Terperosok: Suara Meminta Tolong (Part 2)

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
Konten dari Pengguna
7 April 2022 19:01 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi gunung horor, dok: Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gunung horor, dok: Pribadi
ADVERTISEMENT
Setelah kopi sudah habis terminum dan mengingat waktu maghrib juga sudah lewat, kami pun kembali bersiap-siap akan melanjutkan perjalanan ke pos berikutnya dan malam ini target kami adalah sampai di Ranu Kumbolo untuk bermalam di sana tapi apalah daya malam ini kami hanya bisa sampai di pos 4.
ADVERTISEMENT
Kami orangnya tidak suka memaksakan sesuatu, memang tujuan kami malam ini adalah Ranu Kumbolo dan istirahat di sana tapi kalau memang sudah lelah lebih baik beristirahat dulu jangan dipaksakan.
Karena waktu itu di pos 4 terlihat sepi kami memutuskan untuk menggelar matras di dalam bangunan shelter untuk istirahat di dalamnya, urusan nanti ada pendaki lain yang mau istirahat juga tidak masalah lagian tempatnya terlalu luas untuk kami bertiga.
[Cerita diadaptasi dari Twitter/fidimuhammad_]
Ketika aku sedang sibuk membenahi kantung tidur aku melihat Yudi sedang sibuk menyalakan kompornya dan akan membuat kopi katanya.
Melihat itu aku mengurungkan niatku untuk masuk kedalam kantung tidur, aku meninggalkan Dani yang sepertinya sudah tertidur untuk menghampiri Yudi dan memintanya membuatkan kopi untukku juga, setelah kopi sudah jadi aku dan Yudi menikmati kopi itu.
ADVERTISEMENT
Kopi yang tadinya panas itu kini sudah menjadi dingin, hanya pahit yang bisa kurasakan. Ya begitulah kalau Yudi sudah membuat kopi, mungkin dia lebih memilih pahit dari pada harus terkena penyakit Diabetes. Tapi meskipun pahit aku tetap menikmatinya.
Kamipun beranjak ke matras untuk istirahat dan meninggalkan gelas kopi itu di sebelah kami, beberapa saat kemudian kami tertidur.
Ketika kami sedang nyenyak tidur tiba-tiba aku terusik oleh suara pendaki lain yang meminta bantuan,
“Mas, mas tolong kami mas”
Mendengar suara itu aku pun terbangun begitu juga dengan Dani, setelah kami bangun pendaki itu mengulangi perkataannya,
“Mas, tolong kami, tolong banget,” ucap pendaki itu dengan gugup, sepertinya dia sedang mengalami kesulitan.
Dengan keadaan yang masih ngantuk Dani menjawab,
ADVERTISEMENT
“Ada apa mas?”
“Tolong mas, teman kami roboh di atas”
“Roboh kenapa?”
“Saya juga kurang tau,” jawab pendaki itu yang masih gugup.
Mendengar itu aku membangunkan Yudi yang masih dengan tidur pulasnya, setelah bangun kami bertiga berjalan ke atas tanjakan mengikuti pendaki itu, sesampainya di tengah-tengah tanjakan ternyata salah satu teman wanitanya sedang terlentang di tanah dan nafasnya terengah-engah.
Iustrasi gunung angker, dok: Pribadi
Kami pun segera memberi bantuan dan mengangkatnya kembali turun ke pos 4 dengan dibantu teman rombongan mereka, sesampai kembali di pos 4 kami menidurkan wanita itu di atas matras tempat kami tidur tadi kemudian gadis itu diobati teman lainnya.
Mereka satu rombongan yang jumlahnya ada 6 orang, 2 wanita dan 4 laki-laki.
ADVERTISEMENT
Melihat keadaan wanita yang sakit itu kami tidak bisa berbuat banyak karena kami tidak mempunyai pengalaman di bidang pengobatan.
“Kasih nafas buatan aja, ada yang bawa minyak angin gak?. Kayaknya ini terkena angin duduk?. Bukan, ini kayak Hipotermia,”
Suara mereka terdengar saling bersahutan mencari tahu penyakit yang diderita wanita itu.
Kami bertiga hanya duduk menahan dingin sambil menyaksikan mereka memberi pertolongan, tidak lama kemudian pendaki yang tadi membangunkan kami itu mendatangi kami dan berucap, “Mas, terima kasih ya udah dibantuin dan maaf tempat tidurnya kami pakai,”
Dani menjawab sekaligus bertanya,
“Gak apa mas santai aja, emang temennya kenapa?”
“Kurang tau saya mas, ada yang bilang terkena angin duduk tapi kata teman ceweknya sebelumnya dia punya penyakit asma,” jawab pendaki itu.
ADVERTISEMENT
Mendengar itu aku tersentak karena setauku penyakit itu bisa mengakibatkan kematian, lalu aku meminta maaf pada pendaki itu kalau kami tidak bisa membatunya lebih karena kami tidak tau apa-apa tentang pengobatan tapi di sisi lain aku sangat kesal karena mereka sudah menganggu waktu istirahatku dan yang lebih kesal lagi, kenapa wanita itu diajak mendaki gunung kalau tau dia punya penyakit asma.
Ilustrasi perempuan, dok: Pribadi
Tapi ya sudahlah sudah terlanjur juga, aku hanya berharap semoga wanita itu bisa sehat lagi.
Karena tidak bisa berbuat banyak Yudi mengambil kompor dan nestingnya yang tadi tergeletak di samping matras kemudian dia merebus air dan akan membuat kopi, setelah membuat kopi Yudi membiarkan kompor itu tetap menyala agar bisa kami gunakan untuk menghangatkan tubuh.
ADVERTISEMENT
Pagi pun tiba...
Setelah kejadian yang menimpa rombongan pendaki itu kami tidak tidur hingga pagi dan pagi itu kondisi wanita itu sepertinya sudah membaik.
Kami pun mendatanginya untuk melihat keadaannya. Dia manis, rambutnya berponi dan di cepol, dia sedang duduk di pelukan teman wanitanya dan terlihat sudah lebih baik dari semalam meskipun kondisi tubuhnya masih terlihat lemas. Sungguh kasihan melihat keadaannya yang seperti itu.
Bersambung...