7 Kuliner Murah Meriah yang Wajib Dicoba saat Berkunjung ke Yogyakarta

Eka Situmorang
Curious soul who loves travelling and food. Mom of one. Travel Blogger. Instagram : ceritaeka. Blog at http://ceritaeka.com and http://ekalagi.com
Konten dari Pengguna
8 Maret 2019 20:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eka Situmorang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Long weekend ini pada jalan-jalan ke mana? Kalau kamu lagi berlibur di Yogyakarta dan bingung mau makan apa di sana, jangan patah arang dulu. Cuss, baca 7 rekomendari wisata kuliner seru di Kota Andong ini yang wajib dicicipi, apalagi harganya murah meriah manja. Pokoknya belum sah ke Yogyakarta kalau belum makan ini.
ADVERTISEMENT
Nggak lengkap rasanya ke Yogyakarta kalau belum makan gudeg, sayur nangka yang dimasak dengan gula merah sampai berjam-jam lamanya itu. Penjual gudeg bertebaran di seluruh pelosok Yogyakarta baik pagi, siang, ataupun sore. Tengah malam pun ada! Gudeg dijual di mana-mana, mulai emperan pinggir jalan, sampai restoran elegan.
Pada dasarnya gudeg itu terbagi dua, yaitu gudeg basah dan gudeg kering. Gudeg basah itu adalah gudeg dengan kuah areh putih (santan kelapa) sehingga nasinya becek dan berkuah. Sementara gudeg kering adalah sayur nangka yang dimasak hingga kering sekali.
Gudeg Basah di Jalan Sagan. Foto: Dok: Eka Situmorang
Saya pribadi lebih senang gudeg basah karena nggak seret. Tapi banyak orang yang sukanya gudeg kering. Ohya, biar lebih nikmat, saya biasa memakan gudeg lengkap dengan sambel krecek. Wah, sedap! Kadang lupa bisa makan sampai 2 piring. Hihihi. Harga mulai dari Rp 10.000 per porsi tergantung lauk pauk yang mau ditambahkan.
ADVERTISEMENT
Satu lagi makanan khas dari Yogyakarta yang enak dikunyah pas malam-malam (walaupun banyak juga yang menyantapnya di siang hari), namanya Sate Klatak. Awalnya saya juga bingung apa sih ini Sate Klatak? Jangan-jangan typo, bukan Sate Klatak, tapi Sate Katak kali. Tapi pas saya menyambangi Warung Sate Klatak Pak Pong yang ada di Imogiri, saya baru paham asal muasal penamaan sate yang hanya dibumbui garam, kemiri, dan bawang putih. Berasal dari bunyi “klatak, klatak, klatak” yang timbul saat pembakaran daging sate di atas arang maka namanya jadi Sate Klatak. Sederhana ya? Hahaha.
Sate Klatak yang dimakan dengan kuah santan bukan kecap. Foto: Dok: Eka Situmorang
Anyway, tidak seperti sate biasa yang tusuk satenya terbuat dari bambu, Sate Klatak meggunakan jeruji sepeda. Serius, nggak bohong! Kata mas-mas pengipas sate yang saya ajak ngobrol sih, jeruji besi dipilih karena mampu menghantarkan panas secara merata ke dalam daging sate. Atur aja deh, Mas. Yang penting satenya enak! Dan memang enak banget lho, bumbunya merata dan dagingnya empuk sampai ke bagian dalam. Lezat! Harga start dari Rp 25.000 per porsi.
ADVERTISEMENT
Kamu ingin makan soto tak jauh dari eloknya sebuah candi? Kalau gitu, wajib mampir ke Soto Batok Sambisari. Soto bening ini disajikan di dalam sebuah batok kelapa yang sudah dikeruk bagian dalamnya. Unik karena bukan disajikan di mangkuk seperti layaknya soto lain. Asli, lihatnya gemas gitu. Hehehe.
Soto Batok Sambisari yang unik disajikan di dalam batok kelapa. Foto: Dok: Eka Situmorang
Harganya juga miring banget, cuma Rp 5.000 per batok kelapa. Memang batoknya kecil sih, jadi kalau makan 1 batok kayaknya kurang. Saya sih habis 2 batok sementara Adrian suami saya habis 3 batok. Hahaha. Ohya, biar makin nikmat, jangan lupa dimakan juga dengan sate usus, tempe, tahu atau perkedel. Juara banget deh rasanya, mana sambelnya juga nabok. Enak!
