Tali Pocong Bayi: Makelar Tanah (Part 1)

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
Konten dari Pengguna
17 Februari 2022 19:29 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kematian, dok: Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kematian, dok: Pribadi
ADVERTISEMENT
Cerita kali ini datang dari penulis horor kawakan di Twitter yang akan membahas ceritanya dari seorang narasumber di Kota Malang. Ini adalah kisah yang diceritakan oleh orang tua narasumber ketika narasumber masih berada dalam kandungan ibunya.
ADVERTISEMENT
***
1960 di pedalaman kampung di kota Malang
Pagi ini terdengar teriakan pilu seorang wanita, membuat para warga keluar rumah untuk mencari sumber dari suara itu berasal.
Semua warga keluar dari rumahnya dan menghampiri rumah yang menjadi sumber keributan di pagi buta tersebut.
Tatik pagi ini histeris ....
Dia histeris melihat sang bayi yang ditinggal selama beberapa menit untuk mengambil air wudhu sudah TIDAK BERNYAWA !!!!
Pasalnya sebelum dia keluar dari kamar, dia masih bercanda dengan sang buah hati hingga akhirnya dia menyusui bayinya dan tertidur pulas baru lah dia keluar dari kamar menuju ke kamar mandi.
Duka mendalam sangat nampak di kedua wajah suami istri tersebut. Seakan tidak rela kehilangan sang buah hati yang sudah dinanti penantian yang cukup lama selama 5 tahun.
ADVERTISEMENT
Tiga hari setelah meninggalnya sang bayi, Pak Rohim bapak dari Somad mendapatkan rezeki yang berlimpah, dikarenakan beliau berhasil menjual tanah milik Pak kades dengan luas 3 hektar dan mendapatkan keuntungan sebesar 1 Milyar.
Sang pembeli menyetujui harga yang disebutkan oleh Pak Rohim yaitu Kelebihan 1 Milyar di atas harga yang diminta oleh Pak kades.
Karena rezeki yang melimpah tersebut akhirnya Pak Rohim mengadakan pengajian cucunya dengan megah hingga mendatangkan orang besar ke desanya, hal tersebut membuat warga kampung merasa terhibur
Tapi tidak dengan Tatik dan Somad, mereka masih larut dalam kesedihan. Setelah acara selesai, pagi harinya Somad pergi meninggalkan istrinya yang masih larut dalam duka dan kedua orang tuanya Somad pergi meninggalkan desa.
ADVERTISEMENT
Kabar angin yang beredar di masyarakat setempat, Somad pergi dari istrinya karena kecewa dan lebih memilih wanita lain.
Kabar tersebut terdengar si telinga Tatik dan membuatnya sangat terpukul. Tatik mengalami depresi berat dan yang mengurus Tatik dengan sabar adalah ibu mertuanya.
[Cerita Ini Diadaptasi dari Twitter/TTenguk]
Seminggu sebelumnya, Pak kades tidak sengaja bertemu dengan Pak Rohim di kantor kepala desa. Pak Rohim hendak menanyakan surat-surat yang harus disiapkan untuk membuat berkas cucunya nanti, dia mendengar sekilas pembicaraan Pak kades, dia mendengar sekilas pembicaraan Pak kades dengan orang lain yang berada tak jauh darinya.
"iya tanah yang di pinggir jalan besar itu, yang ada beberapa pohon jatinya tolong dipaksakan, luas tanahnya sekitar 3 hektar lebih. Kalau bisa secepatnya karena saya harus siapkan uang untuk sana pemulihan berikutnya," ucap Pak kades yang tak sengaja terdengar oleh pak Rohim.
ADVERTISEMENT
"Baik Pak saya akan segera pasang tulisan dijual di tanah tersebut nanti klo sudah ada yang menanyakan saya akan beritahu bapak," jawab lawan bicara Pak kades yang lebih terlihat sebagai anak buahnya.
Setelah lawan bicara Pak kades pergi, Rohim segera menghampiri Pak kades menanyakan perihal tanah yang akan dijual.
