news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Mitos Putus Cinta di Candi Prambanan

Eka Situmorang
Curious soul who loves travelling and food. Mom of one. Travel Blogger. Instagram : ceritaeka. Blog at http://ceritaeka.com and http://ekalagi.com
Konten dari Pengguna
28 Desember 2018 12:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Eka Situmorang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Candi Prambanan. (Foto: Flickr/Jack Bonner)
zoom-in-whitePerbesar
Candi Prambanan. (Foto: Flickr/Jack Bonner)
ADVERTISEMENT
Desir angin yang sejuk langsung menyapa, saat kami menginjakkan kaki di parkiran Candi Prambanan. Hmm, ada begitu banyak perubahan semenjak terakhir kali saya ke sini. Satu yang mencolok adalah parkirannya rapi, lalu sekarang ada pendopo luas tempat orang bisa duduk nyaman sambil menunggu pembelian tiket.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari itu semua, aura adem nan ayem berhembus kuat di sini membuat saya ingin segera masuk ke dalam dan menjelajahi salah satu candi Hindu yang dibangun oleh Rakai Pikatan pada tahun 850 SM ini. Let’s go!
Selesai membeli tiket masuk, Basti anak saya langsung lari tak sabar menuju pintu masuk. Membuat saya tergesa-gesa mengejarnya karena takut hilang terlepas dari pandangan.
“Basti, wait up for me!” Seru saya sambil merapikan rok panjang yang sedikit menghalangi langkah kaki saya.
Cath me if you can, Mom!” Jerit anak saya dari kejauhan.
Wah, anak ini udah bisa meledek rupanya. Persis bapaknya! Sambil mengejar Basti saya pun memberikan tatapan sebal ke Adrian suami saya yang dijawab dengan lirikan mata enggak mau disalahkan. Hahaha. Benar-benar ya, like father like son!
ADVERTISEMENT
Begitu melewati pos pemeriksaan tas dan tiket, kami langsung disambut dengan beberapa diorama dan juga penjelasan mengenai area Candi Prambanan ini. Basti masih berlari meninggalkan kami menuju ke jalan setapak yang mengarah ke area Candi.
Candi Prambanan. (Foto: dok. Eka Situmorang)
zoom-in-whitePerbesar
Candi Prambanan. (Foto: dok. Eka Situmorang)
Mom, what’s that?” Tanyanya menunjuk ke arah gugusan candi yang tegak berdiri di antara puing-puing batu. Yang terlihat kokoh walaupun dikelilingi kerapuhan dan nampak sangat cantik dari kejauhan. Basti tampak terpesona. Saya juga. Candi Prambanan terlihat begitu elegan dan magis. Pesonanya sungguh indah.
Do you wanna hear the story about this?
Wow, I love stories, Mom! Tell me, tell me please!” Jeritnya senang.
Cerita tentang Candi Prambanan: Siapa saja yang pacaran ke sini pasti putus!
ADVERTISEMENT
Lalu, saya pun menceritakan kepada Basti mengenai cerita rakyat yang berkembang di masyarakat. Pada zaman dahulu kala, Kerajaan Boko menyerang Kerajaan Pengging namun Prabu Boko dapat dikalahkan oleh Bandung Bondowoso, sang Pangeran Kerajaan Pengging.
Prabu Boko memiliki seorang putri bernama Roro Jongrang yang kecantikannya memesona Bandung Bondowoso. Kalau zaman sekarang tuh kayak cinta pada pandangan pertama gitu deh. Langsung pengennya nembak. Hehehe.
Bandung Bondowoso pun terpikat pada keelokan paras Roro Jongrang dan berniat mempersuntingnya. Namun, Roro Jonggrang enggan. Keengganannya ini bisa dimaklumi, saya juga enggak bakalan mau sih menikah sama orang yang sudah membunuh keluarga saya. Ya kan?
Sebagai penolakan halus, maka Roro Jonggrang mengajukan syarat agar Bandung Bondowoso membuat sebuah sumur Jalatunda dan membangun seribu candi dalam semalam. Jelas Bandung Bondowoso yang sakti menyanggupi. Itu mah kecil buatnya. Lalu, ia pun meminta bantuan para jin untuk membantunya.
ADVERTISEMENT
Pagi masih jauh dari ufuknya namun sudah 999 candi yang dibangun dan itu meresahkan Roro Jongrang, akhirnya ia membuat akal bulus dengan menumbuk padi sehingga para ayam jantan berkokok. Para jin yang hanya bekerja di malam hari pun lari tunggang langgang karena mengira kalau pagi menjelang (padahal enggak). Akal bulus ini ketahuan oleh Bandung Bondowoso yang akhirnya mengutuk Roro Jongrang menjadi pelengkap di candi yang ke-1.000.
Nah, dari situ lalu berkembang mitos bahwa yang masih pacaran kalau mampir ke Candi Prambanan bakal bernasib sama seperti Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang: PUTUS di tengah jalan!
Percaya atau enggak, silakan kembali ke pribadi masing-masing ya. Hehehe.
