Tumbal Anggara Kasih: Catatan Eyang (Part 4)

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
Konten dari Pengguna
5 Februari 2021 20:32 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pengorbanan, dok: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pengorbanan, dok: pixabay
ADVERTISEMENT
3 jam kemudian akupun tiba di unit Budi, semua orang sudah berkumpul di sana, aku melihat Alma yang sudah tergeletak di lantai, dia berada di dalam lingkarang, yang aku sendiri tahu bahwa itu adalah buatan Aryasatya, karena hanya dia selain aku yang bisa membuat hal ini.
ADVERTISEMENT
Aku kemudian menghampiri Aryasatya "Paman, apakah harus seperti ini?, apakah tidak ada cara lain?," tanyaku pada murid kesayangan eyangku itu.
"Hanya ini mbak satu-satunya cara, Ajengan juga sudah setuju kok, makanya aku berani bikin lingkaran ini," jawabnya.
"Baiklah Paman, jika hal ini benar menurut Paman dan Ajengan, mari kita selesaikan malam ini," ucapku.
"Kamu enggak mau istirahat dulu mbak?, kamu kan baru sampai, apalagi kamu habis nepi, apa kamu enggak mau bebersih dulu, baru besok kita selesaikan?,"
"Im ok Paman, paling ini mau bebersih dulu, baru lanjut, karena waktu kita semakin menipis, bukannya kita tidak boleh melewati matahari terbit?," tanyaku.
Aryasatya menjawabku hanya dengan senyumannya dan aku anggap bahwa ia menyetujui ucapanku, akupun bergegas bersiap diri. Segala persiapan kami mulai dari jenis kain yang akan aku gunakan, roncean bunga melati kantil serta beberapa perlengkapan ubo rampe yang akan digunakan.
ADVERTISEMENT
Mengingat resiko yang akan terjadi bila terjadi salah perhitungan, salah ubo rampe dan setelah persiapan yang terjadi, maka proses pembersihan Alma dan teman-temanku dimulai.
Tepat pukul 02.45 pagi kami memulai segalanya dengan kondisi Alma yang sudah tidak sadarkan diri karena 30% dirinya telah dikuasai makhluk lain.
Kondisi Alma saat ini sudah tidak lagi dirinya, karena 30% dari diri dia sudah dikuasai makhluk lain, makhluk kiriman yang bertujuan untuk mematikan salah satu di antara kami dan membuat hancurnya usaha kami semua.
Aku merasakan malam itu hawa lain ada di sekitar kami. Entah hawa apa itu, campuran dari hawa mencekam yang benar-benar tidak enak. Panas, lengket, dan dingin di saat yang bersamaan dan selain itu, malam ini merupakan malam Anggara Kasih.
ADVERTISEMENT
[Cerita ini diadaptasi dari Twitter/greymocil]
Tepat pukul 02.35 sepuluh menit sebelum prosesi pembersihan dimulai, Alma tiba - tiba mengamuk. Semua orang terkena amukan dan cakarannya.
Bahkan ada salah satu anak buah Budi yang terkena cakarannya hingga berdarah dan membuat panik kami semua, karena banyaknya darah yang keluar.
"Apalagi ini," ucapku.
"Kalian semua pegang Alma, kalo perlu diikat, ikat saja dia sebelum dia menyakiti dirinya sendiri," ucap Paman Aryasatya.
Akan tetapi ternyata tenaga Alma jauh lebih kuat dari kami semua. Akupun menyalakan dupa hitam untuk mencegahnya semakin parah. Dan setelah aku menancapkan dupa, seketika Alma dan Nath pingsan.
Mereka berdua pingsan secara bersamaan, aku menatap mimik muka Paman Aryasatya, di situlah aku menyadari ada yang tidak beres, ada sesuatu yang salah dan kurang.
ADVERTISEMENT
Lalu tiba-tiba teman Mas Wisnu datang, yang membuat kami kaget, teman Mas Wisnu menyerahkan sate kambing dan ayam ingkung.
"Ini satenya, tadi Ayik dateng ke rumah minta ini," ucap Bang Nizar.
"Haaaaaaah," jawab kami semua serempak.
Ilustrasi sate, dok: pixabay
Karena kami semua tahu bahwa sedari tadi aku sibuk dan tidak meninggalkan tempat ini.
"Iya, tadi Ayik dateng ke kosan, katanya BM mau makan sate sama ayam ingkung, karena lu gue telepon gak bisa Nu, yaudah gue beliin trus gue anterin ke sini," jawab Bang Nizar.
"Masalahnya Zar, Ayik dari tadi di sini, gak kemana-mana, itu lu yakin Ayik?," tanya Mas Wisnu.
"Ya yakinlah, parfumnya sama kok, gue tanya-tanya juga nyambung, cuma tadi dia bilang balik duluan, trus minta gue langsung ke sini aja, yaudah gue langsung ke sini, untung masih ada yang jual ayam ingkung, gila aja jam 12 malem dateng minta sate kambing sama ayam ingkung," ujar Bang Nizar.
ADVERTISEMENT
"Masalahnya bang, gue itu tadi cuma ngucap dalam hati, gue gak tau kalo kaya gini, but terima kasih yak," ucapku..
"Ya kita tau lah Yik, ini semua kan pasti ada sesuatu juga, soalnya gue mendadak juga bawa cundrik, dan ini mau gue pinjemin ke lu, sedangkan kalo dilogika, ngapain juga gue bawa-bawa cundrik, iseng banget, cuma gue tadi kaya diyakinin bahwa nanti bakal kepake pas ketemu lu," ucap Bang Nizar seraya menyerahkan cundriknya kepadaku.