"Maaf pak, saya dengar bapak mau jual tanah yaa ?" Tanya Rohim langsung menghampiri Pak kades yang hendak berbalik masuk ke dalam tangannya.
Pak kades terdiam melihat Rohim.
"Saya rohim Pak, warga dari desa K, kebetulan saya suka bantu jualan tanah," ucap Rohim memperkenalkan diri
"oooo .... Pak Rohim makelar tanah yaaa .... iya iya saya tau, saya sering dengar katanya bapak cepat sekali kalau menawarkan tanah, rahasianya apa Pak?" Tanya Pak kades menggoda membuat Rohim malu sehingga menundukkan wajahnya.
ADVERTISEMENT
"Bapak mau masarin tanah saya juga? Kira-kira bapak minta kondisi berapa?" Tanya Pak kades dengan penuh selidik.
"Maaf Pak, jika benar bapak mau menjual tanah saya hanya ingin tau berapa harga jualnya nanti saya ambil keuntungan dari kelebihan harga yang bapak sebutkan," ucap Rohim menjelaskan
"oooh begitu jadi bukan komisi ya" ucap Pak kades menegaskan, Rohimpun menganggukkan kepalanya.
"Saya mau jual tanahnya sekitar ......silahkan saja jika bapak berminat untuk bantu jual," ucap Pak kades
"Baik Pak kalau begitu nanti 1 sampai 2 minggu lagi saya akan kasih kabar ke Pak kades yaa .... pemisi pak," ucap Rohim pamit undur diri.
Rohim, hampir seluruh desa mengenal nama tersebut karena beliau memang terkenal sebagai makelar tanah paling jitu.
ADVERTISEMENT
Semua tanah yang dipastikan olehnya pasti selalu laku terjual Dengam harga tinggi karena  beliau tidak pernah meminta komisi dari sang penjual maupun pembeli.
Pak rohim selalu mengambil keuntungan dari kelebihan harga jual yang telah ditetapkan Oleh sang pemilik tanah dan sang penjual selalu menyetujui harga tanah yang sudah disebutkan olehnya tanpa menawar.
Ilustrasi dukun, dok: Shutterstock
Hal itu membuat warga kampungnya curiga dengan Rohim karena para pembeli selalu merasa terhipnotis. Jika harga yang disebutkan oleh Pak rohim terbilang murah tapi setelah semua urusan jual beli selesai dan pembeli kembali kerumah, mereka baru tersadar bahwa mereka membeli tanah dengan harga yang sangat tinggi terkadang dengan nilai yang tidak masuk akal.
Hal tersebut membuat warga enggan jika harus datang meminta tolong atau menolong ke rumah Rohim.
ADVERTISEMENT
Pada tengah malam setelah cucunya di makamkan, Rohim pergi secara diam-diam ke makam sang cucu. Dia menggali tanah yang masih basah tersebut dan mengambil tali pocong dari jenazah cucunya yang baru saja meninggal.
Malam itu Rohim pergi ke rumah Mbah Wiro. Mbah wiro dukun terkenal yang merupakan dukun kesayangan Rohim.
Rohim segera pergi menemui Mbah Wiro setelah mendapatkan tali pocong bayi milik cucunya sendiri. Mbah Wiro membacakan mantra dan merendam tali tersebut kedalam air kembang tujuh rupa.
Setelah selesai membacakan mantra, Mbah Wiro mengembalikan tali pocong bayi tersebut kepada Rohim untuk segera dikuburan di area tanah yang hendak di jual.
"Kuburkan tali ini di area tanah yang hendak kamu jual, dimana saja tapi harus saat ini juga dan jangan sampai ada orang yang melihat. Setelah selesai, kamu kuburkan tali tersebut biar perewanganku yang bekerja," ucap Mbah Wiro sambil tersenyum mengerikan. Rohim pun hanya mengangguk dan segera pergi meninggalkan rumah Mbah Wiro.
ADVERTISEMENT
Bersambung...