Pesugihan di Kota Metropolitan (Bagian 3)

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
Konten dari Pengguna
19 Juni 2020 22:24 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kota metropolitan, dok: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kota metropolitan, dok: pixabay
ADVERTISEMENT
Setelah aku diblock yaudah aku cuek aja tetap menjalani hidup seperti biasa tapi semenjak itu aku mulai merasakan gangguan gaib seperti ketindihan.
ADVERTISEMENT
Setiap aku mau tidur selalu ada gangguan bising seperti suara baling-baling mesin entahlah apa itu. Selain itu juga aku kerap mendengar suara orang-orang seperti sedang mengobrol di dekatku sehingga aku tidak bisa tidur.
Badan sering terasa lemas karena sulit tidur dan sekalinya tidur malah digangguin entahlah apa itu karena aku gak percaya gituan. Gangguan lainnya sering terjadi juga seperti shower kamar mandi yang sering menyala sendiri.
Di tempat umum aku sering juga menemukan lipan ukuran yang tak lazim, serta ada juga pernah menemukan kalajengking yang entah darimana.
Belum lagi gangguan financial gue yang terasa sangat sulit tak seperti sebelum mengenal kak Bianka itu. Mencari freelance sangat sulit untung saja aku sedikit terbantu oleh pacar LDR ku yang sering bantuin keuanganku.
ADVERTISEMENT
Singkat cerita aku berusaha menenangkan diri dengan pacarku pergi berlibur ke bali kurang lebih selama 2 minggu aku off dari kegiatan rutinitasku.
[Cerita ini diadaptasi dari Twitter/whyakubacot]
Suatu hari aku pergi ke panti pijat di Bali dan menemukanlah si teteh yang lumayan enak pijitannya. Yang membuatku terkejut adalah si wanita itu bilang kepadaku.
"Kamu lagi dikerjain orang yah?," tanya mbak pijat.
“Hah?, gimana-gimana?,” kata gue.
Iyaa nih kayaknya lagi ada yang gak suka sama kamu, Tapi saya kurang tau pastinya cuma kerasa aja auranya. Nanti kamu pergi kesini aja (sebuah alamat) bilang mau dipijet, nah dia bakal lebih tau detailnya,” gue yang pergi ke Bali sengaja untuk lupa tiba-tiba dibuat kaget.
ADVERTISEMENT
Keesokan harinya gue pergi ke alamat tersebut. Begitu sampai di lokasi betapa kagetnya si mbak itu langsung menyambutku.
"Eh Maulida udah sampe," menyebut namaku lengkap.
Jujur saat itu aku merinding tapi lanjut saja tujuan utamaku kan mau dipijet. Sambil memijat si mbak sebut saja Eca (nama samaran) menanyakan kepadaku apa aku pernah diberikan minuman dan dielus-elus kepalaku.
Ilustrasi dipijat, dok: pixabay
"Iya pernah," jawabku.
"Waduh susah ini soalnya udah di dalem," balas Eca kepadaku.
Mbak Eca memberitahu detail kronologisnya kepadaku. Menurutnya Bianka ini tadinya akan mengambil auraku agar segala hoki dan keberuntungan lainnya pindah ke si Bianka. Namun, entah kenapa ada yang salah dalam ritualnya tersebut dan itulah yang memaksa Bianka agar aku ikut ajaran dengannya.
ADVERTISEMENT
Karena gue menolak si Bianka, jadi dia menjahiliku hingga bernasib seperti ini. Mbak Eca kemudian meminta agar aku tinggal lama bersamanya dengan maksud hendak membersihkan tubuhku karena menurut Eca yakin jika aku tinggal lama di Jakarta maka tubuhku akan hancur.
Singkat cerita aku memutuskan menetap di Ubud hingga beberapa waktu bahkan aku sempat bekerja disana. Dalam proses itu mbak Eca hampir tahu semua seluk beluk dalam kehidupanku, padahal sama sekali gak pernah aku ceritakan soal hidupku padanya.
Aku memang mulai merasakan ketenangan hidup di Ubud ini, akan tetapi Bianka tidak puas dan kehabisan cara untuk menggangguku. Sehingga yang menjadi target dia selanjutnya ialah keluargaku. Bianka mulai mengganggu keluargaku mulai dari bapak, mamah dan saudara-saudaraku yang sering melihat setan.
ADVERTISEMENT
Pada titik inilah aku mulai mempercayai adanya hal-hal yang tak kasat mata ini. Mamahku juga sering berkonsultasi dengan pemuka agama dan rata-rata ceritanya sama.
Klimaksnya keluargaku memutuskan untuk pindah rumah karena dirasa Bianka juga mengetahui lokasi rumahku karena dia pernah mengantarkanku sekali pada saat itu.
Sebulan tak terasa aku hidup di Ubud dan pada saat itu tiba-tiba ada pesan whatsapp masuk, ternyata dari Bianka yang berniat ketemu di Bali karena kangen katanya. Bodohnya aku malah mengiyakan niat pertemuan itu.
Sore itu aku ketemu dengannya di semacam party club gitu di Bali. Seolah tidak pernah terjadi apa-apa kami berusaha berbincang dengan normal-normal saja.
"Gimana kabarnya orang rumah?," pertanyaan mendadak Bianka lontarkan kepadaku.
ADVERTISEMENT
"Baik-baik aja kak, cuma papaku lagi sakit nih,"
"Oh papamu sakit yah?, kamu sih gak nurut sama orang tua,"
"gak nurut gimana kak?,"
"Iya kamu bukannya di rumah aja malah party-party disini, mungkin papamu sakit kepikiran kamu kali," jelas Bianka.
“hahaha kakak bisa aja,” kataku.
“udah yuk pulang aja kerja sama aku ngapain sih kamu disini?,” kata kak Bianka.
“Kebetulan aku udah kerja disini kak, di perkebunan di Ubud,” kataku. Intinya kita ngobrol basa-basi ngalor ngidul smpe malem terus aku antar dia ke bandara karna emang aku nemuin kak Bianka di hari terakhir dia di Bali. Karena sebelumnya jujur aku takut mau ketemu.
Ilustrasi vila di Ubud, dok: pixabay
Skip aku pulang ke vila tempatku tinggal di Ubud malamnya Mr.R (bosku) langsung bilang dia harus ke Jakarta 4 hari dan minta aku untuk handle things sendirian. 3 malam kepergian bos ku ini yang bikin aku setengah gila.
ADVERTISEMENT
Pertama aku jelasin kondisi vilaku dulu ya, letaknya di tengah-tengah sawah, perkebunan, jurang, dekat kuburan di daerah tampak Siring, Ubud. Udah terkenal angker buat orang Bali pasti tau daerah ini. Rumah terdekat itu jaraknya kurang lebih 1 km otomatis aku gak punya tetangga.
Bersambung...