Perjalanan Maut (Part 7)

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
Konten dari Pengguna
28 September 2020 20:58 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perjalanan, dok: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perjalanan, dok: pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Nek Ira menyanggupi, seraya melihat dua orang itu pergi berlalu menginggalkan rumah. Mereka pergi mengendarai motor tua milik Ki Rusman.
ADVERTISEMENT
“Apa ini kerjaan Sapto Ki?,” tanya Aki Toha yang duduk di depan memegang kemudi motor.
“Hah?, kamu ngomong apa?, aku ngga kedengeran. Udah jalan aja, nanti ngobrolnya,” teriak Ki Rusman dari belakang.
Mereka sudah tahu kemana harus mencari Yusuf. Motorpun melaju semakin kencang menerjang gelapnya malam.
1 jam berlalu, masih belum sampai.
2 jam berlalu, masih setengah jalan.
3 jam berlalu akhirnya mereka melihat jalan hutan itu.
Ki Rusman dan Aki Toha turun dari motor dan mereka langsung berlari masuk ke dalam hutan.
“Apa ini kerjaan Sapto ki?,” tanya Aki Toha kembali.
“Sepertinya kamu masih belum tahu, Sapto, dia sudah mati,"
“Bagaimana mungkin?,” Aki Toha tidak percaya.
“Tujuh tahun lalu, bersama para gadis itu. Ia dibunuh sebagai gantinya, mereka memperbudak orang baru dan hidup berdampingan dengan gadis itu menggantikan Sapto yang mati. Orang yang menahanmu di gubuk itupun Sapto yang baru,” cerita Ki Rusman.
ADVERTISEMENT
“Jadi selama ini, lalu bagaimana dengan keluarganya?,”
“Menurutmu?, dia hanya punya anak perempuan satu-satunya yang sedang sekarat. Apa kau pikir dia bisa bertahan selama tujuh tahun sendirian?,”
Aki Toha tertunduk lemas, ia tahu Sapto bersalah karena ikut terlibat namun ia merasa iba dengan apa yang sudah menimpa sahabatnya itu.
Mereka berjalan menyusuri hutan. Sepi dan sunyi. Jam sudah menunjukan pukul 2 dini hari. Waktu dimana semua mahluk yang tertidur di siang hari, terbangun.
“Suara itu,” gumam Aki Toha.
Suara tawa seorang wanita semakin keras menusuk telinganya, berganti dengan suara tangisan, dan berganti lagi dengan suara tawa. Membuat telinganya semakin kesakitan.
“Jangan dihiraukan,” pelan Ki Rusman yang dijawab anggukan oleh Aki Toha.
ADVERTISEMENT
Lama mereka masuk ke dalam hutan, akhirnya sampai di rumah tua itu. Gelap, tidak ada seorangpun disitu.
[Cerita ini diadaptasi dari Twitter/bulanpurnama0]
Mereka berdua masuk. Aki Toha tak kuasa menahan bau busuk yang langsung tercium dari dalam ruang tamu. Tulang belulang berserakan menambah kengerian tempat ini. sepertinya tempat ini memang tak terjamah oleh manusia. Tak pernah ada yang masuk atau menemukan mayat-mayat ini.
“Mereka membawa gadis itu dan Yusuf ke alam mereka. Ah, seharusnya aku datang lebih cepat. Anak itu lemah, dari semenjak dia kecil, ibunya saat ini pasti sangat cemas,” ki Rusman terus menerus menyalahkan dirinya sendiri.
“Tak ada pilihan lain, sekarang kita tunggu di sini sampai besok malam,” mereka berdua berjaga di luar, menunggu bulan purnama datang, berharap kedua anak itu bisa selamat.
ADVERTISEMENT
Malam yang ditunggupun telah datang, mereka bersiap pergi dari rumah itu dan bersembunyi di balik pohon besar. Tepat pukul 11 malam, muncul cahaya keluar dari rumah itu. Mereka tidak bisa melihat dengan jelas, namun tiba-tiba sesosok wanita bergaun putih melintas di depan mereka, dia berbalik. Wajahnya hancur dan lehernya hampir putus, dia melirik Aki Toha dan dia terbang ke arah rumah besar itu.
“Ayo ikutin dia!,” ajak Ki Rusman.
Aki Toha mengikuti dari belakang. Dilihat dari jendela, ada ‘Sapto’ dan Aini yang terduduk di kursi. Hanya mereka berdua, tak ada Yusuf ataupun mahluk itu.
Iluatrasi hantu perempuan, dok: pixabay
Mata Aini terpejam, namun ki Rusman masih menjelajahi isi ruangan, tak dilihatnya cucunya itu.
“Aku tak bisa melihat apapun Ha, energi di sini terlalu kuat, ilmuku masih belum mampu menembusnya, aku terlalu takabur,” ki Rusman terlihat putus asa.
ADVERTISEMENT
Ia sadar, datang ke sini dalam keadaan penuh amarah dengan persiapan yang kurang adalah keputusan yang sangat bodoh. Mereka berdua seperti tikus yang sedang menyaksikan pertunjukan di balik panggung, mengendap tanpa sepengetahuan para pelakon.
Dilihatnya ‘Sapto’ komat-kamit sambil duduk menghadap Aini dan dalam sekejap mata, mahluk itu muncul. Tidak satu, tapi dua, matanya merah menyala.
“Mbah Putri dan suaminya,” bisik Toha. ki Rusman hanya diam tak bersuara.
Ritual yang sama terulang kembali, Aki Toha yang sudah tak tahan ingin masuk ke dalam rumah. Namun tangannya ditarik oleh Ki Rusman.
“Ini bukan tandinganku, apalagi kamu. Nyawa gadis itu memang sudah ditakdirkan tak bisa selamat. Namun cucuku masih bisa kembali. Kita tunggu di sini sampai aku bisa melihat keadaan cucuku,” ki Rusman masih mencengkram tangan Toha dengan erat.
ADVERTISEMENT
Mahluk itu menghampiri Aini, membelai lembut rambutnya.
“Cratt!!!!” darah keluar deras saat kuku yang tajam itu merobek lehernya. Dihisap darah Aini, gadis yang malang itu sampai habis tak bersisa.
Wajah cantiknya rusak tak berbentuk, mual dan ngeri bagi siapapun yang menyaksikannya.
Bersambung...