Terperosok: Stamina yang Hampir Habis (Part 4)

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
Konten dari Pengguna
10 April 2022 18:38 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi gunung horor, dok: Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gunung horor, dok: Pribadi
ADVERTISEMENT
Awalnya jalan kami saling berdekatan dengan posisi Yudi di depan disusul Dani dan aku paling belakang, di antara kami bertiga jalanku lah yang paling lambat karena waktu itu aku merasa sangat kelelahan hingga beberapa kali aku mennghentikan langkahku dan beberapa kali juga Dani bilang padaku.
ADVERTISEMENT
“Ayo bro jangan terlalu sering break nanti malah semakin capek,”
Mungkin yang dikatakan Dani itu memang benar, kalau keseringan berhenti malah semakin capek tapi mau bagaimana lagi aku sudah tidak kuat kalau harus terus berjalan walaupun dengan pelan.
Kira-kira di pertengahan jalan aku memutuskan untuk berhenti lagi membiarkan Dani dan Yudi tetap berjalan. Itu sengaja aku lakukan karena aku tidak ingin membebani mereka, hingga aku dan Dani berjarak 15 meter Dani mengarahkan senternya ke arahku sambil berteriak
“Ayo bro cepetan, sebentar lagi puncak,”
Kata-kata itu sering diucapkan oleh kedua temanku ini ketika mendaki ke manapun dan aku hanya membalasnya dengan mengacungkan jari jempolku sambil pura-pura tersenyum agar tidak terlihat lemah di mata Dani. Setelah itu Dani berteriak lagi,
ADVERTISEMENT
"Aku jalan pelan-pelan ya..”
Setelah kurasa cukup beristirahat aku kembali berdiri dan pelan-pelan melangkahkan kakiku lagi menyusul mereka tapi lagi-lagi nafasku tidak bisa diajak kompromi, dia memaksaku untuk istirahat lagi padahal aku belum sampai menyusul Dani dan Yudi yang sudah tidak terlihat keberadaannya.
[Cerita diadaptasi dari Twitter/fidimuhammad_]
Sambil istirahat aku berfikir,
“Mungkin kedua temanku ingin segera sampai di puncak mangkanya dia tidak begitu peduli dengan keadaanku,”
Aku tidak marah pada mereka, ya memang inilah perjalanan menuju Mahameru tidak semudah yang orang bayangkan.
Aku putus asa dan hampir menyerah, kalau bukan karena kemauanku sendiri mungkin aku sudah menyerah.
Aku berharap kedua temanku itu turun dan membantuku tapi rasanya mustahil, di sini hanya aku yang bisa menyelamatkanku karena mungkin orang-orang di sini juga sedang berjuang memperjuangkan dirinya masing-masing. Dan beruntunglah jika ada orang lain yang masih peduli dengan keadaan kita di sini.
Ilustrasi pendaki gunung, dok: Pribadi
Matahari mulai menampakan dirinya dan memberikan pemandangan alam yang luar biasa sempurna dan kemunculan sang surya itu ternyata bisa membakar semangatku lagi untuk untuk bisa menginjakan kaki di puncak impian.
ADVERTISEMENT
Akupun mematikan senterku dan beranjak berdiri untuk menyusul teman-temanku.
Pelan-pelan aku berjalan melewati jalan yang penuh pasir ini, lalu dari kejauhan aku melihat dua temanku sedang duduk, mungkin mereka sedang menungguku.
Melihat itu aku sedikit mempercepat jalanku untuk menyusulnya, sesampai di situ ternyata benar mereka sedang menungguku sambil makan agar-agar yang dibawa Yudi, akupun ikut makan agar-agar itu, setelah makan beberapa potong Yudi bilang,
“Udah ayok kita lanjut lagi biar cepet sampai,”
Mendengar ajakan Yudi dalam hatiku ngedumel,
“Aku baru aja nyampek sini udah diajak jalan lagi,”
Tapi mau bagaimana lagi, mungkin mereka udah bosan karena terlalu lama menungguku di sini.
Kami pun kembali melanjutkan perjalanan, karena lelah sebentar-sebentar aku berhenti, kulihat kedua temanku sudah jauh di atas dan hal yang sama terulang lagi, Dani berteriak kearahku.
ADVERTISEMENT
“Ayo bro, sebentar lagi kita udah sampai di puncak,”
Teriak Dani sambil menunjuk kearah puncak.
Aku kembali melangkahkan kaki menguras semua tenaga yang masih kumiliki hingga akhirnya aku sampai di puncak impian, puncak Mahameru, tanah tertinggi Jawa.
Tidak terasa air mataku menetes bahagia dan hal pertama yang kulakukan di situ adalah sujud syukur atas keberhasilanku menggapai Mahameru bersama kedua temanku. Setelah itu aku mendatangi kedua temanku dan menggapai tangannya kemudian memeluknya sambil tertawa bahagia.
Rasa lelah yang aku rasakan selama perjalanan tadi itu hilang karena terbayar dengan keindahan lautan di atas awan.
Di puncak kami menghabiskan agar-agar buatan Yudi itu sampai habis dan setelah puas menikmati keindahan puncak kami pun turun.
ADVERTISEMENT
Berjalan turun...
Di perjalanan turun aku merasakan nyeri di kakiku bagian kanan hingga aku tertinggal lagi oleh kedua temanku.
Sambil berjalan turun aku menyeret kaki kananku ini karena nyeri yang kurasakan ini tidak tidak mampu untuk mengangkatnya. Beberapa menit berjalan terlihat kedua temanku sedang menungguku sambil berdokumentasi. Bersambung...