Tumbal Anggara Kasih: Perkara Sepele (Part 3)

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
Konten dari Pengguna
4 Februari 2021 19:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pengorbanan, dok: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pengorbanan, dok: pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebenernya aku tidak akan menyadari hal ini, jika Nath dan Bima tidak mendadak mengajakku Video Call. Nath dan Bima berkata bahwa ini malam Anggara Kasih, dan entah kenapa aku tersadar akan hal ini.
ADVERTISEMENT
Dan benar saja, mobil yang kami gunakan mendadak mogok. Belum lagi, dari awal keberangkatan, Alma tak henti-hentinya mengomel, seperti bocah kebanyakan menenggak Maccalan 60.
Tapi sayangnya, sebelum berangkat kami hanya minum susu dan teh tidak ada minuman aneh-aneh. Aku yang biasanya selalu membaca situasi pun seolah-olah terprovokasi dengan kelakuan Alma.
Karena insiden mobil mogok, maka aku menugaskan Yunus dan Alma untuk pergi ke salah satu pusat perbelanjaan di ibukota, di bilangan Thamrin - Sudirman.
Sedangkan aku dan Yuda memilih menunggu montir untuk membereskan mobil, baru kemudian kami akan menyusul. Namun karena macetnya jalanan ibukota, hingga montir baru datang ketika meeting itu telah selesai.
Dari dulu aku memang lebih suka bekerja dengan kaum Adam, entah mengapa lebih enak aja jika kerja dengan mereka. Bukannya aku tidak takut dilecehkan, tapi jika aku sendiri lebih gahar dari mereka, pasti mereka akan berfikir ulang.
ADVERTISEMENT
Rata-rata yang bekerja denganku adalah yang bahkan mereka tidak menganggapku perempuan. Dan entah mengapa kami klop satu sama lain terlepas dari segala drama setiap pekerjaan.
Malam itu kami memutuskan pulang, sedangkan Alma memilih pergi ke salah satu club di ibukota. Tenang, aku selalu tahu pergerakan adikku, bukan aku tidak percaya padanya, aku hanya tidak percaya dengan teman minumnya.
[Cerita ini diadaptasi dari Twitter/greymocil]
Dan malam itu, aku pun pulang ke unitku, tapi anehnya kakiku justru melangkah ke unit Budi. Ternyata di sana sudah ramai manusia, bahkan ternyata Budi baru saja mengumumkan jika ia akan menikah dengan Jo.
Karena ini pengumuman besar, dan besok aku harus berangkat ke kota lumpia, karena urusan pekerjaan sekaligus mudik. Makanya, aku menelepon Alma melalui gawaiku, jangan sampai dia tidak kami kabari, karena dia akan ngamuk sejadi jadinya.
ADVERTISEMENT
30 menit kemudian Alma pulang, dan yang benar saja, baru memasuki unit Budi. Dia sudah ngamuk, bahkan kami butuh beberapa menit untuk menyadari bahwa itu bukan Alma, tapi ada hal lain.
Nath menyentuh pundak Alma, tapi ternyata ia terpelanting, bahkan butuh beberapa orang untuk membuat Alma diam. Bagaimana tidak, ini baru pertama kalinya ia kesurupan, apalagi ini bukan sembarangan, ini suruhan orang.
Ilustrasi kesurupan, dok: pixabay
Kesurupan berupa kiriman ini berbeda dengan yang kesurupan biasa karena terkadang mereka juga bisa membaca ayat suci seperti yang biasa kita baca.
Butuh trik dan fokus untuk membuat mereka keluar, apalagi jika ternyata kiriman ini merupakan perjanjian. Kiriman dengan perjanjian, ini biasanya jika si empunya perjanjian tahu bahwa yang dia hadapi juga mempunyai ilmu kebatinan atau lebih gampangnya anak indigo.
ADVERTISEMENT
Tapi anak indigo pun bukan yang asal, bukan yang dibuka paksa atau belajar, melainkan mereka yang indigo murni dan mereka yang terikat perjanjian, hanya tunduk pada 1 majikan saja.
Selain itu, biasanya mereka akan menyerang secara mental dan medis. Bukan berisi paku dan kawan-kawannya melainkan penyakit, bisa berupa penyakit kulit atau penyakit mental, tapi bukan seperti mereka yang terkena pelet mereka bertugas mencari tumbalnya sendiri.
Dan yang dipilih selain indigo, juga dengan weton-weton raja, atau weton dengan hitungan neptu yang besar. Sialnya Alma ini adalah dia penyerap, jadi walapun dia bukan sasarannya tetap dia yang akan terkena.
Ya itulah, sialnya mereka yang diberkati menjadi seorang penyerap, apalagi jika belum bisa mengendalikannya secara maksimal. Karena, tak jarang tubuh mereka dimanfaatkan baik mereka yang baik ataupun mereka yang jahat.
ADVERTISEMENT
Malam itu merupakan malam yang kacau, selain Alma yang mengamuk tiada henti, kami juga terpaksa harus mengikatnya dengan tali, agar ia tidak menyakiti dirinya sendiri.
Nath bersikeras bahwa ini karena dirinya, tapi kami semua terdiam, karena satu per satu anak buahku mengalami penyakit kulit. Bahkan salah satu dari mereka terbaring di ruang icu karena tidak sadar.
Ini sudah tidaj wajar, dan aku harus membawa Alma untuk nepi, karena jika tidak maka teman-temanku yang akan menjadi korbannya. Ya walau aku tau ini memang terjadi karena Alma menyerap energi Nath tanpa ia sadari, hingga membuat si pengirim salah sasaran tapi tetap saja ini tidak bisa dibiarkan.
