Teluh: Kamu Harus Mati (Tamat)

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
Konten dari Pengguna
7 Oktober 2021 18:15 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ilmu hitam, dok: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ilmu hitam, dok: pixabay
ADVERTISEMENT
Mas Wanto datang bak pahlawan, dia menjamin diriku, dia juga yang bernegosiasi ke rumah Bu Eni agar mencabut laporannya, dan yang paling penting, kehadirannya seolah menyelamatkan wajah keluargaku serta membantah omongan miring yang beredar selama ini.
ADVERTISEMENT
Bapak hanya bisa mengelus dada mendengar kejujuran dari mulutku, meski kecewa dengan kelakuan Mas Wanto, namun tetap dia memberikan maaf.
Dengan syarat Mas Wanto harus segera mengurus surat cerainya, selain itu aku juga blm diperbolehkan pulang ke Jakarta bersama Mas Wanto sebelum semua terselesaikan.
Mas Wanto menyanggupi permintaan bapak, dan berjanji secepat mungkin merealisasikan permintaan bapak.
Di sisi lain, semua pristiwa itu juga kuceritakan kepada mantan suamiku, dan setelah berkonsultasi dengan bapak, walau berat hati, aku menitip kan Lena lebih lama dari yang kupikirkan.
Ada benarnya pikirku, seandainya perceraian itu pun cepat terjadi, tapi tidak ada jaminan wanita gila itu akan berhenti meneror kehidupan kami.
Tidak sampai sebulan, Mas Wanto sudah kembali menemuiku, walau belum resmi bercerai setidaknya dia sudah menunjukan keseriusannya.
ADVERTISEMENT
Dibawanya tanda bukti surat berisikan permohonan cerai yang saat itu sudah masuk ke dalam proses pengadilan agama. Aku senang akan keseriusannya menata kembali kehidupan kami, hal itu yang membuatku memohon kepada bapak agar diberikan izin ikut kembali ke Jakarta bersama Mas Wanto.
Awalnya bapak tidak setuju dengan permintaan itu, tetapi karena sedikit paksa dariku, mau tak mau beliau tetap memberikan izin, tapi tidak dengan Lena.
"Biar Lena tetap dengan Bapaknya sampai semua selesai," seru Bapak kepada kami.
Kehidupan rumah tangga kami kembali hangat, butiran cinta tumbuh subur berbalut tali kasih yang dibangun oleh ikatan yang dinamakan kepercayaan.
Kisah Horor berganti dengan cerita kolor layaknya pasangan baru yang lagi kasmaran, kamar belakang sudah kosong, dari info mas Wanto barang yang ada di ruangan itu sudah diberikan kembali kepada yang empunya.
ADVERTISEMENT
[Cerita ini diadaptasi dari Twitter/nyata74042956]
"Fotonya mas?"
"Aku bakar" katanya sembari mengodaku.
Satu bulan berlalu, Mas Wanto pun sah bercerai dengan wanita misterius itu, kami juga sudah berencana kembali pulang untuk menjemput Lena guna berkumpul kembali bersama kami. Dan belum lagi aku juga mempunyai kado sepesial buat Mas Wanto, pasti dia akan bahagia melihat 2 garis merah ini pikirku.
Malam itu seperti biasa, sepulang Mas Wanto kerja aku sudah menyiapkan makan malam, kupijat badanya.
"Mas Aku telat," bisikku padanya.
"Ha..... Yakin kamu dek?" tanya padaku.
Ilustrasi hamil, dok: pixabay
"Iniloh mas garis 2," kataku sambil kutunjukan hasil tesku padanya.
Aneh, tidak ada raut wajah bahagia, dia sanga datar, senyumnya pun seperti dipaksa seolah tidak suka dengan perkataanku.
ADVERTISEMENT
Dan semenjak itu aku seperti mengulangi kisah yang sama. Sikap Mas Wanto kembali beringas, Rumah ini kembali panas, hampir setiap hari kami bertengkar, malah lebih parah dari kejadian terdahulu. Mas Wanto tak segan main tangan bila kami sedang bertengkar.
Menjelang usia kandunganku 4 bulan, kehidupanku semakin tidak berarti, belum lagi suara lemparan pasir/tanah kembali terdengar di setiap malam, dan lebih horor lagi Wanita Jalang itu kembali datang ke rumah.
Namun di hanya tertawa
"Ha.. ha.. Jangan mengatakan aku jalang, aku sudah tidak menginginkan Wanto. Justru aku bahagia melihat dia termakan karmanya, meninggalkan diri ku demi P*elac*r sepertimu," katanya.
Ilustrasi wanita misterius, dok: pixabay
Sontak aku terdiam, gugup dengan ucapan wanita itu.
"Aku memang tidak suka padamu, dan sempat berpikir kalian mati saja. Hanya saja, kedatangan Wanto minggu lalu kepadaku, membuatku iba padamu,"
ADVERTISEMENT
"Mas Wanto menemuimu?" tanya ku.
"Iya, Ada Masalah? bukan hanya menemui, tapi kami. Ya taulah kalau wanita sama pria. hahaha... " Aku semakin bingung dengan perkataannya.
"Tidak usah heran, aku sudah tidak ada hubungan dengan Wanto, Aku gak tau entah apa yang menggerakan hatiku menemui mu. Lebih baik kamu segera pergi, tinggalkan dia kalau kamu masih ingin hidup. Kau tahu untuk apa Wanto menemuiku?" tanyanya padaku.
"UNTUK MEMBUNUH MU!" wanita itu berjalan mendekati diriku, jarak kami kini tak lebih dari 20 cm, dielusnya perutku sambil berkata.
"Bukan salahmu, salahkan ibumu yang terlahir murahan,"
Wanita sinting itu hanya tersenyum,
"Ada yang kamu tidak paham?" katanya padaku.
"Dulu aku dan Wanto saling mencintai, sebelum ibunya selalu mengganggu rumah tangga kami, dan aku selalu dihina, hingga aku keluar dari rumah ini,"
ADVERTISEMENT
"Tahu kenapa?, karena aku belum memberikan Wanto anak, bukan karena aku tidak mau, tapi Wanto itu mandul. Dan Kamu tahu apa yang Wanto akan lakukan? Menumbalkan dirimu serta anak haram di rahimmu,"
Aku bergedik, merasakan takut yang amat sangat, takut akan kesalahan besar yang telah kuperbuat.
Wanita itu kembali melangkah ke arahku, dia berhenti tepat di hadapanku, tangannya mengusap wajahku sembari mendekatkan wajahnya, dia mencium pipiku.
"SEDULUR GETIH," bisiknya, sembari melepaskan tangannya dari kepalaku, dan berlalu pergi.
-Tamat-