Kebangkrutan Ekonomi Venezuela

Asmiati Malik PhD
International Relations - International Political Economist - Young Scholars Initiative - Senior researcher at AsianScenarios - Dosen Hubungan Internasional Universitas Bakrie
Konten dari Pengguna
29 Mei 2018 12:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asmiati Malik PhD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Orang-orang mengumpulkan sampah makanan di depan pasar Coche, Caracas (Foto: AP/Fernando Llano)
zoom-in-whitePerbesar
Orang-orang mengumpulkan sampah makanan di depan pasar Coche, Caracas (Foto: AP/Fernando Llano)
ADVERTISEMENT
Mata dunia belakangan ini tertuju pada kondisi perekonomian Korea Utara dan progress denuklirisasi - diplomasi perdamaian US dengan Korea Selatan. Tapi Korea Utara bukan satu-satunya negara sosialis yang dilanda kondisi ekonomi yang begitu buruk, bahkan diperkirakan ada negara yang kondisi ekonominya tidak lebih baik dari Korea Utara, dan negara itu adalah Venezuela.
ADVERTISEMENT
Venezuela adalah negara yang berada di Amerika Latin dengan ibu kota Caracas. Venezuela berbatasan dengan Columbia, Guyana dan Brazil. Venezuela pernah menganut paham sosialist demokrasi sebelum menganut sosialist otoriter. Akar pemasalahan ini dimulai ketika dimasa pemerintahan Hugo Chavez selama 14 tahun dari 1999 -2013.
Chaves sendiri merupakan politisi dengan latar belakang militer dengan pangkat letnan colonel. Chaves memenangkan pemilu pada tahun 1998 dan terpilih menjadi presiden ke 64, setelah sebelumnya gagal melakukan pemberontakan melawan kepemimpinan Rafael Caldera.
Chaves merupakan anak didik dari Fidel Castro (Presiden Cuba yang menjabat lebih dari 52 tahun). Sehingga pemikirannya sangat dipengaruhi oleh pemikiran Castro. Chaves bahkan menjual harga minyak yang sangat murah ke negara-negara latin seperi ke Cuba untuk ditukar dengan jasa dokter dari Cuba.
ADVERTISEMENT
Venezuela dibawah kepemimpinan Chaves menjiplak model ekonomi dari Cuba dengan memberikan kekuasaan yang penuh pada negara untuk mengontrol ekonomi, merampas hak-hak perusahaan privat dengan menasionalisasi ribuan perusahaan privat dan industri menjadi perusahaan milik negara. Chaves juga memanipulasi mata uang, mengontrol media massa dan membatasi hak-hak warga sipil. Paham sistem ekonomi ini kemudian dikenal dengan Chavismo yang kemudian dilanjutkan oleh presiden selanjutnya Nicolas Maduro.
Meskipun Chaves selalu memposisikan dirinya sebagai Bolivarianism, suatu paham yang diperkenalkan oleh Simon Bolivar yang intinya menggabungkan semangat sosialis, nasionalist patriotisme dan melawan ketidak adilan pada penjajahan, kesenjangan, dan korupsi. Akan tetapi pada prakteknya sangat jauh dari teori.
Kemiskinan dan Kejahatan Merajalela
Kebangkrutan Ekonomi Venezuela (1)
zoom-in-whitePerbesar
Penderita malaria menunggu penanganan didepan Rumah Sakit San Felix (Photograph: William Urdaneta/Reuters)
ADVERTISEMENT
Venezuela dulunya adalah negara amerika latin yang paling kaya dengan cadangan minyak paling besar di dunia, jauh lebih besar dari Arab Saudi. Akan tetapi beberapa tahun belakangan ini kondisi ekonomi politik Venezuela berubah menjadi begitu buruk dengan tingkat hiperinflasi mencapai 14000% ditahun 2018 dan tercatat sebagai negara tingkat inflasi paling besar di dunia, meskipun belum melampaui hiperinflasi di Zimbabwe sebesar 231,000,000% di tahun 2008. Sebenarnya hiperinflasi juga pernah menimpa negara-negara amerika latin lainnya termasuk Brazil, Mexico dan Argentina, akan tetapi tidak sebesar hiperinflasi yang menimpa Venezuela.
Tingkat pertumbuhan ekonomi sejak 2013 juga negative, bahkan mencapai -15% pada tahun 2016 dan tidak menunjukkan perbaikan berarti sampai sekarang.
Ini membuat konsidi Venezuela sekarang amat sangat menyedihkah, hampir 87% penduduk Venezuela hidup dibawah garis kemiskinan pada tahun 2017. Masyarakatnya dilanda kelaparan, dan mereka harus mengais-ngais tempat sampah untuk mencari makanan karena kurangnya pasokan makanan di toko-toko. Mereka juga harus antri berjam-jam (sampa tujuh jam) hanya untuk mendapatkan dua kantong terigu.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, obat-obatan juga hilang dipasaran dan ditambah lagi tingginya angka wabah malaria menyebabkan tingginya jumlah pasien yang harus antri diluar rumah sakit untuk menunggu penanganan dari pihak rumah sakit.