Pesona Candi Prambanan
Candi Prambanan ini dulunya sempat terlantar, baru di awal tahun 1930-an saja mendapat perhatian khusus dan mulai dipugar. Total terdapat 240 candi di areal Prambanan namun karena gempa (juga satu dan lain hal) maka yang tersisa adalah 18 candi saja. 8 candi utama, 8 candi kecil, dan 2 candi perwira.
ADVERTISEMENT
Mendekati areal zona inti, ada begitu banyak batu yang berserakan. Rasanya ingin saya berfoto di antara batu tersebut namun niat itu saya urungkan begitu melihat tanda larangan naik-naik di atas batu. Baiklah! Sebagai pengunjung kita harus taat aturan bukan? Karena di mana bumi berpijak maka di situ langit dijunjung bukan?
Area Candi Prambanan ini bersih, walau ramai orang tapi suasanya terasa adem. Kalau terik mataharinya sih menyengat ya, enggak diragukan lagi tapi aura di candi ini sangat adem.
Berharap ketemu pemandu yang bisa menjelaskan tentang relif-replif cantik ini. (Foto: dok. Eka Situmorang)
zoom-in-whitePerbesar
Berharap ketemu pemandu yang bisa menjelaskan tentang relif-replif cantik ini. (Foto: dok. Eka Situmorang)
Saya kagum sekali dengan relief-relief candi yang begitu detail. Namun, sayang enggak ada pemandu wisata yang bisa ditanya mengenai arti atau cerita dari relief ini.
Saat sibuk menikmati keindahan relief, mata saya menangkap sesosok bayangan yang diam tak bergerak dari dalam candi. Tak ada firasat apapun, namun tampaknya Adrian enggak tenang. Bulu kuduknya meremang dan ia memberitahu saya mengenai bayangan tersebut. Raut wajahnya terlihat sedikit cemas.
ADVERTISEMENT
“Kamu lihat enggak di dalam candi kenapa ada bayangan hitam pekat enggak bergerak ya?”
“Lihat sih tapi aku enggak merasa gimana-gimana deh.”
“Kita cabut aja deh yuk,” ujar Adrian sambil menggendong Basti.
“Lha, aku masih mau ambil foto,” kata saya keberatan. Dan tepat sesudah saya bilang begitu bayangan hitam itu bergerak-gerak seolah membungkuk dan berdiri berkali-kali.
“Lihat enggak? Itu bergerak! Sudahlah, fotonya nanti lagi aja.” Desak Adrian lagi.
Tapi saya tidak mengindahkan perkataan Adrian dan justru fokus sama bayangan hitam tersebut. Ternyata setelah saya perhatikan bayangan tersebut adalah orang yang bersembahyang. Pantas berdiri lama diam tak bergerak namanya juga lagi berdoa kan?
Begitu saya bilang soal tersebut, Adrian pun terkekeh-kekeh. Hahaha. Beberapa kali kami memang sering bertemu hal-hal tak terduga seperti energi dari alam lain jadi Adrian selalu waspada. Untung kali ini false alarm.
ADVERTISEMENT
Menyempatkan Diri ke Candi Sewu
Keluar dari areal Candi Prambanan kami pun menaiki kereta api ala-ala yang membawa kami ke areal Candi Sewu di bagian belakang. Saya terpana melihat Candi Sewu yang katanya tempat di mana Roro Jonggrang ini dikutuk jadi batu.
Wah, sudah berkali-kali saya ke Candi Prambanan kok ya baru kali ini ke Candi Sewu? Ke mana aja gue?! Kisah soal Candi Sewu nanti saya tuliskan terpisah ya. Soalnya seru dan bisa makan waktu sendiri.
Little Trivia of Candi Prambanan
Kami menghabiskan waktu sekitar satu jam di tempat ini untuk berfoto dan sekadar menikmati pesonanya. Oh ya, untuk masuk ke Candi Prambanan setiap orang wajib membayar tiket masuk seharga Rp 75.000/dewasa dan Rp 35.000 untuk anak-anak.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, lokasi dari Candi Prambanan ini tidak jauh dari beberapa candi lainnya yaitu Candi Plaosan dan Candi Ratu Boko. Yang saya sukai adalah terdapat paket tur untuk mengunjungi tiga candi tersebut sekaligus hanya dengan membayar tambahan uang ekstra.
Sudah sekaligus disediakan alat transportasinya, lho. Menurut saya paket tur ini worth it banget buat mereka yang cuma punya waktu sedikit. Tapi kalau punya banyak waktu kayak saya ya silakan saja jalan sendiri.
Oh ya, hal lain yang perlu diketahui adalah sebagai situs budaya, drone dilarang terbang di areal ini namun kalau foto saja sih bebas banget.
Liburan penutup tahun di Candi Prambanan. (Foto: dok. Eka Situmorang)
zoom-in-whitePerbesar
Liburan penutup tahun di Candi Prambanan. (Foto: dok. Eka Situmorang)
Ah, liburan yang manis di penghujung waktu. Buat yang mau liburan ke Jogja untuk menutup tahun, silakan mampir ke Candi Prambanan juga ya! Pssst, kalau bisa datang sebelum jam 10 pagi biar enggak terlalu panas dan ramai orang. Semoga liburannya menyenangkan!
ADVERTISEMENT
________
Salam,
Eka Situmorang-Sir