Solo Riding: Kisah Majid (Part 1)

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
Konten dari Pengguna
14 Juni 2021 20:19 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perjalanan, dok: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perjalanan, dok: pixabay
ADVERTISEMENT
Kali ini saya dapat izin menulis ulang cerita yang diangkat dari kisah nyata oleh seorang penulis horor ulung terutama di dunia Twitter. Barangkali jika ada bahasa yang sulit dimengerti dan terdapat nama dan lokasi yang sama mohon dimaklum.
ADVERTISEMENT
Saat itu Senin, 14 Januari 2019
Kring kring kring!!! Suara alarm nyaring terdengar dari handphone miliknya, sampai ia pun terbangun dari tidurnya. Dilihatnya waktu sudah menunjuk pukul 4 pagi, ia pun bangun untuk membersihkan diri dan bergegas ke Mushola dekat rumahnya.
Pagi itu masih gelap gulita, namun suara ayam jago sudah berkokok di berbagai penjuru desa kala itu. Selepas membersihkan diri ia tak lupa untuk membangunkan Ibu dan adik-adiknya yang masih terlelap akan tidurnya.
Tok tok tok tok!!! suara ketukan pintu
"Bue, tangi wes isuk," ucapnya memanggil-manggil ibunya. Selang beberapa waktu, dibukalah pintu itu dan keluar ibunya yang sudah rapih memakai mukena warna putihnya.
"Nopo toh le, bue ki wes tangi awit mau. Iki bar shalat Tahajud,"
ADVERTISEMENT
"Iyo bue, tak kiro durung tangi,"
"Yo wes konon siap-siap neng langgar, bue meh gugah adi-adimu,"
"Iyo bue,"
Selang beberapa waktu suara adzan subuh sayup-sayup mulai menggema dari segala penjuru desa itu dan juga mushola dekat rumahnya sudah mulai terdengar, itu pertanda bahwa waktu subuh telah tiba.
Ia pun bergegas ke Mushola dan tak lupa pamit ke ibunya, ia adalah Majid pemuda asal Ci***** yang tinggal hanya bersama Ibu dan kedua adiknya (perempuan) karena ayahnya sudah meninggal empat tahun yang lalu dalam sebuah insiden kecelakaan.
Selama empat tahun itu, Majid serta Ibunya bekerja keras untuk membiayai sekolah adik-adiknya juga untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Majid lulus sekolah menengah atas pada tahun 2016, beruntung selama dua tahun ke belakang ia sempat bekerja di sebuah perusahaan ternama di Bekasi. Dari hasil kerjanya itu, ia bisa membangun sebuah toko sembako di depan rumahnya untuk ibunya. Serta ia juga mempunyai sebuah usaha Mie Ayam Bakso yang baru ia geluti selama tiga bulan ke belakang.
ADVERTISEMENT
[Cerita ini diadaptasi dari Twitter/fajarpra18]
Langit pagi itu mulai tampak sedikit agak terang tanda matahari akan segera muncul. Dilihatnya ia sedang membenarkan sepeda motornya yang sepertinya sedang ada kendala di bagian mesinnya, karena sudah beberapa kali ia coba untuk nyalakan namun tak pernah bisa.
"Motormu nengopo toh le, mogok meneh?," tanya ibunya yang sedang berjalan dari dalam keluar rumah sembari membawa dua cangkir teh hangat dan kemudian diletakkannya di meja teras rumah.
"Mboten ngertos iki bu nengopone, wes tak beneri kok iseh ra gelem moni," jawabnya yang masih sibuk mencari akar masalahnya.
"Wes toh rene ngeteh, mangke tak kon prentah pak Iwan benerke," jawab ibunya yang sudah duduk di bangku sambil sesekali menyeruput teh hangat itu.
ADVERTISEMENT
"Iyo bu delo," setelah beberapa kali diotak-atik, akhirnya motornya mau menyala.
"Alhamdulillah, moni juga kuwi motore," ujar ibunya.
"Iyo bue, alhamdulillah,"
Ilustrasi, dok: pixabay
Motornya ia standar dua untuk dipanaskan terlebih dulu sebelum digunakan. Kemudian ia pun membasuh tangan untuk segera duduk menemani ibunya.
Matahari perlahan-lahan mulai menunjukkan kehadirannya, langit yang tadinya gelap gulita sekarang mulai perlahan terang dan waktu saat itu sudah menunjuk pukul enam pagi, kedua adiknya sudah bersiap-siap untuk berangkat sekolah.
