Dialog Lintas Agama: Bangun Toleransi dan Harmoni Internasional

Edwien Satya
minum kopi, nonton film, jalan-jalan, kadang-kadang kerja juga
Konten dari Pengguna
13 Maret 2019 23:56 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Edwien Satya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia sebagai negara majemuk yang kaya akan ragam budaya etnis dan agama, dikenal memiliki masyarakat yang berkarakter saling menghormati. Menurut catatan Biro Pusat Statistik tahun 2010, terdapat 1340 suku bangsa dan 1211 bahasa di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Untuk sebuah negara yang berpenduduk 267 juta jiwa, menjaga toleransi antarsuku dan menangkal potensi konflik jadi tantangan tersendiri. Namun, semangat dan nilai-nilai persatuan di indonesia telah terbangun jauh sejak zaman kolonisasi, di mana tiap suku dan agama bersatu dalam menggabungkan kekuatan untuk mengusir para penjajah. Hal ini yang kemudian menjadi modal untuk membangun bangsa yang besar, serta dihormati bangsa-bangsa lain di dunia.
Pemerintah dan para pemuka agama di Indonesia senantiasa membangun karakter untuk saling menghormati dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama, dengan tujuan menciptakan kedamaian. Karena perdamaian harus diperjuangkan.
Tanpa perdamaian di masyarakat, sulit untuk mencapai kesejahteraan, peningkatan ekonomi, dan kestabilan politik. Untuk mencapai semua itu, diperlukan keharmonisan dan kerja sama sosial dalam bermasyarakat.
ADVERTISEMENT
Si vis pacem, para bellum
Namun tampaknya, di dunia ini belum ada perdamaian abadi. Selalu ada celah untuk melahirkan konflik.
Seorang filsuf Jerman, Immanuel Kant, dalam salah satu bukunya yang paling terkenal, yaitu Perpetual Peace (Kedamaian Abadi), menuliskan gagasan bagi negara dan masyarakat dunia untuk bisa mencapai kedamaian yang abadi. Dalam buku yang diterbitkan pada tahun 1795 itu, ia menulis pemikirannya bahwa meskipun alam memisahkan manusia dengan perbedaan bahasa dan agama, tetapi alam juga memberikan kebutuhan manusia satu terhadap lainnya, sehingga kebutuhan untuk hidup berdampingan dengan damai itu selalu ada.
Guna menciptakan kehidupan bermasyarakat yang damai, negara berperan untuk mengupayakan pencapaian integrasi nasional dengan cara menjaga keselarasan antarbudaya dan agama. Salah satu upaya yang sering kali dan telah dilakukan adalah dengan menyelenggarakan dialog lintas agama.
ADVERTISEMENT
Dialog lintas agama merupakan wadah dalam meningkatkan hubungan, baik antarumat beragama melalui diskusi dan kolaborasi, serta menjadi instrumen pemajuan demokrasi, perlindungan hak asasi manusia, dan kebebasan fundamental, termasuk kebebasan untuk berpendapat, memeluk agama, serta berekspresi. Pemeliharaan kerukunan umat beragama merupakan upaya bersama umat beragama maupun pemerintah atau organisasi di bidang pelayanan, pengaturan, dan pemberdayaan umat beragama.
Melalui upaya ini, benturan perbedaan agama dapat dikikis dan terciptanya proses harmonisasi beragama. Beragam institusi pemerintah maupun institusi kemasyarakatan, mulai dari tingkat kota hingga desa, telah lama menjalankan dialog ini.
Banyak cerita sukses yang luput dari liputan media mainstream atas hasil positif dari program ini. Namun juga terdapat konflik-konflik dalam masyarakat modern yang terkait keagamaan. Negara bersama masyarakat harus selalu siap untuk memerangi konflik. Siapa menginginkan perdamaian, bersiaplah untuk perang (si vis pacem, para bellum).
ADVERTISEMENT
Peran Diplomasi Indonesia
Kesuksesan program dialog lintas agama di Indonesia telah menjadi salah satu fitur soft power diplomacy Indonesia. Soft power diplomacy adalah konsep diplomasi non tradisional yang mulai berkembang pasca abad ke-21.
Joseph Nye, seorang ilmuan politik terkenal asal Amerika Serikat, menjelaskan definisi soft power diplomacy sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi negara lain melalui kerja sama dalam membentuk agenda, mengajak, serta melakukan kegiatan positif untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Jadi model diplomasi ini dilakukan melalui keinginan masing-masing pihak dengan sukarela serta hasilnya memberikan kontribusi positif bagi setiap pihak yang terlibat.
Melalui film-film yang diselipkan propaganda, Amerika Serikat mencoba mempengaruhi pandangan publik internasional terhadap citra negaranya. Melalui K-Pop, Korea Selatan gencar mencuri perhatian generasi milenial, untuk mempromosikan budayanya.
Dialog Lintas Agama pertama lndonesia-Australia, digelar di kota Bandung (13-14 Maret 2019)
Melalui dialog lintas agama, Indonesia berupaya membangun citra negara demokrasi yang damai. Namun melalui program ini, Indonesia juga mengajak peran aktif negara lain untuk secara bersama menyelenggarakan dialog.
ADVERTISEMENT
Kepada mitranya, Indonesia menekankan bahwa dialog lintas agama merupakan wadah dalam meningkatkan hubungan, baik antarumat beragama melalui dialog dan kolaborasi, serta menjadi instrumen pemajuan demokrasi, perlindungan hak asasi manusia, dan kebebasan fundamental, termasuk kebebasan untuk berpendapat, memeluk agama, serta berekspresi.
Dialog lintas agama telah menjadi fitur tetap diplomasi publik Indonesia sejak 2004. Hingga saat ini, Indonesia telah memiliki 32 negara mitra untuk dialog lintas agama secara bilateral.
Indonesia juga aktif mempromosikan dialog lintas agama pada tataran regional, seperti pada forum APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation), ASEM (Asia-Europe Meeting), dan MIKTA (Mexico, Indonesia, South Korea, Turkey and Australia), serta pada tataran global atau multilateral, seperti melalui forum UNAOC (United Nations Alliance of Civilizations).
Dialog lintas agama dengan MIKTA, di kota Malang (17-19 Oktober 2018)
Dengan program ini, Indonesia mengajak mitranya untuk bersama-sama memperjuangkan perdamaian dunia dengan cara meningkatkan dan membangun hubungan, baik jangka panjang antaragama maupun kebudayaan, menekan persepsi-persepsi negatif antaridentitas yang berbeda, dan mengatasi radikalisme.
ADVERTISEMENT
Kesamaan dalam hal keberagaman, khususnya dari segi etnik, bahasa, dan agama merupakan hal yang menjadikan dialog lintas agama dengan negara lain menjadi penting. Kedua negara dapat saling belajar dari pengalaman dan praktik-praktik terbaik yang telah dilaksanakan untuk menjaga keharmonisan dalam keberagaman di masing-masing negara.
Menlu RI, Retno Marsudi, menyatakan bahwa dialog lintas agama sudah cukup lama menjadi soft power diplomacy Indonesia. Kemajemukan menjadi aset Indonesia. Indonesia berada dalam garda terdepan dalam peningkatan dialog lintas agama dan akan terus mendorong kerja sama dengan pusat-pusat lintas agama di berbagai negara di dunia.