Melayani Dengan Hati, Viral Pada Waktunya

Konten dari Pengguna
28 Januari 2018 19:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari E.P. Christ tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Melayani Dengan Hati, Viral Pada Waktunya
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
"Viral pada waktunya," ungkap Andanu Prasetyo (Founder Toko Kopi Tuku), saat diskusi interaktif The Expert di Kumparan Pejaten Jakarta Selatan pada 23 Januari 2018 lalu. Tyo, panggilan akrab Andanu Prasetyo, berprinsip bahwa usahanya tak perlu mengandalkan viral pada media sosial. Viral itu hanyalah bonus, ketika sudah dapat memenangkan hati konsumen. Tyo tak menyangka bahwa Presiden Joko Widodo pada awal Juli 2017 lalu, telah berkenan mengunjungi Toko Kopi Tuku. Tak pelak ketika Joko Widodo melakukan VLog, otomatis berita kunjungannya sontak menjadi viral. Laris Manis...
ADVERTISEMENT
"Forget Viral Marketing -- Make the Product Itself Viral"
~ Sinan Aral & Dylan Walker
Melayani Dengan Hati, Viral Pada Waktunya (1)
zoom-in-whitePerbesar
Semua ini berawal dari Tyo yang berkuliah di Sekolah Bisnis Prasetya Mulya. Alasannya karena kebetulan trayek angkutan kota ke kampus tersebut sejalan dengan lokasi tempat tinggalnya. Maka akhirnya Tyo mencoba kuliah bisnis, meskipun keluarga besarnya tak ada yang menjadi pebisnis.
Ketika melaksanakan tugas perkuliahan, Tyo mendirikan Komodo Coffee (2008 - 2009). Lalu di tahun 2010, mendirikan Toodz House Cafe, yang masih berjalan hingga kini. Kemudian Tyo mendirikan Coffee on Wheels pada tahun 2013, namun hanya berjalan selama dua tahun saja. Dari pengalaman ini telah dapat dibedakan antara apakah itu kegiatan dan bisnis. Kalau dalam sebuah kegiatan, tak memiliki unsur investasi dan risiko. Sementara dalam bisnis memiliki kedua unsur tersebut.
ADVERTISEMENT
Nah di tahun 2015, Tyo kembali mencoba konsep bisnis kopi yang lebih berbeda. Toko Kopi Tuku, itulah nama kedai yang digunakan. Dalam peta persaingan industri kopi, ada tiga segmentasi yaitu warung kopi (warkop), chain & artisan. Posisi Tuku berada diantara konsumen warkop dan chain.
Melayani Dengan Hati, Viral Pada Waktunya (2)
zoom-in-whitePerbesar
Es Kopi Susu Tetangga dengan penggunaan gula aren serta harga Rp. 18 ribu yang sangat terjangkau ini, inilah salah satu faktor kunci sukses Tuku yang mampu mengakomodir kebutuhan minuman kopi yang fungsional bagi para tetangganya (baca: para pelanggan yang tak jauh dari tokonya). Bahkan ini merupakan salah satu menu favorit para driver kendaraan online.
Maka tak mengherankan pada hari-hari tertentu, Tyo menyempatkan waktu mengajak mereka untuk bermain futsal bersama. Keakraban ini sempat memberikan kejutan pada suatu waktu, ketika itu rombongan driver berbondong-bondong mendatangi Tyo. Sempat terpikir apakah sedang mau ada unjuk rasa. Oh ternyata, mereka rela patungan membeli kue tart untuk merayakan ulang tahun dirinya...
ADVERTISEMENT
Nama Tuku berasal dari bahasa Jawa yang bermakna Membeli. Tuku merupakan nama yang simpel dan ingin menggambarkan kopi lokal yang dapat dibeli setiap hari. Nama unik ini juga dapat diplesetkan entah itu menjadi Tukul dan sebagainya. Awalnya, Kopi Tuku merupakan toko kecil yang berlokasi di Kelurahan Cipete. Seiring keramaian antrian pengunjung dan mulai merasa tak enak mengganggu tetangga kiri kanan yang juga merupakan tempat aktivitas usaha, maka Kopi Tuku pun membuka beberapa kedai sesuai konsep peruntukan masing-masing. Termasuk toko yang khusus melayani pemesanan online yang dilakukan oleh driver, sehingga tak mengganggu kepadatan aktivitas toko yang di Cipete.
Untuk bahan kopi lokal terbaik, Tyo mendatangkannya dari Aceh. Sebuah paguyuban tani yang menjadi pemasoknya, benar-benar fair memberikan harga yang sangat pantas dan tak terlalu mengambil keuntungan besar. Tyo sangat respek dengan sikap para petani rekanannya. Meskipun Tyo juga memiliki rekanan pemasok lain yang dapat dikategorikan tengkulak, namun tak mempermasalahkan mau mengeruk keuntungan berapa pun. Namun hal ini dapat dikompromikan dengan aturan main yang jelas dan sesuai kualitas standar keinginan Tyo sendiri.
ADVERTISEMENT
Tyo mengakui dirinya itu agak pemalas. Maka dalam menjalankan usahanya dilakukan sendiri tanpa berpartner. Ini dilakukan untuk menghindari komitmen membuat laporan kinerja usaha serta pengambilan keputusan bersama. Tyo merasa memiliki kebebasan waktu dalam mengatur ritme kerja maupun pengawasan keuangan harian.
Saat ini negara maju telah banyak ditopang oleh kontribusi para wirausahawan. Jumlah wirausahawan Singapura telah mencapai 7% serta Amerika Serikat mencapai 12%, dari total populasi penduduknya. Tyo berharap pertumbuhan jumlah wirausahawan Indonesia yang baru 3,1%, dapat terus bertambah agar dapat menumbuhkan perekonomian yang riil.