bahkan aku sama Ibu dan bi Imah ada disitu memperhatikan,” ucap Rini.
“Salahnya kakak dimana membuang sesajen dan mereka bilang apa lagi?” tanyaku dengan penasaran, dan nada kesal.
“Bapak hanya menyalahkan dan bilang nanti bisa bilang baik-baik pada kakak, lalu bi Imah menceritakan juga tentang suara perempuan dan segala gangguan hal-hal gaib yang kakak rasakan pada bapak juga, dan bapak hanya tersenyum,” jawab Rini menjelaskan.
“Terus saja semuanya buat aku penasaran, lantas nama NING itu siapa?! Mereka bilang juga tidak?” tanyaku.
ADVERTISEMENT
“Engga kak, sama sekali hanya aku paham, dari raut muka bapak terlihat kaget...” jawab Rini.
Tiba-tiba aku tidak mengetahui dari mana bapak datang karena fokus pada obrolan dengan Rini.
“Rini bisa bapak bicara dulu empat mana dengan kakak kamu?” tanya Bapak.
“Boleh pak lagian aku mau jalan dulu sama temen” jawab Rini sambil pergi
Aku kaget apa ini obrolan yang sengaja bapak siapkan untuk aku.
“Bapak sudah tau semuanya Put,” ucap Bapak sambil duduk
“Harus dari mana aku mulai bertanya pak?” jawabku dengan tegang.
“Biarkan bapak bercerita dan kamu pahami, kadang kita hanya bisa menerima sesuatu yang sudah terjadi, tanpa harus mengubahnya. Kamu setuju?” ucap Bapak tenang.
“Tidak selalu begitu.” Jawabku, seadanya.
ADVERTISEMENT
“Iya bapak tau kamu akan menjawab seperti itu, kamu adalah bapak di usia muda, menolak sesuatu yang tidak masuk akal, seolah yang kamu pahami benar, iyah bapak juga begitu pada kakek dulu waktu muda. Tentang pabrik dengan penghuni lainya itu” ucap Bapak
“Lalu tidak ada yang tau, kecuali cerita nenek kamu Nining yang bercerita pada bapak, dan semuanya berubah. Suara yang kamu dengar, gangguan yang kamu alami, itu adalah sosok yang bernama “NINGSIH!” kematianya tragis di belakang Pabrik Tahu itu, pada jaman kakek kamu.
Tapi sayang semuanya menutupi, termasuk kakek. Lalu bapak mengetehaui dan berjanji akan menutup rapat cerita ini. Walau akhirnya, rahasia itu sekarang kamu yang mengetahui.” Jawab Bapak, dengan nada pelan dan tatapan kosong.
ADVERTISEMENT
“Ningsih? Kematian tragis? Kenapa itu pak?” tanyaku.
“Kamu bilang awal kepulangan dan bicara pada Bapak, lelaki hanya omonganya yang bisa dipegang, apa kamu bisa memegang omongan selanjutnya?” jawab Bapak.
“Untuk apa ini menjadi rahasia?! Apa bapak bersekutu dengan mereka para penghuni itu? Sesajen segala!!!” ucapku kesal.
Aku tidak mengetahui apa maksud Bapak untuk merahasiakan, itu hanya pesan yang dia dapatkan dari Nenek, bukankah kita berbeda dengan mahluk yang tak kasat mata itu. Di sini, sikap tidak menerimaku muncul karna ego dan kekesalan semata.
“Bapak hanya meneruskan, semua awalnya kakek kamu, semua ini sudah turun temurun, Ningsih akan datang, ketika ada orang yang menganggu tempat dia Bapak bukan menakuti kamu, tapi rantai ini sudah terlalu jauh tidak terputus, bahkan Bapak tidak tau bagaimana nantinya” jawab Bapak sambil meneteskan air mata.
ADVERTISEMENT
Aku tidak setuju dengan apapun yang dikatakan bapak, rahasia macam apa ini dikeluarga besarku, bahkan aku tidak percaya Ibu tidak mengetahui sama sekali, hanya bapak yang tau, itu hanya omong kosong!
Obrolan sore ini tidak puas sama sekali. Setelah obrolan, bapak pergi, dan aku melamun setelah mengetahui, satu nama Ningsih.
Apa ada kaitanya dengan mimpi perempuan hamil, gangguan suara, sosok dan pesan dari orang gila, lalu dari semua kejadian ini masih abu-abu. Aku tetap tidak setuju dengan sebuah kata “Rahasia” untuk sesuatu yang semuanya harus jelas.
Nama Ningsih dan kejadian tragis masih jadi tanda tanya besar untukku. Apalagi ini sudah cukup lama dijaman Kakek, jika itu benar, tidak mungkin pegawai di jaman kakek seperti mang Ujang bahkan tidak mengetahuinya.
ADVERTISEMENT
Penasaranku tidak habis hanya mengetahui setengah cerita dari bapak, bahkan semakin penasaran, pasti aku akan mencari tau sebenarnya apa yang terjadi di Pabrik Tahu Keluarga ini sehingga misterinya sampai turun-menurun.
*kisah ini akan berlanjut di bagian ke dua*
-Tamat-