Rusin 2 (Part 10)

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
Konten dari Pengguna
18 November 2020 19:40 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi hantu, dok: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hantu, dok: pixabay
ADVERTISEMENT
Entah apa yang dilakukan mereka berdua di alam sana, tak ada yang tahu pastinya. Pak Adi membuka mata dengan senyum lega mengambang di wajahnya, wajah yang nampak masih tampan walaupun sudah berumur, dengan sorot mata yang dalam dan alisnya yang tebal.
ADVERTISEMENT
“Baru induknya, kau tak akan kubiarkan menemukan anaknya," ucap lantang arwah ibu Juni.
Pak Adi tak menghiraukan ucapan arwah penuh dendam itu, ia tau ibu Juni memiliki dendam pribadi pada pihak keluarga istri pertama ayah Juni. Ia juga tau bahwa makhluk-makhluk di sana sangat tak senang dengan kehadiran manusia.
Ia mendekat ke genuk, untuk sejenak beradu pandang dengan arwah Ibu Juni yang masih merasuki tubuh Novi, sekejap tangannya mencengkeram kepala Novi hingga menjerit, namun ternyata saat itu pula ia berhasil menukar arwah ibu juni dengan sukma Novi yang berhasil diselamatkannya.
Novi tampak kelelahan dan kebingungan, matanya mula memerah berkaca-kaca, tangisnya pun pecah. Agus yang sama-sama berada di dalam genuk bersebelahan dengan genuk istrinya pun ikut menangis setelah menyaksikan semuanya. Ia tak menyangka istrinya bisa selamat ia pun bertanya-tanya mengapa tadi ia bisa kehilangan kendali seperti itu hingga melukai mereka yang tulus membantu.
ADVERTISEMENT
"Jleg," suara pintu mobil ditutup, Juni telah sampai rumah.
Matanya masih sembab karena menangisi ayah Mei, ia berlari memasuki rumah, buru-buru melihat kondisi keponakannya yang ternyata masih tertidur pulas entah sampai kapan.
Dia memeluk tubuh Merry, menangis sesenggukan di dada keponakannya itu. Ibu Febri ternyata masih mengaji sedari tadi, tanpa berhenti. Kini ia menghentikan kegiatannya sejenak, memeluk Juni yang begitu malang.
[Cerita ini diadaptasi dari Twitter/itsqiana]
Ia menganggap gadis itu selayaknya putrinya sendiri, begitu iba melihat Juni yang harus menyaksikan kematian orang-orang yang ia sayangi sejak masih kecil membuatnya ikut merasakan kepedihan.
Tiba-tiba Febri memasuki ruang depan sambil membopong wanita yang basah kuyup, kakak Juni. Novi masih tersadar, namun tubuhnya begitu lemas dan sampai tak mampu mengangkat tangannya sendiri.
ADVERTISEMENT
Ia dibaringkan di lantai, Febri menyuruh Juni untuk segera mengganti pakaian Novi dan mengeringkan tubuhnya. Langkah Febri diikuti oleh pak Adi dan Pakde yang masing-masing mengangkat lengan Agus, mereka membantunya berjalan.
Setelah sepasang suami istri itu dibersihkan, mereka semua berkumpul mengelilingi Merry. Juni terlihat menyuapi kakaknya yang duduk bersandar di dinding, wajahnya masih pucat dan begitu sedih menatap putrinya yang belum juga dapat diselamatkan.
“Mbak Novi, mas Agus, nak Juni, bapak mohon maaf kelihatannya bapak kesulitan menemukan sukma Merry. Saya sudah mencarinya semaksimal mungkin tapi tetap tidak membuahkan hasil,"
“Buka mata batin saya pak, ajari saya ngerogo sukmo, biar saya sendiri yang cari Merry" jawab Juni dengan cepat.
Pak Adi bimbang, di satu sisi ini adalah ide bagus untuk memancing arwah ibu Juni, memintanya menukar sukma Merry dengan Juni, namun saat Merry telah ia kembalikan ke tubuhnya, Juni harus segera menyelamatkan dirinya sendiri dan kabur dari sana.
ADVERTISEMENT
Tapi di sisi lain ini semua adalah keputusan yang beresiko, bisa saja Juni tak akan benar-benar bisa kembali jika sukmanya sampai terjebak.
Ilustrasi arwah, dok: pixabay
Akhirnya mereka terpaksa menyepakati rencana itu. Satu hari satu malam Juni diajari berbagai ilmu untuk menggali kemampuan alaminya.
Pak Adi tak menyangka bahwa Juni lebih berpotensi dibanding Septi, hanya saja semua itu tertutup seperti kacang kenari yang melindungi biji mahalnya di balik cangkang kerasnya.
Memang benar bakat keturunan itu nyata adanya, pastilah Juni memiliki bakat ini dari kakeknya, pak Bagyo yang juga orang hebat, sayang beribu sayang pak Bagyo menyalahgunakan kemampuannya itu, ditambah lagi karakter buruknya yang begitu tak pantas dicontoh.
