PLN Raup Laba Bersih Semester I-2017 Rp 2,3 Triliun, Turun 70 Persen

29 Juli 2017 11:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sambungan Listrik PLN (Foto: Dok. PLN)
zoom-in-whitePerbesar
Sambungan Listrik PLN (Foto: Dok. PLN)
ADVERTISEMENT
Sepanjang enam bulan pertama tahun ini, PT PLN (Persero) mencatatkan laba bersih sebesar Rp 2,3 triliun. Angka ini menunjukkan penurunan 70,8 persen dibandingkan laba bersih semester I-2016 yang sebesar Rp 7,9 triliun.
ADVERTISEMENT
Direktur Keuangan PLN Sarwono Sudarto menjelaskan, turunnya laba bersih ini disebabkan meningkatnya beban lain-lain di luar operasi sebesar Rp 3,1 triliun.
"Selain itu, laba bersih turun karena berkurangnya pendapatan selisih kurs sebesar Rp 2,1 triliun," kata Sarwono melalui keterangan resmi yang diterima kumparan (kumparan.com), Sabtu (29/7).
Beban-beban tersebut menggerus laba bersih PLN, meskipun sepanjang semester I-2017 perusahaan mencatatkan kenaikan laba operasi sebesar 12,84 menjadi Rp 17,6 triliun. Sementara itu, nilai penjualan tenaga listrik PLN selama periode enam bulan tahun 2017 mengalami kenaikan sebesar 13,22 persen menjadi Rp 118,5 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 104,7 triliun. Pertumbuhan penjualan ini berasal dari kenaikan volume penjualan menjadi sebesar 108,4 Terra Watt hour (TWh) atau naik 1,17 persen dibanding periode sama tahun lalu sebesar 107,2 TWh. 
ADVERTISEMENT
"Peningkatan penjualan tersebut sejalan dengan keberhasilan PLN selama semester pertama tahun 2017 menambah kapasitas pembangkit sebesar 1.663 MW yang berasal dari Pembangkit PLN sebesar 463 MW dan tambahan kapasitas dari Independent Power Producer (IPP) sebesar 1.199 MW. Serta menyelesaikan 1.489 kilometer sirkuit (kms) jaringan transmisi dan Gardu Induk sebesar 5.750 MVA," ungkap Sarwono.
Peningkatan konsumsi kWh ini juga didukung dari adanya kenaikan jumlah pelanggan dimana sampai dengan akhir semester I tahun 2017 telah mencapai 65,9 juta atau bertambah 1,6 juta pelanggan dari akhir tahun lalu sebesar 64,3 juta pelanggan. Kenaikan konsumsi kWh tersebut di dominasi oleh konsumsi listrik di golongan tarif industri. 
Sarwono memaparkan, bertambahnya jumlah pelanggan ini juga mendorong kenaikan rasio elektrifikasi nasional yaitu dari 91,16 persen pada 31 Desember 2016 menjadi 92,79 persenpada 30 Juni 2017.
ADVERTISEMENT
Meskipun pada paruh pertama 2017 ini beberapa kondisi makro yang mempengaruhi penyesuaian tarif tenaga listrik yaitu kurs dolar AS, Indonesia Crude Price (ICP) dan/atau Inflasi mengalami kenaikan dibanding dengan acuan APBN. Namun demi mendukung kepentingan masyarakat serta untuk menjaga agar sektor bisnis dan industri tetap kompetitif, PLN memutuskan untuk tidak menaikkan tarif. PLN melakukan efisiensi pada beberapa elemen biaya operasi yang berada dalam kendali perusahaan, untuk menutup kekurangan marjin usaha tersebut.
Seiring dengan meningkatnya produksi listrik, beban usaha perusahaan naik sebesar Rp 9,2 triliun atau 7,65 persen menjadi Rp 128,9 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 119,7 triliun. 
Beban usaha yang mengalami kenaikan terbesar adalah beban pembelian tenaga listrik yang mengalami kenaikan sebesar Rp 6,7 triliun (24 persen) dibanding periode yang sama tahun lalu, sehingga menjadi Rp 34,6 triliun. Selain itu, beban bahan bakar juga meningkat dari Rp 52 triliun pada Juni 2016 menjadi Rp 55,3 triliun pada Juni 2017.
ADVERTISEMENT
Penyebab utama kenaikan beban pembelian tenaga listrik dan beban bahan bakar ini adalah naiknya harga rata-rata Indonesia Crude Price (ICP) sebesar 35,22 persen yang mendorong kenaikan harga BBM, dan naiknya rata-rata Harga Batubara Acuan (HBA) sebesar 58,61 persen yang mendorong kenaikan harga batu bara.