Pasapon: Misteri Terpecahkan (Tamat)

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
Konten dari Pengguna
15 September 2021 19:30 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi horor, dok: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi horor, dok: pixabay
ADVERTISEMENT
Suasana haru, mengantar kepergian mang Pepep untuk yang terakhir kalinya malam ini, aku sudah tidak bisa berkata apapun lagi selain diam dan biarlah air mata yang memberikan jawaban atas kepergian sosok yang aku kenal dekat ini.
ADVERTISEMENT
“Dari tanah menuju tanah,” ucapku dalam hati, sambil memperhatikan tanah semakin menutup tempat peristirahatan mang Pepep.
Setelah pemakanan selesai, kami semua pulang ke rumah, karena kata Deden tidak etis rasanya dalam suasana seperti ini kita masih berkumpul.
Sampai di rumah aku lihat Umi sudah tertidur lelap, jendela dan gordeng rumah masih terbuka, segera aku tutup. Sebelum menutup gordeng aku memandang ke arah bangunan SD itu dengan perasaan sedih sekali.
Walau aku sempat kesal dengan perkataan yang aku dengar soal “kematian yang tragis jasadnya akan tidak tenang bahkan gentayangan” aku benar-benar sama sekali tidak setuju!
Melihat SD, dengan lampu menyala putih dan ada garis kuning police line membuat aku semakin tidak percaya.
ADVERTISEMENT
Aku masih ingat bagaimana pertama kali, melihat mang Pepep, bukan maksud menyakiti sosok almarhum lebih kepada tidak tega, akhir hidup seseorang yang baik berkahir tidak baik, walau aku paham kematian punya misteri tersendiri, yang dia akan datang kapanpun dengan cara apapun.
Akhirnya aku tidur di ruang tengah, sambil melihat tv, apa yang aku lihat tidak sesuai dengan apa yang aku pikirkan dan apa yang aku banyangkan malam ini.
[Cerita ini diadaptasi dari Twitter/Qwertyping]
Hari ke 17 bulan Ramadhan.
“Jid…jid… bangun,” ucap Umi.
“Hah jam berapa ini mi? kok aku tidak sahur...” jawabku dengan kaget.
“Sudah jam 9 jid, gapapa Umi bangunkan kamu tidak bangun-bangun, tidak tega juga Umi, di depan ada bapak polisi katanya pengen ngobrol, gak usah takut bilang aja sesuai yang kamu tau katanya demi kelancaran olah TKP,” sahut Umi menjelaskan.
ADVERTISEMENT
Setelah dari kamar mandi, segera aku mengobrol dengan bapak dari kepolisian untuk menggali informasi, aku jelaskan dengan rinci apa yang aku tahu, kebiasaan aku tiap malam dengan teman-teman dan tentunya informasi dari bi Ida dan pak Yayan soal kecurigaan sebelum terjadinya tragedi mengenaskan itu.
Pihak berwajib juga mengatakan sudah mengumpulkan teman-temanku yang sudah bisa dijadikan saksi, yang usianya sudah mencukupi, Ocol dan Deden. Juga bi Ida dan Pak Yayan.
Setelah informasi aku berikan, yang sebenar-benarnya untuk membantu pihak berwajib melakasakan tugasnya, aku hanya bisa lega, walau soal banyangan sosok almarhum masih saja ada di kepalaku.
Pihak berwajib juga menyarankan aku untuk berobat setidaknya beliau khawatir sekali dengan mentalku saat ini. Perjalanan waktu hari ini cepat, sore hari dan segala tentang kejadian almarhum tidak bisa dilupakan begitu saja.
Ilustrasi, dok: pixabay
Malamnya teman-teman tidak berkumpul, setelah selesai teraweh bubar, semua membicarakan tentang tragedi menyakitkan meninggalnya mang Pepep.
ADVERTISEMENT
Setelah 3 hari peristiwa tragis itu, tepatnya hari ini semua merayakan hari kemerdekaan, tidak sama sekali ramai di tempat aku tinggal untuk merayakannya. Bahkan kabar semakin hari semakin berkembang ramai soal kejadian di SD ini, mereka mencocokologikanya dengan si merah, jalanan dll.
