Rusin (Part 12)

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
Konten dari Pengguna
25 Oktober 2020 19:00 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi hantu, dok: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hantu, dok: pixabay
ADVERTISEMENT
"Suoro opo kui?," gumam Septi.
Perlahan kami berdua mengintip bagian dapur dengan perlahan, aku pun terkejut ternyata di dapur tidak ada apa-apa, dan tidak ada hal aneh yang terjadi.
ADVERTISEMENT
“Tuh kan gak nampak setannya!,” ucap Septi.
Aku pun hanya terpaku kebingungan, padahal tadi di dapur aku melihat hantu gumamku dalam hati.
“Udah ayo tidur lagi ngantuk nih,” Septi yang masih mengantuk mengajak untuk kembali ke kamar, aku yang masih merasa ketakutan hanya mengikutinya dari belakang.
Sesampainya di kamar,
"Pyakk pyak," Septi yang berada di depanku saat memasuki kamar terdengar seolah menginjak air.
“Loh kok ada air di lantai kamar Jun,"
“Wah kok aneh ya, yaudah cepet nyalain lampunya kita bersihin dulu," ucapku memerintah Septi untuk menyalakan saklar di dinding dekat ranjang.
Septi pun berjalan perlahan menuju saklar yang kumaksud, namun sesudah lampu dinyalakan kami berdua bingung karena dilantai tidak ada cairan yang terinjak oleh Septi.
ADVERTISEMENT
“Gada cairan apa-apa Sep," kataku waktu melihat lantai di hadapanku yang kering.
Setelah kejadian itu aku dan Septi memutuskan untuk tidur kembali, waktu menunujukkan pukul 23:15 Septi yang dari pagi belum tidur sudah terlelap di sampingku.
“Wah sial kok susah tidur,” umpatku yang merasakan susah tidur, karena terlalu lama tidur siang sampai waktu magrib tadi. Aku hanya bengong sambil memandang langit-langit rumah, mengamati setiap sudut kamar, tiba-tiba mataku tertuju ke atas lemari pakaian yang ada di dekat jendela kamarku.
Namun saat ku amati ternyata hanyalah kain dan kardus. Mataku mulai mengantuk dan perlahan mengejamkan mata, namun tak berselang lama Septi terbangun.
“Mau kemana Sep," ucapku dengan mata setengah mengantuk
ADVERTISEMENT
“Pipis bentar,” Septi pun berjalan keluar kamar dan menuju kamar mandi.
[Cerita ini diadaptasi dari Twittter/itsqiana]
Saat sedang jongkok dengan mata mengantuk tiba-tiba seperti ada yang menyangkut di wajahnya, perlahan tangan Septi meraba bagian wajahnya, sehelai rambut yang sangat panjang menempel di bagian wajahnya.
Kepala Septi perlahan mendongak, wajahnya mengarah ke bagian atap kamar mandi. Terlihat sebuah kepala putus dengan lidah menjulur sedang berayun ayun di sana, rambutnya benar-benar panjang dan tanpa badan, seperti digantung.
Ilustrasi hantu, dok: pixabay
Septi yang terkejut pun sontak berteriak sekencang mungkin dan berusaha lari dari kamar mandi.
"Haaaaa!," teriakan Septi mengagetkanku membangunkanku yang berada di kamar, aku terbangun dan berusaha menghampiri Septi, namun saat kubuka pintu kamar.
"Hihihihi hahhhh," kerumunan anak kecil dengan muka yang sangat seram seperti ingin mengejarku dan mengajakku bermain, aku yang ingin menghampiri Septi lantas mengurungkan niatku, menutup kembali pintu dan melompat ke ranjang, berusaha menutup kepalaku dengan selimut.
ADVERTISEMENT
“Kenapa Septi enggak datang-datang dari belakang sih,” gumamku dalam hati dengan badan yang kubenamkan dalam selimut.
“Sep kamu di mana lama banget sih pipisnya," namun tidak ada jawaban dari Septi waktu itu, tidak berselang lama terdengar suara cekikikan dari bagian belakang rumahku.