Adik pertamanya bernama Amelia sekarang sudah kelas tiga SMA yang sebentar lagi akan segera lulus, dan adik keduanya bernama Ani sudah kelas satu SMA yang mana mereka berdua sekolah di tempat yang sama.
"Meh mangkat saiki nopo dik?," tanya Majid melihat kedua adiknya yang sudah rapih dengan pakaian sekolahnya.
ADVERTISEMENT
"Iyo mas meh mangkat saiki," jawab lia sembari membenarkan krudungnya.
"Mas aku tumbasno iki yo?," tunjuk ani di layar hp nya yang tiba-tiba menyodorkannya ke Majid.
"Iyo mengko tak golet neng pasar," ujarnya seraya mengangguk tanda setuju.
"Ojo neng pasar, iki wae neng Shop**"
"Yo dik iyo,"
"Yee matur nuwun mas," girang Ani karena Majid mau membelikannya tas yang ia sukai itu, Amelia hanya diam saja melihat tingkah laku adiknya.
"Nduk rene," sahut ibunya ke Amelia.
"Iyo bu piie?," tanya Amel.
"Iki sangune nggo kowe cah loro," ibunya mengambil uang dari dompet dan dikasihkan ke Amel.
"Matur nuwun bu, yo wes kulo pamit meh mangkat sekolah nggih,"
"Nggih, tiati neng ndalan nduk,"
ADVERTISEMENT
"Nggih bu,"
Mereka berduapun berangkat sekolah dan tak luput pamitan dulu ke Majid serta Ibunya. Pagi itu terasa sejuk cuacanya dan begitu damai rasanya melihat adik-adiknya yang sekarang sudah tumbuh besar juga cantik seperti ibunya.
Kring kring kring kring!!!! Terdengar suara seperti bel sepeda ontel dari arah depan rumah. Sepertinya ada seseorang yang datang, Majid kebetulan sedang ada di dapur menyiapkan segala sesuatu keperluan untuk dagangannya nanti sore. Sedangkan ibunya ada di ruang tamu sedang duduk sambil menghitung uang untuk belanja keperluan tokonya.
Waktu itu jam menunjuk pukul delapan pagi, suara bel sepeda masih terdengar dan kemudian berhenti. Tak lama setelah itu, Tok Tok Tok!!! suara ketukan pintu dari arah pintu depan.
ADVERTISEMENT
"Assalamu'allaikum," terdengar salam seraya masih mengetuk-ngetuk pintu.
"Wa'alaikumsallam," sahut ibunya dan dibukalah pintu itu.
Ternyata itu pak Iwan tetangga yang tak jauh dari rumahnya
"Pak iwan, tumben pagi-pagi udah kesini. Ada apa pak?" tanya ibunya sembari mempersilahkan pak Iwan untuk duduk di bangku teras rumah.
Ilustrasi, dok: pixabay
"Iya bu, soalnya ada perlu sama Majid. Majidnya ada bu?"
"Ada, bentar pak tak panggil majid dulu,"
"Nggih bu"
Ibunya pun masuk ke dalam rumah, memanggil Majid untuk menemui pak Iwan yang sepertinya ada hal penting yang mau dibicarakan sama Majid.
Selang beberapa waktu Majid pun keluar menghampiri pak Iwan yang sedang memainkan HP nya.
"Assalamu'allaikum pak Iwan, pie kabare sehat?" ucap hangat majid sembari menjabat tangan pak Iwan.
ADVERTISEMENT
"Wa'alaikumsallam jid, alhamdulillah sehat. Awakmu pie sehat?"
"Alhamdulillah pak sehat ini, gimana pak ada perlu apa kok pengen ketemu saya?"
"Ini jid, anakku Putri dapat panggilan kerja di Se******. Aku ke sini mau minta tolong anterin putri ke sana, bisa apa gak?"
"Minta dianterin hari apa pak?"
"Besok hari selasa, soalnya mulai kerja hari kamis. Bisa apa gak jid?"
Majid terdiam sejenak mendengar permintaan pak Iwan, ia sebenarnya ragu untuk setuju karena mengingat ia harus dagang. Lalu dari arah dalam rumah Ibunya keluar sembari membawa dua cangkir kopi panas beserta cemilannya di sebuah nampan kayu dan diletakkannya di meja.
Bersambung...