ADVERTISEMENT
Nah, selepas menikmati Sate Batok Sambisari waktunya cuci mulut dengan makan Es Dawet yang ada di sepanjang jalan Yogyakarta-Solo, tepatnya setelah Candi Prambanan jika datang dari arah Solo. Di sepanjang jalan itu berjejer penjual es dawet alias cendol yang enak. Saya sembarang saja berhenti cari warung cendol yang sepi dan rasa es dawetnya juara.
Es Dawet yang sedap dengan ketan putih. Foto: Dok: Eka Situmorang
Nggak seperti es dawet lainnya yang menggunakan gula jawa dan berwarna hijau, es cendol di sini berwarna putih dan pakai madu. Makanya jangan heran kalau ketemu sama lebah-lebah yang berdengung di dekat penjualnya ya. Seru kan? Hehehe. Ohya, hargaya Rp 2.500 saja per porsi
Sego pecel (foto dok. Pribadi)
Sego Pecel khas Jogja. Foto: Dok: Eka Situmorang
Sego pecel alias nasi pecel juga adalah salah satu makanan yang gampang ditemui di Yogyakarta. Mau di pasar sampai hotel bintang 5 punya menu ini. Sedap dimakan sama tempe bacem (yang ya Tuhan kedelainya utuh dan gede-gede) plus ayam bakar atau telur rebus. Lauknya bebas aja sih, tapi yang pasti biar maksimal sedapnya, itu pecel mesti diguyur sambel kacang pedas yang gurih. Well, dijamin merem melek sesudahnya. Hehehe.
ADVERTISEMENT
Geblek, makanan khas Kulonprogo. Foto: Dok: Eka Situmorang
Geblek (huruf “e” dilafalkan dengan e pepet) adalah makanan tradisional Kulonprogo. Itu salah satu Kabupaten di Yogyakarta yang terkenal dengan banyak sungai dan telaga pemandiannya. Terus terang saya nggak tahu makanan ini kayak apa jadi begitu ada teman yang mengajak mencicipinya di Kulonprogo, jiwa penasaran saya nggak terbendung lagi. Langsung cuss semangat 45 ke sana.
Ternyata Geplek itu kalau menurut saya sama dengan Cireng dari Bumi Pasundan. Rasanya tawar dengan tekstur kenyal. Enak di lidah. Ohya, Warung Geplek Pari ini nggak cuma menyediakan Geplek saja, tapi juga menu makan siang rumahan khas Yogyakarta mulai Sayur Lodeh, Brongkos, Gulai Tempe, tahu, dan telur serta masih banyak lagi. Makan siang di sini adalah salah satu pengalaman makan yang luar biasa karena disuguhi pemandangan sawah hijau dan pegunungan. Teduh banget.
ADVERTISEMENT
Minum Es Dawet kan sudah, nah kalau nyicipin Dawet Cake Pandan sudah pernah belum? Hihihi. Unik ya, dawet tapi dibikin jadi cake alias kue basah, kebayang nggak kayak apa? Saya pertama mendengar nama makanan ini pas menginap di Sheraton Mustika Yogyakarta Resort and Spa. Karena penasaran saya pun langsung memesannya. Ternyata beneran unik!
Dawet Cake Pandan yang nikmat dengan lelehan santan segar. Foto: Dok: Eka Situmorang
Tekstur Dawet Cake Pandan ini kenyal di bagian atas (ya kenyalnya kayak dawet) dengan rasa santan yang kuat kemudian ada cake basah yang berpadu dengan manisnya buah nangka. Rasa dan wanginya pun makin sedap karena ada harum daun pandan yang ikut menemani. Love banget deh. Btw, saya nggak tahu apakah Dawet Cake Pandan ini ada dijual di luar hotel atau tidak jadi saya nggak bisa merekomendasikan tempat lain.
ADVERTISEMENT
***
Nah, itu tadi rekomendasi kuliner di Yogyakarta ala Eka Situmorang-Sir. Tentu, masih ada banyak makanan khas Yogya lainnya yang pengen saya cicipin. Nanti kalau saya sudah plesir ke Kota Pelajar dan icip-icip lagi, pasti akan saya update. In the mean time, selamat berlibur dan semangat ngunyah ya.
Salam,
Eka Situmorang-Sir