Selain itu angka kejahatan jalanan dan kasus pembunuhan juga sangat tinggi yang sebabkan oleh kegagalan dan frustasi ekonomi yang sangat besar serta maraknya perdagangan narkoba. Caracas sebagai ibu kota negara Venezuela bahkan dinobatkan sebagai ibu kota dengan tingkat kasus pembunuhan paling tinggi didunia dengan perbandingan 500:1 (artinya disetiap 500 orang setidaknya ada jumlah satu kasus pembunuhan). Dengan penduduk sebanyak 3 juta orang, berarti ada 6000 kasus pembunuhan di Caracas, dan dan dari keseluruhan kasus pembunuhan tersebut hanya 10% yang mampu ditangani oleh polisi.
ADVERTISEMENT
Venezuela negara yang gagal menjaga stabilitas ekonomi politiknya
Kebangkrutan Ekonomi Venezuela (2)
zoom-in-whitePerbesar
Supermarket kosong di Caracas (Photo: Jorge Silva/Reuters)
Sekarang Venezuela dipimpin dibawah kepemimpinan Nicolas Maduro, yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Venezuela dan sempat menjabat sebagai Wakil Presiden Hugo Chaves dan setelah itu diangkat menjadi Presiden setelah kematian Chaves. Tapi jauh sebelum itu Madoro hanyalan supir bus, dan pemimpim pergerakan buruh yang mendukung kemepimpinan Chaves. Dukungan politik ini menyebabkan Maduro terpilih menjadi Sekertaris Negara, wakil presiden dan pelanjut pemerintahan Chaves. padahal kalau dilihat dari latar belakang pendidikannya Maduro hanyalah lulusan SMA.
Kekuasaan yang diperoleh Maduro tidak lebih dari sebuah political kroni yang difalisitasi dan dibantu oleh Chaves. Kekuasaan tersebut tidak diperoleh berdasarkan pada prinsip siapa yang lebih patut, berkualitas dan memiliki kemampuan untuk membawa perekonomian Venezuela kearah yang lebih baik. Faktor politik yang didasarkan pada politik klientelisme. Sebuah sistem tatanan sosial yang dibentuk berdasarkan pada hubungan patronase antara orang yang berkuasa dengan orang yang diinginkan oleh pemegang kekuasaan untuk berkuasa.
ADVERTISEMENT
Sistem ini mirip pada kondisi perekonomian dimasa pemerintahan Presiden Suharto, meskipun juga masih berlangsung sampai sekarang, dimana anda bisa melihat banyak orang yang sepatutnya tidak menjabat suatu jabatan karena tidak memiliki kekampuan dan kecakapan akan tetapi tetap difasilitasi karena mereka memiliki hubungan yang erat dengan penguasa apakah itu merupakan hubungan keluarga atau hubungan politik saling menguntungkan (dukungan politik).
Sekarang Venezuela adalah negara yang bangkrut, mereka bahkan tidak memiliki dana untuk memproduksi minyak buminya sendiri padahal mereka adalah pemilik cadangan minyak terbesar dunia dengan lebih dari 302,250 juta barrels. Mereka tidak memiliki uang cash yang cukup.
Ini disebabkan larinya dana asing termasuk para investor asing yang memutuskan untuk membatalkan proyek investasi yang sedang berlansung seperi proyek General Motor. Para pemilik modal atau pemilik perusahaan pribadi melarikan dananya keluar negeri (disebut dengan capital flight), karena kebijakan Chaves yang menasionaliasi asset perusahaan pribadi kemilik negara menyebabkan ketakutan dari para pemilik modal sehingga mereka secara berjamaah meninggalkan Venezuela.
ADVERTISEMENT
Serta faktor lain yang tidak kalah besarnya seperti tidak lakunya surat utang negara yang benar-benar jatuh dibawah pemerintahan Maduro. Ini disebabkan oleh prospek usaha yang sangat tidak jelas dinegara tersebut, terlebih lagi tidak adanya jaminan usaha.
Semua permasalahan ini berakal pada sistem ekonomi dan politik yang sangat extractive, exploitative dan koruptif. Dengan bahasa lain sistem politik yang ada didesain hanya untuk memberikan manfaat untuk segelintir orang, dimana kekuasaan juga sangat terkonsentrasi pada orang-orang terdekat dengan pemilik kekuasaan, sehingga fungsi utama negara bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan rakyat akan tetapi untuk menfasilitasi kebutuhan politik golangan tertentu.