Atau mereka bahkan aku tidak tega menyebutnya, Pembunuhan tragis. Begitulah sifat manusia, selalu membenarkan sesuatu yang belum pasti, terdengar hampir semua orang menjadi detektif dadakan menyimpulkan dengan cepat, walau keputusan dari pihak berwajib belum keluar.
Sore hari, beredar kabar dari keluarga juga berita koran yang baru saja aku tau, motifnya perampokan alat-alat kelengkapan sekolah, dari olah TKP, mang Pepep almarhum, mencoba melindungi diri dan terjadi perkelahian dengan pelaku yang baru keluar dugaan pelaku lebih dari satu orang.
ADVERTISEMENT
Aku dengar dari Umi, banyak luka di badan almarhum apalgi di bagian kepala, yang terkena benda tajam sekali, pas bagian kepala tepatnya, yang membuat almarhum meninggal di tempat.
Di hari kemerdekaan ini, aku punya sosok pahlawan baru, yang berkorban darah dan nyawa untuk sebuah tanggung jawab dan kepercayaan yang beliau genggam. Walau harus gugur dengan cara tragis, sosok beliau adalah pahlawan untuk dirinya sendiri, dan mengajarkan hal besar tentang tanggung jawab pekerjaannya sebagai pasapon kepada orang banyak *al-fatihah...
Tiga hari menuju lebaran, pelaku sudah tertangkap. Pelaku bertiga, melakukan kejahatannya, masuk melewati jalan belakang membongkar jendela ruangan guru, dan benar pelaku salah satunya yang pernah mengintai SD.
Ilustrasi penangkapan, dok: pixabay
Di malam ke 15 itu sekitar jam 02:00 kejadian terjadi, aku mengingat kembali malam itu, benar saja apa yang aku dengar tentang teriakan dan padamnya lampu, persistiwa tragis itu sedang terjadi.
ADVERTISEMENT
Andai waktu bisa terulang, mungkin mang Pepep sedang bersamaku, mengobrol melewati sore seperti yang sering dilakukan, atau mengantar makanan untuk almarhum.
Malam ini, tiba-tiba Umi masuk ke dalam rumah dengan tergesa-gesa setelah menyirami bunga-bunga.
“Kenapa mi?” tanyaku.
“Kok kaya ada suara mang Pepep yang bilang; Ini potnya Umi gitu Jid… percis sekali yang biasa almarhum ucapkan,” jawab Umi.
“Ah itu perasaan Umi saja,” jawabku menenangkan.
Suasana lebaran tidak sebegitu meriahnya, karena telah terjadi kejadian itu, di masjid besar alhmarhum selalu didoakan bersama. Aku tidak mendengar lagi kabar keluarga almarhum seperti apa, karena tidak tega lagi bagiku hanya mendengar kabar sekalipun.
Kabar terbaru, setelah hari ke 3 lebaran, pelaku dihukum berat dengan dakwaan pidana pembunuhan dan pencurian. Kabar itu menyebar dengan luas dan aku baru tau pelaku adalah tetangga kampung, 1 jam kurang dari rumahku.
ADVERTISEMENT
Satu pelaku sudah sangat profesional, dan 2 nya amatir. Secara hukum aku rasa wajar dipenjara sesuai aturan, tapi secara sanksi sosial itu akan menjadi sanksi yang sangat amat panjang untuk pelaku.
Nama pelaku yang profesional sama dengan temanku Deden yang akhirnya pernah beberapa orang menyangka Deden temanku pelakunya.
Setelah satu tahun kejadian itu berlalu, waktu memang bergulir maju, hari terus berganti, tapi tidak, semua orang tidak bisa melupakan sosok mang Pepep dengan mudah, apalagi dengan tangung jawabnya.
Hanya tentang kebaikan itulah, yang terus mengiringi sosok almarhum yang kemudian semoga menjadi pahala untuk mang Pepep yang tidak pernah putus.
Kabar terbaru di tahun 2012, di bulan yang sama pelaku yang sudah profesional itu, meninggal di penjara, kabar beredar pelaku depresi karena terus dibayangi sosok korban.
ADVERTISEMENT
Hal itu juga yang menjadi peristiwa ini terus dikenang dan tidak mudah dilupakan, bahkan setiap masuk bulan Ramadan, cerita tentang kebaikan dan kejadian tragis Pasapon, menjadi obrolan hangat terus berkembang dan turun temurun.
-Tamat-