“Hihihihi hahahahaha,” suara tersebut terdengar mirip seperti suara Septi, aku sangat paham dengan suara tersebut. Tapi kenapa dia tertawa sendiri gumamku dalam hati.
15 menit berlalu Septi tak kunjung kembali ke kamar, aku berniat menyusulnya ke kamar mandi. Dengan rasa takut kucoba kembali membuka pintu kamar.
“Syukurlah sudah tidak ada apapa," kulangkahkan kakiku setapak demi setapak menuju ke kamar mandi, namun Septi tidak ada. Pintu belakang rumah nampak terbuka, karena makin penasaran akan keberadaan Septi, akhirnya ku intip perlahan melalui celah pintu itu.
Ilustrasi kamar mandi, dok: pixabay
Berdiri seseorang yang nampaknya adalah Septi menghadap sebuah pohon asam jawa, di sana ia seperti tengah membicarakan sesuatu dengan seseorang.
ADVERTISEMENT
“Sep masuk ke rumah ngapain di luar malam-malam begini?," panggilku saat itu.
Sepertinya Septi tidak mendengarkanku, dengan ragu aku mencoba mendekatinya.
"Hihihihi," saat aku mendekat Septi hanya tertawa menghadap pohon.
“Jun jangan mendekat," aku mendengar panggilan itu namun badanku seperti tidak bisa digerakan untuk menoleh ke orang yang memanggilku. Badanku seperti ditarik salah satu mahkluk yang menyamar sebagai Septi tersebut.
"Bug!," pukulan keras di bagian punggungku membuatku hilang kesadaran malam itu.
Paginya aku sudah terbangun di dalam rumah, aku seperti orang linglung dan berusaha bertanya kepada Septi apa yang terjadi semalam.
“Semalam kamu ngapain di dekat pohon Sep?," tanyaku pada Septi yang sedang membuat teh manis di sampingku.
“Semalam aku lihat hantu di kamar mandi, terus lari lewat pintu belakang, eh ternyata gelap yaudah muter langsung ke teras depan rumah," jawab Septi.
ADVERTISEMENT
“Terus yang ada di dekat pohon, mirip kamu itu siapa?," aku berusaha menanyakan sesosok mahluk yang mirip dia berada di dekat pohon asam jawa belakang rumahku.
“Itu hantu jahat yang ingin membawamu ke alamnya, jadi seolah yang kamu lihat itu aku,” jawab Septi dengan mengaduk teh manis dan menyuguhkan di dekatku.
“Jadi di sini ada banyak yang menghuni Jun. Aku bisa melihat dan merasakan apa yang terjadi di rumah ini dulunya, tapi aku belum bisa memastikan sendiri, takutnya yang aku sampein ke kamu itu juga salah. Semua gambaran yang muncul di penglihatanku acak,” lanjutnya.
Mendengar omongan Septi aku teringat ibu yang dulu mati bunuh diri di rumah ini. Namun aku enggan untuk menceritakan hal itu pada Septi.
ADVERTISEMENT
Paginya kami bersiap untuk berangkat ke kampus seperti biasa. Sesampainya di kampus kami berdua kembali bertemu dengan Okta, salah satu anak orang kaya yang songong dan selalu mengusik Septi.
Karena sekarang Septi selalu bersamaku dia tidak berani mengusiknya lagi, mungkin saja ia enggan merasakan hantaman ember tepat di wajahnya seperti yang kulakukan padanya waktu itu.
Jam makan siang dikampus tiba, aku dan Septi memutuskan mengobrol dikantin mengenai kejadian yang kami alami semalam. Di sini Septi jujur dengan apa yang dia alami, Septi bercerita saat pertama kali datang ke rumah, suasana rumah tersebut gelap, walaupun di siang hari, ia dapat melihat seorang ibu dengan kedua belas anaknya menempati rumah tersebut. Serta masih banyak lagi mahluk jahat lainnya.
ADVERTISEMENT
“Sep gimana cara mengusirnya," sahutku waktu itu sedikit takut dengan apa yang diceritakan Septi.
“Ngga tau juga Jun, aku bingung," Septi yang merasa bingung hanya menjawab singkat sambil menggigit ibu jarinya.
Bersambung...