Harus ada yang menyudahi ini semua, karena jika tidak, nyawa kami semua taruhannya. Aku memutuskan untuk mengajak Alma nepi keesokan harinya, tapi ternyata menurut Ajengan, hanya aku sendiri yang harus berangkat.
ADVERTISEMENT
Dan Alma biarkan saja dengan teman-temanku yang lain, toh ada Nath yang bisa menjaga Alma. Akupun memutuskan berangkat malam itu juga, menuju ke salah satu tempat leluhurku dan Nath dulu nepi dan mengucap sumpahnya.
Aku tahu perjalanan ini tidak akan mudah, karena nyawa adik perempuanku satu-satunya terancam gara-gara kecerobohanku. Ketika di perjalanan Alma tiba-tiba memberitahuku bahwa Nath tiba-tiba terkena gatal-gatal.
Namanya juga manusia, walaupun kita punya kelebihan sekuat apapun, pasti akan terkena imbasnya, atau side effect dari apa yang menyerang.
Aku menenangkan Alma dan memintanya tinggal bersama Budi sementara. Aku bersyukur ada tol baru dan tidak macet jadi aku bisa sampai dalam waktu 6 jam.
Rekor terbaru, aku memutuskan untuk menghubungi kuncennya karena aku harus mandi dan bersiap masuk ke sana sebelum jam 9 pagi.
Berkendara malam, dok: pixabay
"Jadi gimana ini?," tanya Nath ke Budi.
ADVERTISEMENT
"Kita tunggu Wisnu balik dulu," jawab Budi kemudian.
"Kak Nath, aku mesti gimana?," tanya Alma.
"Banyak berdoa, gue mau telepon orang dulu, lu banyak dzikir, gue tadi udah pasang pager sementara," kata Nath.
"Bang Bud, ini kenapa kaya gini sih?, aku kan nggak tau apa-apa bang, kok bisa aku yang kena," tanya Alma ke Budi.
"Gue juga nggak tau neng, yang paham kaya gini kan kaka lu, Nath, sama Wisnu, gue mah cuma tim hore sekaligus timses urusan perut kalian hahaha," ucap Budi menghibur Alma.
Kemudian Alma dan Budi terdiam, mereka memikirkan langkah apa selanjutnya, dan juga memikirkan banyak hal, karena Nath sibuk dengan gawainya, menelefon Aryasatya dan Ajengan.
Aku memang sudah mewanti-wanti mereka untuk tidak menggangguku sementara waktu karena aku sedang menepi di salah satu tempat leluhur yang mana bekas pertapaannya akan mengikuti ukuran yang mendudukinya.
ADVERTISEMENT
Jika tidak pas, maka dipastikan bukan garis keturunan beliau, hanya mengaku-aku atau hanya kebanggaan dan kesombongan semu. Di tempat itu, banyak hal yang aku alami, sampai pada akhirnya, entah pukul brapa, aku melihat jawaban yang aku cari, bahwa yang kami hadapi kali ini tidak main-main, kami harus berhadapan dengan salah satu ilmu kuno tentang tumbal.
Tumbal Anggara Kasih namanya, tumbal ini bukanlah tumbal main-main karena selain menyangkut nyawa, suruhannya pun tidak main-main. Bukan hanya sekelas pocong, kunti, genderuwo atau buto ijo dan sebangsanya.
Melakukannya pun tidak sembarangan karena pelaku tumbal ini, biasanya harus memakan mayat yang meninggal pada hari Anggara Kasih atau Selasa Kliwon.
Jika kalian pernah mendengar kenapa makam orang-orang yang meninggal di Selasa Kliwon harus dijaga, mungkin ini salah satu alasannya.
ADVERTISEMENT
Memakan di sini tentunya bukan memakan dalam arti sesungguhnya, melainkan mengambil hawa murni dari mayat tersebut dengan cara bertatap langsung dengan mayatnya, disertai dengan membaca mantra-mantra tertentu, dimana mantra yang dibaca dengan pelafalan Jawa kuno.
Namun banyak yang menyelewengkannya menjadi "mengawini" mayat atau bersetubuh. Jadi untuk mendapatkan apa yang diinginkan, harus mau bersetubuh dengan mayat yang meninggal pada malam Anggara Kasih.
Karena sudah mendapatkan jawaban yang aku butuhkan, aku memilih untuk secepatnya kembali ke ibukota, mengingat nyawa adikku yang sudah dalam bahaya, dikarenakan sudah 2 minggu ia menggendong suruhan dari si empunya Tumbal Anggara Kasih.
Sementara itu di Jakarta
Nath, Budi, Bimo, dan Aryasatya, sedang berdiskusi untuk mencari solusi atas apa yang menimpa Alma, karena ini tidak bisa sembarangan dan harus ada perhitungan tertentu.
ADVERTISEMENT
Mendadak mereka mengalami hal-hal yang tidak masuk akal. Ketika mereka sedang asyik berdiskusi ternyata kondisi anak buahku dan Alma semakin memburuk. Bahkan malam itu Alma terkena tantrum hingga muntah darah.
Malam itu benar-benar mencekam, aku sudah tidak bisa berfikir lagi tentang kecepatan mobil yang aku kemudikan saat itu, karena di dalam fikiranku hanya berisi tentang keselamatan banyak orang. Bahkan akupun tidak lagi mengingat bahwa hari itu adalah Selasa Kliwon.
Bersambung...