Cerita 18 Siswa Pulau Anambas Arungi Laut China Selatan Demi Tes STAN

23 April 2017 17:33 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Setidaknya memakan 12 jam dari Anambas ke Batam (Foto: Facebook/Wahyu Tero Primadona)
Meskipun tinggal di pulau terpencil yang jauh dari peradaban, anak-anak Pulau Anambas, Kepulauan Riau, tetap semangat meraih mimpi menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Keinginan untuk mengubah nasib dengan bersekolah di kampus yang dibiayai negara dan bisa langsung bekerja sebagai pegawai negeri, membuat mereka rela mengarungi Laut China Selatan selama 12 jam untuk menuju lokasi tes di Batam.
ADVERTISEMENT
Namun, perjuangan 18 siswa SMAN 1 Pamatak, Kepulauan Anambas tersebut berakhir sia-sia. Karena keterbatasan akses informasi, mereka terlambat mengetahui tentang proses daftar ulang, sehingga mereka tidak bisa ikut ujian. Salah seorang guru di SMA tersebut, Wahyu Tero Primadona, menumpahkan kekecewaannya itu melalui postingan di akun Facebooknya hari ini.
Menurut Wahyu, ini adalah kali pertama siswa-siswi dari sekolah tersebut mengikuti tes sekolah ikatan dinas di STAN. Delapan belas siswa-siswi yang sebagian besar adalah anak nelayan tersebut, sudah mendaftar melalui laman Panitia Seleksi Nasional STAN, membayar biaya pendaftaran sebesar Rp 250 ribu per orang, dan mencetak bukti pendaftaran online.
Anak Anambas mengikuti tes STAN di Batam (Foto: Facebook/Wahyu Tero Primadona)
Sayangnya, mereka terlambat mendapatkan informasi soal tahap terakhir mengikuti tes, yaitu pencetakan Bukti Peserta Ujian (BPU) yang harus dilakukan di kantor perwakilan di Batam, pada tanggal 27 Maret hingga 4 April 2017, sedangkan tes dijadwalkan pada 23 April 2017.
ADVERTISEMENT
"Jujur info mengenai mencetak BPU pada tanggal tersebut terlambat sampai ke saya, dan saya akui itu adalah kekurangan kami. Akhirnya saya dan siswa pada 20 April berangkat ke Batam, keesokan harinya saya menuju kantor tempat pencetakan BPU. Alangkah kecewanya saya dan siswa bahwa waktu telah lewat dan kami tidak bisa ikut ujian," tulis Wahyu.
Tak ingin impian siswa-siswinya kandas, Wahyu dan Kepala Sekolah SMAN 1 Palmatak langsung menemui panitia untuk meminta keringanan. Menurutnya, jadwal pencetakan BPU itu bertepatan dengan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) dan Ujian Sekolah Tingkat SMA, sehingga mereka juga tidak sempat mendapatkan informasi lanjutan.
ADVERTISEMENT
Anak Anambas yang mengikuti tes STAN (Foto: Facebook/Wahyu Tero Primadona)
"Saya sedih bagaimana perasaan para siswa, guru dan para orangtua mengenai kondisi ini. Perjuangan 12 jam mengarungi Laut China Selatan dengan 3 kali ganti kapal, tenaga yang terkuras, perasaan sedih, harapan orang tua yang besar, biaya yang dikeluarkan orang tua tua sia-sia karena gagal mengikuti ujian tanggal 23 April di Poltek Batam," tuturnya.
Melalui postingannya tersebut ia juga meminta agar pemerintah, terutama Kementerian Keuangan dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, memberikan perlakuan khusus kepada mereka yang berada di daerah 3T (terluar, terdepan dan terbelakang) itu, dan ia tambahkan 1 T lagi yaitu terbengkalai. Bahkan, ia menyesalkan kelakuan panitia yang untuk sekedar menemui siswa-siswinya secara langsung untuk memberi penjelasan, tidak dihiraukan.
ADVERTISEMENT
Anak Anambas gagal mengikuti tes STAN (Foto: Facebook/Wahyu Tero Primadona)
"Permintaan saya agar panitia mau menemui siswa/i dan memberikan penjelasan atau sedikit motivasi walau sekedar menghibur, namun jangankan untuk melakukan itu malah mereka tidak beranjak dari tempat duduk," ungkap Wahyu.
Selanjutnya, ia berencana tetap membawa siswa-siswinya untuk tetap ke lokasi ujian yang jatuh pada hari ini. Bukan bermaksud mengganggu peserta lain tapi hanya memberikan pengalaman kepada siswa bahwa ujian seperti inilah yang tidak bisa mereka ikuti.
Anak Anambas gagal mengikuti tes STAN (Foto: Facebook/Wahyu Tero Primadona)
"Di Kepulauan Anambas negara hadir dalam program Tax Amnesty Kemenkeu tapi Kemenkeu tidak bisa hadir memberikan kemudahan bagi generasi bangsa," tulisnya.
"Sekali lagi saya tidak mengintervensi panitia, hanya saja saya perlu sampaikan bahwa untuk ke depannya perlu dipertimbangkan segala kemungkinan dan kemudahan untuk daerah tertentu. Mungkin pihak PKN STAN bisa tempatkan satu panitia di daerah 3T," tambahnya.
ADVERTISEMENT