Kenapa Anda Suka Prokrastinasi?

Asmiati Malik PhD
International Relations - International Political Economist - Young Scholars Initiative - Senior researcher at AsianScenarios - Dosen Hubungan Internasional Universitas Bakrie
Konten dari Pengguna
6 Agustus 2019 15:21 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asmiati Malik PhD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi. (Soto: liberationist.org)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi. (Soto: liberationist.org)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Apakah Anda tipe orang yang suka berlama-lama menonton YouTube atau stalking teman dan strangers di media sosial? Atau, apakah Anda adalah orang yang suka nongkrong di kafe berjam-jam dengan niat ingin mencari suasana dan membangkitkan mood demi mendukung Anda untuk santai dan produktif tapi kenyataannya 'tidak'?
ADVERTISEMENT
Sekarang, coba tanya diri Anda sendiri, berapa lama waktu yang ada gunakan per hari untuk nongkrong dan bermedia sosial ria? Kalau Anda menghabiskan waktu lebih dari dua jam per hari untuk bermain media sosial dan internet yang tidak berhubungan dengan pekerjaan, maka Anda termasuk orang yang tidak produktif.
Bahkan, 29 persen orang di dunia ini rata-rata menghabiskan waktu dua jam untuk bermain internet. Kalau waktu yang Anda alokasikan lebih dari dua jam, maka Anda termasuk orang yang sangat tidak produktif. Chris Bailey dalam bukunya, The Productivity Project: Accomplishing More by Managing Your Time, Attention and Energy, mengasosiasikan orang yang sangat tidak produktif dengan orang malas.
Tentu istilah ‘tidak produktif’ hanyalah istilah ‘keren’ untuk individu yang menolak atau bahkan tidak tahu bagaimana mengalokasikan waktu mereka. Orang Indonesia pada umumnya terkenal dengan kebudayaan yang suka bersantai, yang dalam bahasa gaulnya disebut ‘woles’.
ADVERTISEMENT
Tentu, tidak ada yang salah dengan bersantai karena pada hakikatnya manusia memang membutuhkan masa di mana otak dan fisik harus rileks secara keseluruhan. Namun, jika bersantainya terlalu lama dan sering, maka bisa menyebabkan produktivitas jadi rendah.
Sebagai political economist, saya mengasosiasikannya dengan time economic (ekonomi waktu). Apa itu time economic? Economic time adalah nilai dari waktu yang Anda gunakan untuk menghasilkan produk. Apa pun jenis produk yang Anda hasilkan merefleksikan seberapa besar nilai waktu Anda per jam.
Sebagai perumpamaan, manusia rata-rata menghabiskan 8 jam untuk tidur, 1 jam untuk makan, dan 4 jam untuk kegiatan tambahan, mulai dari mandi hingga keperluan dasar lainnya. Secara keseluruhan, waktu yang dibutuhkan untuk kebutuhan dasar adalah 13 jam. Anda masih memiliki waktu 11 jam.
ADVERTISEMENT
Dengan 11 jam window time, Anda mengalokasikan waktu sekitar 8 jam untuk bekerja--kalau Anda pekerja kantoran. Anda masih memiliki waktu 3 jam untuk kegiatan yang produktif, seperti belajar skill baru, mengasah skill, membaca buku, dan berolahraga.
Singkatnya, Anda sebenarnya memiliki waktu yang cukup untuk membentuk diri menjadi pribadi yang produktif. Dengan catatan, kalau Anda memahami pentingnya alokasi waktu dan nilai dari waktu.
Ilustrasi prokrastinasi. Foto: Shutter Stock
Manusia pada alamiahnya mencari kesenangan (human seeking for pleasure). Prokrastinasi muncul karena otak merespons adanya tekanan, sehingga Anda merasa butuh rileks. Oleh karena itu, semakin besar tekanan pekerjaan dan semakin rumit pekerjaan tersebut, maka akan membuat Anda semakin lama untuk mengerjakannya.
ADVERTISEMENT
Bahkan pekerjaan yang membosankan menyebabkan individu gemar untuk menunda-nunda. Ini menjadi masalah besar kalau otak Anda sudah membentuk asosiasi yang kuat dengan pekerjaan dengan beban.
Dengan demikian, semakin singkat rentang waktu (window time) Anda, semakin besar hasrat untuk menunda melakukannya. Pada saat yang sama, otak akan membuat berbagai alasan supaya Anda bisa menyelesaikan pekerjaan Anda.
Misalnya, berapa kali Anda membuat alasan bahwa Anda hanya bisa bekerja di kafe dengan cahaya dan kopi favorit Anda? Tapi ketika Anda sudah sampai di kafe pilihan dan menikmati kafein idaman, ternyata Anda sama sekali tidak produktif.
Pertanyaannya kemudian, kenapa itu bisa terjadi? Jawabannya sederhana, otak sedang mengasosiasikan Anda dalam tekanan dan berusaha mencari ekstra window time, di mana Anda berpikir bahwa masih ada waktu lain untuk menyelesaikan tugas tersebut.
ADVERTISEMENT
Pada saat yang sama, Anda sebenarnya membiarkan diri Anda diatur secara autopilot oleh otak Anda, sama logikanya ketika Anda bernapas. Padahal Anda juga memiliki kemampuan untuk mengontrol otak dalam bentuk rasionalitas yang dibentuk.
Oleh karena itu, ahli psikologi menganjurkan untuk segera melakukan tugas Anda demi menghindari semakin besarnya tekanan dari otak dan akumulasi stres untuk menuntaskan pekerjaan, juga pada saat yang sama untuk berelaksasi. Dengan begitu, otak tidak akan menavigasi Anda secara otomatis dalam merespons alokasi waktu untuk menjadi pribadi yang lebih produktif.