Pukul dua belas malam, Juni dan pak Adi merebahkan diri mengapit Merry di kedua sisi, mereka telah mengatur rencana sedemikian rupa. Pak Adi lebih dulu meninggalkan raganya untuk menemui arwah ibu Juni.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya ia menyuruh semua orang tetap terjaga dan menunggu tubuh mereka bertiga bangun. Juni masih terjaga, kini mata batinnya telah terbuka sepenuhnya. Ia dapat melihat seluruh mahkluk penunggu rumahnya, yang selama ini tanpa ia sadari telah hidup berdampingan dengannya. Mereka semua seperti berkerumun, menatap Juni yang mereka kenali telah kembali tentu saja karena selama ini mereka tak dapat merasakan kehadiran Juni akibat pak Adi yang menutupi aura tubuh Juni.
Saat sukma Pak Adi mulai meninggalkan tubuhnya, Juni pun dapat melihatnya dengan jelas bagaimana jiwa dan raga itu memisahkan diri.
Dia menatap orang orang di sekelilingnya, kakak perempuannya, saudara iparnya, sahabatnya, kedua tetangganya yang ia anggap orangtua, Merry tak lupa pak Adi yang selalu menolongnya. Tanpa sadar sebelah matanya menitihkan air mata, ia begitu bersyukur masih memiliki mereka.
ADVERTISEMENT
Lima belas menit berlalu, Juni merasakan sesuatu mendekat ke arahnya, ternyata itu pak Adi. Ia memberi tau Juni bahwa kini sudah saatnya Juni melakukan bagiannya.
Juni pun mulai terpejam, perlahan jiwanya keluar, ia merasa begitu ringan, ia tak menyangka dapat melakukan ini. Mereka menemui arwah ibu Juni, pak Adi menjelaskan bahwa semua sudah disepakati, ibu Juni bersedia menukar Merry dengan jiwa anaknya. Rasa egois arwah mengerikan itu begitu tinggi, ia tak mempedulikan fakta bahwa Juni mempunyai kehidupannya sendiri yang ia tau hanyalah ia menginginkan Juni yang begitu ia sayangi dapat menemaninya di alam tersebut.
Pak Adi meraih tangan Juni, menggandengnya menuju kamar ibu Juni. Di sana, di atas ranjang kamar itu terduduk seorang wanita dengan paras cantik serta rambut panjangnya.
ADVERTISEMENT
Sosok yang begitu dikenal Juni, seorang yang semasa hidup ia panggil dengan sebutan ibu. Perempuan itu tersenyum manis menyambut putrinya yang melangkah menghampirinya. Air mata Juni tak dapat dibendung lagi, ia tak tahu harus bereaksi seperti apa pun dengan hatinya, ia tak tahu perasaan apa yang sebenarnya tengah ia rasakan. Sangat sulit untuk membedakan antara rasa sedih bahagia rindu dan benci yang muncul begitu saja.
“Ibu,” keluar kata dari bibir Juni yang terasa kelu.
Perempuan itu membuka tangannya, mempersilahkan Juni untuk memeluknya. Rasa rindu menyeruak di dalam lubuk hati Juni, belasan tahun ia tak pernah mendapat kasih sayang dari seorang ibu. Dia menangis sesenggukan di dalam peluk wanita itu.
“Kembalikan Merry," ucap pak Adi.
ADVERTISEMENT
Arwah perempuan gila itu mengangkat jarinya, menunjuk ke arah belakang. Pak Adi segera berlari menjauh dari sana, mencari sukma Merry. Ternyata kedatangannya memang telah ditunggu oleh dua orang anak kecil di kebun sengit belakang rumah itu.
Ilustrasi ibu dan anak, dok: pixabay
Anak itu adalah Merry, dan seorang di sebelahnya lagi adalah sosok yang selalu menempel pada arwah ibu Juni, tentu saja ia merupakan kakak Juni, Rusin.
Anak itu menggandeng tangan Merry, menunggu pak Adi datang untuk menjemput teman mainnya beberapa hari ini.
Pak Adi segera menggendong tubuh Merry.
“Da da,” ucap Merry yang melambaikan tangan pada Rusin.
Rusin membalas lambaian tangan itu, ia tersenyum ceria layaknya anak seusianya. Ternyata selama ini Merry disembunyikan di sana, tapi mengapa pak Adi tak dapat menemukannya?. Entahlah walau nyatanya ia telah mencari di tempat itu berulang kali.
ADVERTISEMENT
Ia melangkah pergi, karena jalur yang ia lalui harus melewati pohon asem, ia tak sengaja melirik dan mendapati keadaan di dalam sana, ada seorang pria tua bertubuh dempal yang dirantai dan dijadikan budak oleh penghuni pohon itu.
Bersambung...