news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Perang Teknologi 5G ala Huawei

Asmiati Malik PhD
International Relations - International Political Economist - Young Scholars Initiative - Senior researcher at AsianScenarios - Dosen Hubungan Internasional Universitas Bakrie
Konten dari Pengguna
24 Mei 2019 3:50 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asmiati Malik PhD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Foto: Thomas Peter/Reuters
Google baru saja memutuskan untuk melarang semua perangkat merek Huawei untuk memperbaharui aplikasi yang dimiliki oleh Google termasuk teknologi Android, Google search, Google Map, Youtube, Gmail dan masih banyak lagi. Ini berarti kemungkinan besar semua handphone Huawei tidak akan bisa menggunakan, bahkan berhenti menggunakan jasa Google.
ADVERTISEMENT
Keputusan Google ini ditengarai oleh perang dagang yang semakin panas antara Amerika dan China. Trump baru saja memutuskan untuk memasukkan teknologi Huawei dalam daftar hitam perangkat teknologi yang dilarang di gunakan di Amerika serikat. Pemerintahan Trump menuduh Huawei di danai oleh inteligen pemerintah China dan membahayakan keamanan Amerika Serikat.
Tekanan pemerintahan Trump ini tidak akan begitu berarti bagi Huawei, mengingat target pasar utama mereka adalah Asia. Selain itu konsumen di China juga tidak bergantung pada teknologi Google, karena mereka memiliki Baidu.
Tampilan depan website Baidu (Sumber Baidu)
Kenapa Huawei bisa begitu sukses?
Siapa yang tidak kenal dengan Huawei. Perusahaan produsen smartphone paling sukses di China bahkan nomor dua terbesar di dunia setelah Samsung.
ADVERTISEMENT
Huawei merajai perusahaan penyedia perangkat teknologi lebih dari 1500 stasiun jaringan yang mampu mengoneksikan sepertiga wilayah di dunia. Secara otomatis ia mampu memonopoli akses jaringan informasi dunia.
Huawei didirikan oleh Reng Zhengfei di Shenzhen di tahun 1987. Ia kadang di gambarkan sebagai Steve Jobs China. Reng dulunya bekerja sebagai tenaga insinyur di militer China sebelum mendirikan Huawei. Kesuksesan Huawei berawal dari riset besar-besaran di tahun 1990 an. Ia sukses membuat produk yang 20% lebih murah dari para pesaingnya, sehingga mereka mampu menguasai pasar smart phone di China.
Huawei juga merupakan satu-satunya perusahaan yang mampu merajai paten teknologi 5G. Tidak tanggung-tanggung mereka memiliki 1529 paten teknologi 5G, termasuk paten polar coding, yang mampu mengoreksi eror data transfer secara otomatis. 5G sendiri memiliki kecepatan transfer data 20 kali lebih cepat dari 4G. Sebagai gambaran 4G memiliki kecepatan 1 Gbps sedangkan 5G mampu mencapai 20 Gbps. Ini berarti 10 film bisa selesai didownload dengan sekejap.
ADVERTISEMENT
Huawei mengklaim 18 bulan jauh lebih maju dari semua perusahaan teknologi 5G dunia termasuk ZTE dan Samsung. Mereka sukses menerjemahkan kunci keberhasilan dalam teknologi modern yaitu siapa cepat ia yang menguasai. Kesuksesan ini tidak terlepas dari dana penelitian yang begitu besar sekitar 13 miliar dolar dengan keuntungan 100 miliar dolar di tahun 2018.
Modem 5G dari Huawei (Sumber 4gltemall)
Selain itu Huawei menerapkan konsep kepemilikan saham yang menarik, dimana 8% dari saham dimiliki oleh karyawannya sendiri. Sekarang ini ada 170000 karyawan dan 40% diantaranya bekerja di Lembaga riset dan pengembangan teknologi. Sistem kepemilikan saham ini mampu memotivasi karyawan untuk bekerja lebih keras, karena semakin maju perusahaan tersebut, semakin besar nilai saham mereka.
Belakang ini, Huawei menjadi topik yang begitu hangat dibahas setelah Amerika dan negara sekutunya seperti Australia dan New Zealand melarang penggunaan teknologi Huawei dinegara mereka. Mereka menghawatirkan Huawei mampu meretas informasi penting dan mematai-matai data-data penting melalui perangkat teknologi mereka. Jika data ini kemudian di berikan ke pemerintah China, maka bisa saja mereka mampu memetakan strategi bisnis dan keamanan dunia. Misalnya saja data-data mengenai pasar saham dan data militer dunia.
ADVERTISEMENT
Badan integen Amerika Serikat FBI melaporkan bahwa Huawei memiliki kapasitas untuk memodifikasi atau mencuri informasi dan juga memiliki kemampuan spionase yang tidak terdeteksi. Huawei tidak tinggal diam dengan membantah bahwa tuduhan mereka tidak beralasan, bahkan tuduhan tersebut bersifat politis, tidak didasarkan pada fakta yang transparan, mengingat bahwa tidak ada perbedaan arsitektur jaringan yang signifikan antara 4G dan 5G.
Tapi yang menjadi permasalahan adalah untuk sekarang ini saja Huawei sudah menguasai 32 persen perangkat dan teknologi 4G dunia. Dengan demikian secara tidak langsung mereka akan mengusai lebih besar proporsi pasar teknologi 5G.
Mengingat bahwa mereka menguasai paten 5G paling besar di dunia dan untuk mengganti perangkat 4G ke 5G, hanya Huawei yang mampu menawarkan infrastruktur teknologi dengan harga yang jauh lebih murah dari kompetitor mereka termasuk Nokia dan Eriksen. Itu berarti hampir tidak mungkin menghilangkan digdaya Huawei di teknologi fast data di masa depan.
ADVERTISEMENT
Campur tangan pemerintah China
Kampus Huawei di Shenzhen (sumber website Huawei)
Kesuksesan Huawei ini tidak terlepas dari campur tangan pemerintah China, yang mengutamakan pembangunan sumber daya manusia. Pemerintah China secara besar-besaran mengirim pelajar dari China untuk belajar di luar negeri dengan skema beasiswa. Selain itu mereka mengutamakan pembangunan Pendidikan di bidang science dan teknologi. Kurikulum adaptasi yang tepat, mampu menciptakan ekosistem yang baik untuk pengembangan teknologi modern di China.
Ini yang menyebabkan kenapa China menjadi negara satu-satunya di dunia mampu menjembatani produksi teknologi maju dengan perusahaan teknologi dunia termasuk intel, produsen VGA, memori, cip dan komponen teknologi canggih lainnya. Adaptasi teknologi yang cepat dan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan tinggi menjadi alasan utama, ekosistem teknologi China terbaik didunia. Jadi argumentasi yang selalu menyebutkan China sukses karena buruh murah sangat tidak tepat.
ADVERTISEMENT
Semua ini membuktikan bahwa ekosistem teknologi hanya bisa tercipta apabila pemerintah, perusahaan dan sumber daya manusia memiliki kohesivitas yang saling mendukung.
Nah sekarang yang menjadi pertanyaan. Dimana posisi Indonesia diperang teknologi maju ini?