Akupun menerima cundrik itu, aku letakkan di tengah-tengah ubo rampe dan aku berdirikan dan kemudian prosesi kami mulai. Kami meletakkan Nath dan Alma berjejeran, untuk memudahkan prosesi selanjutnya.
Paman Aryasatya memintaku untuk memulai prosesi itu karena waktu kami semakin menipis. Mahluk lain dalam tubuh Alma sudah 45% menguasai dirinya.
ADVERTISEMENT
Sejurus kemudian, Alma memuntahkan gumpalan darah dan gulungan kain yang sudah bercampur dengan darah dan dia pun mengamuk sejadinya, menyerang siapa saja yang berusaha menenangkannya.
Kami semua sontak panik, karena tiba-tiba saja Alma berjalan merangkak, matanya berlari ke sana kemari seolah-olah mencari mangsanya, hingga dia melihat Nath dan menarik rambut panjangnya dan menyeretnya menuju arah balkon.
Di sisi lain Bimo berhasil meraih kaki Nath, dibantu oleh Bang Nizar, Bimo menarik Nath agar Alma tidak membawanya ke balkon. Sedangkan aku dan Paman Aryasatya bergegas menghampiri Alma sebelum dia semakin parah dan menghabisi dirinya sendiri
Aku dan Paman Aryasatya membisikkan rapalan untuk menekan makhluk di dalam badannya, dan agar Alma bisa kembali tenang. Walau kami berdua tau bahwa ini tidak akan lama tapi setidaknya bisa membuat kami dapat memikirkan langkah apalagi yang harus kami lakukan.
ADVERTISEMENT
Akhirnya Alma kembali pingsan, kami membawa Alma ke kamar, kami menyingkirkan benda apapun yang bisa ia gunakan untuk membunuh dirinya sendiri, karena saat ini kami semua tahu bahwa keinginan terbesar mahluk yang ada pada diri Alma adalah menghabisi Nath.
"Pa, ini kayaknya ada yang aneh deh," ucap Bimo kepada Paman Aryasatya.
"Memang ada sesuatu yang janggal," ucap Paman Aryasatya.
"Sebenarnya tujuan tumbal kali ini apa Paman?, untuk kekayaan atau untuk apa?," tanya Budi.
"Dendam," jawabku.
Kami semua terdiam dengan pikiran kami masing-masing karena yang seharusnya dapat selesai secepatnya tapi tidak sesuai ekspektasi kami semua.
Begitulah, rencana kita mungkin sudah matang, tapi tetap saja Tuhan punya rencana lain, mungkin tidak sesuai dengan keinginan kita tapi aku yakin, di balik ini semua pasti rencana Tuhan tetap yang terbaik, apapun itu, saat ini aku hanya berdoa dan berharap agar sesuai dan pas, serta semesta berada di pihak kami semua.
Ilustrasi kompak, dok: pixabay
Aku tidak tega melihat adikku harus kesakitan & menjadi korban atas hal yang bukan kesalahannya. Dendam siapa dan kepada siapa sebenernya?, dan apa hubungannya dengan Nath?, apa hubungannya dengan Selasa Kliwon, semua hal ini membuatku pusing, karena aku tidak tahu saat ini apa yang harus aku lakukan.
ADVERTISEMENT
Akupun keluar ke balkon, menarik rokokku dan melihat bintang, berharap mungkin ada jawabannya di sana. Semua ini membingungkanku
"Darah," lirihku.
Tanpa aku sadari keluar darah dari hidungku, aku mimisan. Jika sudah seperti ini, pertanda bahwa ada suatu hal yang salah. Akupun memutuskan untuk masuk, hingga kemudian Mas Wisnu panik melihat bajuku yang sudah penuh dengan darah mimisanku.
"Lu kenapa?," tanya Mas Wisnu.
"Gak apa-apa mas, udah mampet kok," ucapku seraya berjalan ke kamarku.
Sesampainya di kamar aku mencari buku catatan eyang. Aku yakin bahwa di dalam buku catatan usang milik eyang ada jawaban yang aku cari.
Karena eyang selalu mencatat apapun di sana, walaupun tidak ada jawaban pastinya, setidaknya aku akan dapat petunjuk tentang semua keganjilan yang kami alami.
ADVERTISEMENT
Ketika aku akan membuka bukunya aku mendengar teriakan dari luar, ternyata Nath berteriak ingin membunuh Alma.
Apalagi ini, tak lama, disusul dengan teriakan Alma, mereka berteriak ingin membunuh satu sama lain. Sial, Akupun berdiri tapi dari luar aku mendengar suara Paman Aryasatya "Lanjutkan bacanya, jangan biarkan iblis ini mengecoh konsentrasi kamu, apapun yang terjadi, jangan keluar sampai kamu menemukan jawabannya," ucapnya.
"Tapi Paman," kataku.
"Tidak ada tapi-tapian," ucapnya tegas.
Aku kembali menekuri bacaanku, mencari jawaban atas ketidak pastian. Hingga sampai pada halaman yang bertuliskan huruf Jawa kawi, bertuliskan kata ANGGARA KASIH.
Akhirnya, semoga aku bisa mendapatkan jawabannya di sini. Di situ ditulis tentang kejadian-kejadian ganjil pada hari Anggara Kasih yang pernah dialamin eyang.
ADVERTISEMENT
Eyang menulis bahwa selain orang dengan weton Selasa Kliwon, hari Selasa Kliwon juga dipercaya sebagai salah satu hari untuk memperkuat ilmu hitam dan mencari tumbalnya.
Akupun mengingat-ingat semua kejadian yang kami alami dan mengecek tanggal pertemuan kami, dan ternyata semua selalu di Selasa Kliwon dan selalu ada kopi hitam yang tidak terminum.
Harusnya aku bisa memahami bahwa ini semua bagian dari suatu rencana penumbalan.
Bersambung...