Sumpah Pemuda, dan Pergerakan Blogging

Dumas Radityo
bukan #pengaduanmasyarakat #dumas | #sesdilu62 | jika sopir berbahaya hubungi @lunamanda | jangan pipis berdiri di toilet duduk, terima kasih
Konten dari Pengguna
28 Oktober 2018 12:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dumas Radityo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tanggal 28 Oktober selalu menempati ruang sakral di hati masyarakat Indonesia. Suatu kesakralan yang terlahir karena adanya semangat pemersatu kebhinnekaan atas keberagaman, meleburkannya menjadi kesatuan tunggal, mengubahnya menjadi semangat ke-ika-an, bangsa Indonesia, atas nama pergerakan perlawanan terhadap penjajahan.
ADVERTISEMENT
Semangat kebangsaan inilah yang tergagas 90 tahun lalu oleh sejumlah organisasi kepemudaan, untuk menyatukan semangatnya, menjadi ruh pembentuk negara kesatuan di atas sendi-sendi primordialisme kedaerahan, membedakannya dengan bangsa penjajah dalam bingkai Indonesia.
(Foto: Kongres Pemuda 28 Oktober 1928, wikipedia.com)
Apakah semangat pemersatu tersebut masih menemukan ghirah-nya di tengah hingar-bingar kondisi sosial masyarakat yang diakui atau tidak mengalami polaritas perpecahan?
Apakah pemuda Indonesia sebagai generasi kekinian telah mengalami kesenjangan, dan ketimpangan semangat, dibandingkan dengan para pemuda generasi terdahulu, generasi terdahulu yang telah melahirkan sejumlah Bapak Bangsa, menghidupkan revolusi dalam narasi sejarah perjuangan, dan menahbiskan kemerdekaan atas Indonesia?
Generasi Kekinian, dan Sumpah Pemuda
Menempatkan sumpah pemuda dalam kondisi kontekstual generasi kekinian nampaknya perlu dilakukan guna menggali, dan menakar peran pemuda dalam konteks kesakralan sumpah pemuda, dan kebangsaan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks kekinian yang terjadi pada dasawarsa terakhir adalah perkembangan teknologi yang meluas, dan penggunaan internet yang semakin merambah hingga pelosok nusantara. Melalui penggunaan internet tersebutlah bertumpu semangat kebangsaan Indonesia yang tetap berkobar dalam sanubari pemuda Indonesia generasi kekinian.
Lazim terlupa, bahwa pada tanggal 27 Oktober, atau sehari sebelum hari sumpah pemuda tanggal 28 Oktober, Pemerintah Indonesia telah mencanangkannya sebagai hari blogger nasional. Tepatnya pada tahun 2007, Menteri Komunikasi dan Informatika RI, Muhammad Nuh, telah menyatakan tanggal 27 Oktober sebagai pesta blogger nasional, menekankan peran pentingnya blog yang kebanyakan dikelola oleh pemuda generasi kekinian.
(Foto: Ilustrasi blogger, pixabay.com)
Blog, dan Pengakuan Eksistensi Pemuda
Blog sejatinya adalah suatu laman tulisan yang termuat sebagai posting pada sebuah halaman web umum. Blog mulai banyak dikenal penggunaannya di kalangan generasi kekinian pada tahun 2005-an, ketika sejumlah halaman web umum seperti blogger.com, dan wordpress.com mulai membuka laman hosting yang bisa digunakan oleh peselancar jejaring dunia maya untuk menempelkan tulisan-tulisan ringan tentang kesehariannya.
(Foto: Ilustrasi wordpress, pixabay.com)
ADVERTISEMENT
Dalam blog tersebutlah pemuda generasi kekinian berupaya menemukan pengakuan atas jati dirinya, sebuah identitas yang perlu ditunjukkan, guna menunjukkan eksistensinya melalui dunia maya.
Pengakuan eksistensi pemuda inilah yang sejatinya menjadi ghirah yang sesungguhnya dari sumpah pemuda. Sebuah ghirah untuk mendobrak sekat kekerdilan yang dahulu terkekang oleh penjajahan.
Seperti halnya pemuda generasi terdahulu, bagi generasi kekinian, pemuda menggunakan blog untuk mendorong pengakuan eksistensinya, menembus kekerdilan pergaulan yang disematkan oleh globalisasi. Pengakuan eksistensi pemuda dalam lalu lintas penggunaan internet berupa blog inilah yang nampaknya perlu untuk dimanfaatkan untuk menunjukkan semangat kebangsaan Indonesia.
Blog saat ini tidak lagi hanya berupa dongengan keseharian pemuda, generasi kekinian telah mengubahnya menjadi sarana penyampaian perkembangan pembangunan Indonesia. Pemanfaatan media blog oleh sejumlah industri pewarta nasional yang dulu hanya berkutat di seputar media cetak menjadi bukti nyata adanya penyesuaian dengan keperluan pemuda generasi kekinian.
ADVERTISEMENT
Terbitlah saat ini sejumlah media berbasiskan blog, kumparan.com adalah salah satunya, mendorong partisipasi aktif pemuda generasi kekinian dalam bentuk citizen journalism untuk mendobrak ketertutupan demi memperjuangkan transparansi pemberitaan.
(Foto: pribadi/istimewa, ilustrasi nilai kejuangan dalam perlombaan panjat pinang)
Pada citizen journalism, dua poin utama, partisipasi, dan transparansi, nampaknya adalah sesuatu yang perlu dikedepankan dalam setiap pemanfaatan blog untuk pemberitaan oleh pemuda generasi kekinian.
Untuk itu, diperlukanlah adanya infrastruktur peraturan nasional yang tidak hanya menjaga profesionalitas, dan keakuratan suatu pemberitaan yang diwartakan, tetapi juga mampu untuk menumbuhkembangkan partisipasi dan transparansi pemberitaan oleh pemuda generasi kekinian dalam blog-nya.
Dalam hal ini, Pemerintah perlu senantiasa menjaga ghirah semangat kebangsaan Indonesia dalam sumpah pemuda terhadap seluruh pemuda generasi kekinian melalui pemanfaatan blog sebagai suatu citizen journalism. Citizen journalism dapat difungsikan sebagai suatu basis demokrasi, mendorong partisipasi aktif pemuda generasi kekinian dalam proses sosial untuk mendukung, dan juga mewartakan keberhasilan pembangunan.
ADVERTISEMENT
Semoga, dengan demikian, ghirah kebangsaan Indonesia dalam sumpah pemuda dapat tetap terjaga pada pemuda generasi kekinian, dan generasi seterusnya. Akhirul kalam, sebagaimana diasosiasikan setiap filsuf Hegelianisme, seluruh zaman akan memiliki jiwa (zeitgeist) yang membentuk karakter di setiap generasinya.
***